Warga yang positif antraks tinggal di Kapanewon Gedangsari dan Kapanewon Ponjong.
Dinas Kesehatan Gunungkidul disebut masih terus memantau lokasi munculnya kasus
"Surveilans masih terus dilakukan," kata Dewi. Dewi menyebut antraks merupakan jenis penyakit zoonosis, yakni hanya menular dari hewan ke manusia, tidak antar manusia.
Meski demikian, ia mengatakan dasar pencegahan antraks tetap pada perilaku warga, agar selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat.
Sementara itu, hewan ternak yang diduga menjadi penyebab tertularnya Antraks telah mendapat penanganan.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul telah melakukan serangkaian upaya untik meminimalisasi penyebaran oleh hewan ternaik.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti menyarankan, hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi mati langsung dikuburkan, untuk mencegah risiko penularan Antraks.
Baca Juga: Waspada, Kasus Positif Antraks Ditemukan di Gunungkidul, Ini Gejala Antraks pada Manusia
Karena menurut data dan penelitian, penularan Antraks paling tinggi justru terjadi saat ternak sakit dan lalu disembelih.
Hal ini menyebabkan bakteri Antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dan membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menular.
Selama ini masyarakat memilih untuk memotong ternak sakit atau mati secara mendadak karena tak ingin rugi.
Setelah disembelih ada yang dijual ke warga sekitar atau sering dikenal istilah lokal brandu, selain itu juga dijual ke pedagang.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR