Nakita.id - Persoalan stunting menjadi perhatian pemerintah beberapa tahun belakangan ini.
Tingkat prevalensi stunting di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen per tahun 2021.
Menurut Kemenkes (Kementerian Kesehatan) Republik Indonesia, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.
Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, serta produktivitas rendah.
Melihat kondisi ini, Moms dan Dads mungkin bertanya-tanya apakah stunting dapat dikategorikan anak berkebutuhan khusus (ABK)?
Sebab dengan mengatahui apakah anak memiliki kondisi tententu, orang tua bisa memberikan pola asuh yang tepat.
dr. Juliawaty Salim, Sp.A, Dokter Spesialis Anak di RS Mitra Keluarga Kemayoran, menekankan bahwa stunting berbeda dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Stunting tidak berkebutuhan khusus, stunting bisa terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang berbeda dengan anak berkebutuhan khusus," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (14/1/2022).
Sebelumnya, yuk kenali dulu perbedaan stunting dan anak berkebutuhan khusus (ABK)!
Lebih lanjut dr Julia memaparkan kondisi anak yang berada dalam status stunting.
"Seorang anak dikatakan stunting bila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus 2 deviasi pada kurva pertumbuhan WHO," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (14/1/2022).
"Penyebabnya karena kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang berkepanjangan," sambungnya.
Sementara itu, menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011, dijelaskan bahwa ABK adalah anak yang mengalami keterbatasan baik fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional-nya.
Kondisi ini mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
ABK mencakup anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian (ADHD), autisme, gangguan kemampuan berkomunikasi dan kesulitan belajar.
Melansir dari Very Well Family, ABK disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan kondisi bawaan tertentu.
Perlu digarisbawahi, stunting dan ABK keduanya sangat berbeda. Yuk, simak penjelasannya dari sisi psikologis!
Psikolog Anak dan Konselor Laktasi dari PION Clinician, Irma Afriyanti Bakhtiary, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa sebetulnya anak stunting belum tentu termasuk kategori anak berkebutuhan khusus.
"Sebetulnya tidak ada dalam diagnosa masalah perilaku pada anak yang stunting, jadi belum tentu bisa dikategorikan berkebutuhan khusus," kata Irma dalam wawancara bersama Nakita.id, Senin (10/1/2022).
Dijelaskan sebelumnya bahwa, ABK memiliki keterbatasan sosial-emosional.
Kondisi ini merujuk pada adanya masalah dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial pada anak.
Tidak semua anak dengan stunting merupakan ABK, begitu pula sebaliknya.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan bahwa kedua kondisi ini bisa terjadi dalam satu anak.
"Tapi memang ada anak berkebutuhan khusus yang memiliki masalah stunting," kata Irma.
Nah Moms, dengan mengenali perbedaan gejala stunting dan ABK, kita bisa memberikan perhatian dan penanganan khusus.
Dengan begitu, setiap anak bisa menemukan potensi dalam dirinya.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR