Nakita.id - Daun salam selama ini kerap dimanfaatkan sebagai bumbu dapur.
Bagi masyarakat Indonesia, daun salam bisa menambah cita rasa masakan jadi lebih menggugah selera.
Tahukah Moms, bahwa selama berabad-abad pohon salam dianggap suci.
Sebab, daun salam memiliki banyak khasiat dalam bidang kesehatan.
Daun salam diketahui memiliki sifat anti-bakteri dan anti-inflamasi.
Oleh karenanya, daun salam diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Melansir deccanchronicle.com, daun salam bahkan efektif untuk mengobati diabetes.
Bukan hanya dengan dicampur ke masakan atau diseduh dengan air panas, tapi bisa juga dengan cara dibakar.
Cara membuat daun salam bakar tidaklah sulit.
Mula-mula Moms perlu menyiapkan beberapa lembar daun salam, lalu letakkan di atas asbak.
Bakar daun-daun salam tersebut.
Moms akan mencium aroma daun salam yang khas.
Lalu hirup aroma daun salam tersebut selama kurang lebih 10 menit.
Mungkin Moms bertanya-tanya, apa kaitan menghirup aroma daun salam bakar dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes?
Daun salam mengandung linalool, senyawa yang dikenal untuk mengobati stres dan kecemasan.
Menghirup aroma daun salam selama kurang lebih 10 menit bisa membantu membuat perasaan menjadi lebih baik.
Melansir Healthline, stres bisa memicu peningkatan kadar gula darah.
Ketika stres, maka tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol dan adrenalin.
Hormon kortisol dan adrenalin ini akan masuk ke aliran darah.
Ini menyebabkan tingkat pernapasan dan detak jantung meningkat.
Tubuh kemudian akan merespons dengan mengelurakan simpanan glukosa dan protein dari hati ke aliran darah.
Ini bertujuan supaya glukosa dan protein bisa diolah menjadi energi.
Jika tubuh tidak mampu mengubah glukosa menjadi energi, maka glukosa akann menumpuk di aliran darah.
Akibatnya, kadar gula darah meningkat.
Oleh karenanya, menjaga kestabilan mental dan pikiran sangat penting untuk mengontrol kadar gula darah, terutama bagi penyandang diabetes.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Healthline,Deccan Chronicles |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR