Nakita.id - Baru-baru ini, Luna Maya diketahui telah menjalani prosedur egg freezing.
Hal ini disampaikan secara langsung melalui sebuah video yang diunggah di YouTube "Venna Melinda Channel".
"Aku udah freeze egg," tuturnya, seperti dikutip dari Kompas (18/1/2022).
Melansir Kompas (19/1/2022), aktris kelahiran tahun 1983 ini mengungkapkan kalau dirinya sudah lama sekali ingin melakukan prosedur egg freezing ini.
"Iya sudah lama banget (ingin), aku sempat ke Singapura enggak bisa, empat atau lima tahun lalu," ungkap Luna Maya.
Seiring bertambahnya usia, mantan Ariel NOAH ini sadar dan akhirnya memutuskan untuk melakukan egg freezing.
Hal ini dilakukan agar kelak dirinya bisa menggunakan sel-sel telur tersebut saat telah siap dan mendapat pendamping hidup.
Lantas, apa saja faktor keberhasilannya? Apa saja risikonya?
Tanpa berlama-lama, yuk kita simak penjelasan dari dokter ahli fertilitas ini!
Sebagai informasi, egg freezing atau pembekuan sel telur adalah suatu prosedur dimana dokter mengambil sel telur seorang wanita pada bulan tersebut dilakukan freezing (pembekuan) terhadap sel-sel telur tersebut.
"Jadi, prosesnya sebenarnya hampir mirip dengan IVF atau bayi tabung, dimana si perempuannya atau ibunya akan disuntikkan hormon. Lalu, hormon tersebut akan bekerja untuk memperbesar sel telurnya secara simultan," jelas dr. Cynthia Agnes Susanto, BMedSc, Sp.OG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Pusat Fertilitas Bocah Indonesia.
Saat dihubungi Nakita pada Kamis lalu (20/1/2022), dr. Cynthia menyampaikan ada beberapa faktor keberhasilan selama prosedur egg freezing.
1. Penyuntikan hormon
Faktor pertama inilah yang menentukan keberhasilan prosedur egg freezing.
"Kalau hormon itu kan, balik lagi ke pasiennya masing-masing. Bagaimana penerimaan dia, respon badannya terhadap pemberian obat-obatan," ucap dr. Cynthia.
"Ada yang diberikan sepuluh. Dari sepuluh telur yang kita lihat, yang respon besar cuma lima," katanya.
"Ataupun sebaliknya. Di tengah-tengah, bisa ada muncul lagi yang baru-baru, sehingga bisa lebih dari sepuluh," lanjutnya.
Baca Juga: Ini Alasan Banyak Wanita Ingin Egg Freezing, Salah Satunya Karena Faktor Usia
2. Pengambilan sel telur
Kemudian, pengambilan sel telur juga menentukan keberhasilan prosedur egg freezing.
"Pengambilannya sendiri juga penuh dengan risiko, dimana kalau kita melihat telurnya ada 10, bukan berarti sudah pasti kita akan dapat 10," ungkap dr. Cynthia.
"Dari beberapa telur, bisa saja telur itu ternyata kosong. Karena yang kita waste (buang) itu hanya cangkangnya saja," jelasnya.
3. Pembekuan dan penyimpanan sel telur
Faktor terakhir yang menentukan keberhasilan prosedur egg freezing adalah pembekuan dan penyimpanan sel telur.
Juga, kata dr. Cynthia, saat proses towing atau dilelehkan.
"Jadi, si (sel) telur-telur (yang dibekukan) ini, secara jurnalnya, angka survival ataupun angka keberhasilan saat towing-nya tuh sekitar 70-80 persen. Dia beda dengan embrio, dimana dia lebih tahan ya, bisa sampai 90 persen," ungkapnya.
"Jadi, akan ada beberapa yang sbenernya tidak survive (selamat) ya. Tapi balik lagi, semuanya tergantung dari oocyte-nya itu sendiri," lanjutnya.
Baca Juga: Urutan Prosedur Egg Freezing dari Awal Sampai Akhir, Ternyata Makan Waktu Dua Minggu!
Tak hanya itu, dr. Cynthia juga memaparkan beberapa risiko bahaya yang kemungkinan dialami selama prosedur egg freezing.
1. Sel telur berlebih
Menurut dr. Cynthia, hal terawal yang berbahaya dan harus diwaspadai adalah pada saat penyuntikan hormon.
"Pasien ini, kalau misalnya (sel) telurnya sangat banyak, bisa saja terjadi yang namanya OHSS atau ovarian hyperstimulation syndrome," jelasnya.
"Dimana, karena telurnya saking banyak ya, dia bisa mual, begah, sakit perut berlebihan gitu. Sampai mual muntah," lanjutnya.
2. Tertusuk saat pengambilan sel telur
Kemudian, lanjut dr. Cynthia, saat oocyte pickup (pengambilan sel telur) juga sangat berisiko.
"Karena itu kan bius ya, pasien akan dbius. Terus juga, karena itu melakukan oocyte pickup dengan bantuan USG, kita melakukan penusukan satu di kanan, satu di kiri. Tapi, di dalamnya kita tusuk seperti tusuk sate," jelasnya.
"Di dalam sana itu ada kandung kemih, ada pembuluh darah, ada usus. Maka, risiko yang kita hadapi tentunya bisa saja tertusuk kandung kemihnya, tertusuk pembuluh darahnya jadi pendarahan, tertusuk ususnya jadi perforasi usus," ungkapnya.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR