Nakita.id - Shahnaz Haque dinobatkan sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium.
Hal ini dilakukan untuk mengenang perjalanannya sebagai penyintas kanker ovarium yang pernah diderita sebelumnya.
"Sebagai penyintas kanker ovarium, saya menekankan pentingnya mengidentifikasi gejala awal kanker. Maka dari itu, saya sangat bersemangat dalam membagikan pengalaman saya pada masyarakat," kata Shahnaz dalam webinar edukasi 'Kampanye 10 Jari: Bersama Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium' pada Kamis (13/1/2022).
Sebagai informasi, kanker ovarium adalah salah satu kanker yang khusus dialami kaum perempuan dan dikenal sebagai silent killer, karena gejalanya sama sekali tak terdeteksi pada stadium awal, Moms.
Hal ini ditunjukkan dalam sebuah data tahun 2020 dari Global Burden of Cancer Study (Globocan), dimana Indonesia tercatat sebanyak 14.896 kasus baru kanker ovarium.
Menjadikannya sebagai urutan lima teratas dari kanker yang khusus dialami perempuan.
Penelitian lain pun menunjukkan bahwa satu dari 78 wanita berisiko menderita kanker ovarium dalam hidupnya.
Melihat hal tersebut, aktris berusia 49 tahun ini sangat menekankan pentingnya edukasi akan kanker ovarium pada masyarakat.
Termasuk, untuk kaum perempuan yang akan mengalaminya tanpa disadari.
Shahnaz menceritakan bahwa ibunya meninggal karena kanker ovarium.
Begitu pun dengan neneknya dan adik ibunya yang sama-sama meninggal karena kanker.
“Saya menikah dengan Gilang yang ibu dan bapaknya meninggal karena kanker. Dan neneknya Gilang, ibu ibunya, itu meninggal karena kanker,” cerita Shahnaz.
“Jadi, keluarga kami tuh kencang banget gitu lo pohon keluarganya, tentang DNA faktor kanker tersebut,” tekannya.
Shahnaz mengaku kalau perbincangan tentang kanker sendiri menjadi topik yang sangat terbuka di keluarganya.
Termasuk, ketika mereka diharuskan mendapatkan vaksin.
“Sebelum mereka menstruasi yang pertama, mereka kan mesti jelaskan, kenapa mereka didorong untuk melakukan hal itu,” jelasnya.
Tak lupa Shahnaz juga memberikan edukasi terkait kanker, termasuk kanker ovarium, pada ketiga anak putrinya.
Salah satunya adalah Pruistin Aisha Haque Ramadhan, putri pertama Shahnaz yang akrab disapa Pru.
Baca Juga: Usai Nyawanya Terancam Akibat Kanker, Shahnaz Haque Hindari Makanan Favorit Orang Indonesia ini!
Shahnaz juga menceritakan pengalaman Pru saat merantau ke Kanada.
“Suatu hari, dia bilang sambil nangis, ‘Bubu (panggilan akrab ketiga anak untuk Shahnaz), kayanya aku mesti pergi ke onkologi deh. Aku mesti biopsi.’,” kata Shahnaz.
Shahnaz menyebut Pri mengucapkan, “Karena there’s something wrong with my payudara.”
Meski awalnya terkejut, Shahnaz tetap mendorongnya untuk segera dicek oleh dokter onkologi.
Hal ini dilakukan untuk mencegah persebaran kanker, agar tidak semakin parah dan menjadi tidak bisa disembuhkan.
Segala hasil pemeriksaan dan penjelasan dilakukan semuanya dalam bahasa Inggris, dengan alat bantu pohon keluarga.
“Terus, dokternya bilang begini pakai bahasa Inggris, ‘Lu pasti sudah diajarkan sama emak kamu ya? Ngomong begini sama dokternya’,” cerita Shahnaz sambil tertawa.
Akhirnya, Pru dibiopsi dan diperiksa segala kanker, DNA, dan semuanya untuk mencari tahu apakah ada mutasi genetik atau tidak.
Meski ketiga anaknya tumbuh secara tidak normal seperti ketika anak perempuan pada umumnya, Shahnaz menyebut bahwa hal-hal seperti inilah yang harus dihadapi keluarga, termasuk dirinya dan anak-anaknya.
Selain itu, Shahnaz juga menyampaikan bahwa para dokter akan sangat terbantu apabila pasien kanker ovarium bisa menenangkan diri.
“Karena sehebat-hebatnya dokter, pengobatannya luar biasa, kalau pasiennya memang tidak mau sembuh dan selalu ketakutan, dan di lingkungan keluarga sering bilang, ‘Aduh, kasihan’, sudah. Lama-lama semangat hidupnya menurun. Meninggalnya lebih cepat,” ungkapnya.
Sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium, fokus Shahnaz saat ini hanya ingin memperkenalkan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium.
Enam faktor risiko tersebut adalah (1) memiliki riwayat kista endometrium, (2) memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker payudara, (3) mutasi genetik (misalnya BRCA), (4) paritas rendah, (5) gaya hidup yang buruk, dan (6) pertambahan usia.
Sementara, untuk empat tanda kanker ovarium adalah (1) kembung, (2) nafsu makan berkurang, (3) sering buang air kecil, dan (4) nyeri panggul atau perut.
Juga, menginformasikan tentang berbagai langkah yang tepat apabila terdiagnosis kanker ovarium.
“Selain itu, saya juga mengimbau agar keluarga maupun masyarakat turut memberikan dukungan pada pasien secara berkelanjutan untuk melawan kanker ovarium dan bergabung dengan komunitas untuk menemukan pengobatan yang tepat,” kata Shahnaz.
Melalui “Kampanye 10 Jari” yang sudah diluncurkan pada Mei 2021, diharapkan agar kegiatan edukasi terus dilakukan untuk membantu lebih dari banyak masyarakat Indonesia dalam mengenali risiko dan gejala kanker ovarium.
Maka dari itu, yuk kita sama-sama mengenal lebih jauh tentang kanker ovarium, dan jangan lupa untuk deteksi kanker sedini mungkin.
Baca Juga: Seperti Shahnaz Haque, Perempuan Ini Juga Survivor Kanker Ovarium, Tengok Kisah dan Gejalanya!
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR