Nakita.id - Penanganan Covid pada bayi perlu diketahui dengan baik oleh Moms dan Dads.
Seperti diketahui, situasi pandemi Covid-19 belum juga membaik hingga hampir 2 tahun ini.
Memang sempat menurun angkanya, tetapi kembali meningkat sehingga diberlakukan lagi pembatasan mobilitas pada masyarakat.
Baca Juga: Moms, Yuk Kenali 4 Jenis Batuk Pada Anak dan Cara Meredakannya
Untuk orang dewasa yang kemudian terpapar Covid-19 mungkin akan lebih mudah perawatan isolasi mandirinya.
Tetapi, bagaimana dengan bayi yang cenderung masih lemah fisiknya?
Dengan begitu penting bagi Moms untuk tahu 4 penanganan Covid pada bayi selama isolasi mandiri.
1. Ketahui gejalanya
Dalam penanganan Covid pada bayi, penting untuk mengetahui gejalanya yang sebenarnya hampir sama dengan orang dewasa.
Seorang dokter spesialis anak dr. Yovita Ananata, Sp.A, MHSM, IBCLC menjelaskan ahwa memang cukup sulit melihat gejala covid-19 pada bayi karena belum bisanya Si Kecil mengutarakan keluhannya.
"Tapi, bisa diperhatikan apakah bayi lebih rewel, cenderung lemas, atau menyusunya tampak berkurang karena mungkin indera perasaannay terganggu," jelas dr. Yovita yang dikutip dari Kompas.com.
dr. Yovita juga meminta untuk Moms memerhatikan kalau Si Kecil mengalami batuk dan pilek apalagi sempat kontak dengan orang yang baru saja terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca Juga: Apakah Bayi Boleh Menerima ASI dari Ibu yang Positif Covid-19 atau HIV? Begini Penjelasan dari Ahli
2. Waspadai tanda kegawatan
Moms harus tahu tanda-tanda yang perlu diwaspadai selama bayi menjalani isolasi mandiri agar segera dibawa ke rumah sakit.
dr. Yovita menyebutkan ada beberapa tanda kegawatan, seperti anak banyak tidur atau menurunnya kesadaran, napas cepat, saturasi oksigen di bawah 95%, cekung di dada, napas kembang kempis, muntah, mencret, tidak dapat masuk makanan, kejang, memiliki penyakit penyerta, muncul tanda dehidrasi, dan demam terus menerus.
Moms perlu tahu frekuensi napas per menit yang normal pada anak, untuk anak usia 0-2 bulan sebanyak 60 kali per menit, 2-12 bulan, 50 kali per menit, 1-5 tahun 40 kali per menit, dan 5 tahun ke atas 30 kali per menit.
"Cara menghitung pergerakan napas, perhatikan gerakan dada bayi, setiap tarikan napas dan embus napas dihitung satu kali napas. Hitung napas dalam satu menit penuh," ujar dr. Yovita.
Ketahui juga ciri bayi terhidrasi seperti buang air kecil 2-3 jam sekali, warna urine jernih atau kuning muda, ubun-ubun tidak kejung, dan saat perut dicubit kembalinya cepat.
3. Cukupi asupan nutrisi
Untuk bayi berusia di atas 6 bulan, cukupi asupan nutrisinya dalam MPASI sehari-hari seperti dilengkapi dengan karbohidrat, protein, lemak, sayur yang kaya akan vitamin dan mineral, serta kurangi asupan gula.
Sementara itu, untuk vitamin bisa diberikan vitamin C, D, dan zink.
"Untuk obat antivirus dan obat lainnya diberikan sesuai gejala yang muncul," ujar dr. Yovita.
4. Ketahui kapan selesainya isoman
Isolasi mandiri bisa dilakukan selama 10 hari ditambah 3 hari tanpa gejala.
"Kalau memungkinkan, lakukan tes swab PCR lagi setidaknya 10 hari atau bahkan 14 hari dari tes swab PCR pertama," jelas dr. Yovita.
Dan, untuk Moms atau Dads yang turut merawat Si Kecil selama isoman, penting untuk menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker ganda dan selalu mencuci tangan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR