Hal ini dilakukan untuk mencegah persebaran kanker, agar tidak semakin parah dan menjadi tidak bisa disembuhkan.
Segala hasil pemeriksaan dan penjelasan dilakukan semuanya dalam bahasa Inggris, dengan alat bantu pohon keluarga.
“Terus, dokternya bilang begini pakai bahasa Inggris, ‘Lu pasti sudah diajarkan sama emak kamu ya? Ngomong begini sama dokternya’,” cerita Shahnaz sambil tertawa.
Akhirnya, Pru dibiopsi dan diperiksa segala kanker, DNA, dan semuanya untuk mencari tahu apakah ada mutasi genetik atau tidak.
Meski ketiga anaknya tumbuh secara tidak normal seperti ketika anak perempuan pada umumnya, Shahnaz menyebut bahwa hal-hal seperti inilah yang harus dihadapi keluarga, termasuk dirinya dan anak-anaknya.
Selain itu, Shahnaz juga menyampaikan bahwa para dokter akan sangat terbantu apabila pasien kanker ovarium bisa menenangkan diri.
“Karena sehebat-hebatnya dokter, pengobatannya luar biasa, kalau pasiennya memang tidak mau sembuh dan selalu ketakutan, dan di lingkungan keluarga sering bilang, ‘Aduh, kasihan’, sudah. Lama-lama semangat hidupnya menurun. Meninggalnya lebih cepat,” ungkapnya.
Sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium, fokus Shahnaz saat ini hanya ingin memperkenalkan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium.
Enam faktor risiko tersebut adalah (1) memiliki riwayat kista endometrium, (2) memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker payudara, (3) mutasi genetik (misalnya BRCA), (4) paritas rendah, (5) gaya hidup yang buruk, dan (6) pertambahan usia.
Sementara, untuk empat tanda kanker ovarium adalah (1) kembung, (2) nafsu makan berkurang, (3) sering buang air kecil, dan (4) nyeri panggul atau perut.
Juga, menginformasikan tentang berbagai langkah yang tepat apabila terdiagnosis kanker ovarium.
“Selain itu, saya juga mengimbau agar keluarga maupun masyarakat turut memberikan dukungan pada pasien secara berkelanjutan untuk melawan kanker ovarium dan bergabung dengan komunitas untuk menemukan pengobatan yang tepat,” kata Shahnaz.
Melalui “Kampanye 10 Jari” yang sudah diluncurkan pada Mei 2021, diharapkan agar kegiatan edukasi terus dilakukan untuk membantu lebih dari banyak masyarakat Indonesia dalam mengenali risiko dan gejala kanker ovarium.
Maka dari itu, yuk kita sama-sama mengenal lebih jauh tentang kanker ovarium, dan jangan lupa untuk deteksi kanker sedini mungkin.
Baca Juga: Seperti Shahnaz Haque, Perempuan Ini Juga Survivor Kanker Ovarium, Tengok Kisah dan Gejalanya!
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR