Nakita.id - Bagi para calon ibu yang akan segera memiliki buah hati, penting sekali untuk menjaga kesehatan mental.
Kondisi mental yang tidak stabil dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak.
Hal ini tentunya bisa memengaruhi anak di dalam kandungan dan fase tumbuh kembangnya saat nanti sudah lahir.
Rohika Kurniadi Sari, SH., M.Si, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental untuk calon ibu.
"Calon ibu harus memiliki kesehatan mental yang bagus, karena merekalah pengasuh pertama anak," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Senin (7/3/2022).
Rohika menjelaskan, ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak.
Oleh karena itu, penting sekali membangun kedekatan dan kasih sayang sejak anak di dalam kandungan sampai usia 2 tahun pemberian ASI lanjutan.
"Kalau kesehatan mental ibunya enggak bagus, maka enggak akan terpenuhi hak-hak dasar anak untuk mendapatkan pengasuhan yang optimal," kata Rohika.
Namun, Rohika menyayangkan sampai saat ini banyak calon ibu yang mengenyampingkan masalah kesehatan mentalnya.
Baca Juga: Yuk, Ketahui Cara Jaga Kesehatan Mental Bumil untuk Cegah Depresi di Masa Kehamilan
Rohika menjelaskan, hak-hak anak wajib dipenuhi oleh orangtuanya.
"Hak anak adalah kepentingan terbaik bagi anak untuk keberlangsungan hidupnya dan tumbuh kembangnya," katanya.
Dijelaskan olehnya, Kementerian PPPA juga mendapatkan arahan dari presiden mengenai peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak.
"Diingatkan dalam undang-undang perlindungan anak pasal 26, bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak," kata Rohika.
Lagi-lagi, Rohika menyayangkan banyak orangtua yang belum mengerti tanggung jawab tersebut.
"Kadang-kadang mereka hanya disebut ibu dan bapak saja, tapi lupa dengan pengasuhan nya yakni memelihara dan mendidik tadi," katanya.
"Padahal, sudah dijelaskan dalam undang-undang anak, bahwa anak enggak hanya tumbuh fisiknya saja tapi harus tumbuh spiritual, mental, moral, dan sosial," sambungnya.
Belum lagi, saat ini, banyak fenomena dimana anak belum bisa mendapatkan pengasuhan yang optimal dari keluarga.
Rohika menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat anak belum mendapatkan pengasuhan yang optimal dari keluarga.
Salah satunya anak-anak yang diasuh di luar keluarganya.
"Anak ada yang diasuh dalam keluarganya oleh keluarga ini ayah dan ibu, namun ada juga yang di luar keluarga," kata Rohika.
"Ketika ayah ibu tidak ada, tentu kerabat yang mengasuh atau orangtua asuh," sambungnya.
Kondisi tersebut mungkin memang tidak dapat dihindari, namun Rohika berpesan selagi masih mampu sebaiknya ibu terlibat langsung dalam pengasuhan.
Penting bagi anak untuk mendapatkan pengasuhan yang optimal dari sosok pengasuh pertama dan utama mereka, yakni calon ibu.
Oleh karena itu, diingatkan kembali pentingnya menjaga kesehatan mental untuk para Moms di luar sana.
"Pengasuhan yang optimal dimulai dari golden age sejak masa kandungan sampai ASI eksklusif 6 bulan, kemudian ditambah ASI lanjutan 2 tahun," kata Rohika.
"Peran ibu tentunya sangat besar, karena proses ini merupakan bagian dari pengasuhan yang harus dilakukan demi kepentingan anak," tutupnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR