Nakita.id - Waktu berbuka paling ditunggu-tunggu setiap orang yang berpuasa.
Setelah seharian menahan lapar dan haus, kini Moms bisa mengisi energi kembali dengan menu makanan yang telah dihidangkan.
Menjelang berbuka biasanya segala macam makanan dan minuman dibeli.
Tak jarang Moms juga membuat minuman sendiri di rumah.
Selain minuman manis seperti es buah, ada beberapa orang yang lebih memilih berbuka dengan secangkir kopi.
Rasanya tidak tahan jika tubuh berlama-lama tidak mengonsumsi kopi.
Biasanya jika sehari saja tak minum kopi, bagi sebagian orang akan merasakan sakit kepala.
Namun, keseringan berbuka dengan minum kopi justru tidak baik untuk kesehatan.
Dilansir Livestrong, terlalu sering minum kopi saat berbuka mengakibatkan bahaya seperti ini.
Gula darah melonjak
Sebuah studi di tahun 2020 menunjukkan jika minum kopi hitam saat perut kosong mengganggu kontrol gula darah.
Kadar gula darah yang terlalu tinggi ini akan menyebabkan diabetes dan penyakit jantung.
Apabila Moms masih ingin minum kopi, sebaiknya makan-makanan berat terlebih dahulu saat berbuka.
Memicu asam lambung
Kopi memungkinkan asam lambung meresap ke kerongkongan.
Gejala refluks asam yang umum terjadi adalah munculnya rasa mulas.
Ini juga mengakibatkan rasa sakit yang tajam di dada.
Bukan hanya itu, kopi juga dapat meningkatkan risiko sakit maag karena dapat merangsang keasaman perut.
Menyebabkan gelisah
Setelah minum kopi saat perut kosong Moms akan merasakan efeknya lebih cepat.
Kafein yang diserap ke dalam tubuh dengan cepat mengakibatkan timbulnya perasaan gelisah.
Kegelisahan ini juga kerap disertai gemetar pada tubuh.
Kegelisahan ini dapat terjadi dalam waktu yang lama dan sesuai metabolisme tubuh.
Selain dilarang untuk diminum saat perut kosong, kopi juga tak disarankan dikonsumsi ketika malam hari.
Kopi mengandung kafein yang bisa saja menyebabkan Moms merasa terjaga semalaman.
Ketika berbuka, ada baiknya minum satu atau dua gelas air putih.
Yang kemudian mengonsumsi makanan manis seperti 3 buah kurma.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR