Apalagi bila anak menginjak kelas yang lebih tinggi (4-6) dan merasa harus mendapat pengakuan dari kelompok sebaya, ia akan memilih menjadi bagian dari kelompok tertentu.
Betapa pun anak kagum terhadap teman atau gurunya, orangtua tetap harus menjadi figur panutan yang utama bagi anak.
Bagaimanapun, orangtua memiliki kepentingan mempertahankan posisi itu karena anak adalah tanggung jawabnya, baik di kala senang dan susah.
BACA JUGA : Hal Menakjubkan Akan Terjadi Jika Letakkan Bawang Bombay dalam Kaos Kaki Semalaman
Caranya tidak lain dengan menjalin komunikasi intensif dan efektif (salah satunya tidak menghakimi), memberikan perhatian, dan menanggapi setiap keluhan anak. Dengan begitu, kepercayaan anak terhadap orangtua tidak luntur.
Arahkan anak agar masuk ke sebuah kelompok yang mampu membangun nilai-nilai positif seperti kelompok olahraga, seni, budaya, sains, dan sebagainya.
4. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini erat kaitannya dengan kebutuhan berprestasi.
Kebanyakan ditemui pada anak-anak SD kelas tinggi, dimana ia ingin menjadi yang terhebat dengan meraih prestasi, baik akademis maupun non-akademis.
Sikap dan tindakan tersebut muncul dari kebutuhan untuk diakui.
Aktualisasi jelas sangat berkaitan dengan kompetensi, alias kemampuan melakukan sesuatu.
Agar anak memiliki keterampilan, orangtua jelas harus memberikan banyak stimulasi, sekaligus menerapkan disiplin, dan mengajarkan kemandirian.
Anak-anak yang mampu memaksimalkan potensinya, tentu akan merasa bahagia ketimbang mereka yang potensinya terkubur dalam-dalam.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR