Pasalnya, penyakit ini sulit untuk disembuhkan dan pengobatannya seumur hidup.
Meski wajar, rasa sedih yang berlebihan juga tak boleh dibiarkan begitu saja.
Anna Surti Ariana, S.Psi., M.Si., Psi Psikolog Klinis Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok, Jawa Barat, mengatakan para pengidap thalasemia memang mudah sekali mengalami sedih.
Akan tetapi, ketika pengidap thalasemia merasakan sedih, bukan berarti orang-orang di sekitarnya harus menghentikan kesedihan itu dan memaksa ia untuk gembira.
Bagi Anna, para pengidap thalasemia tak ada salahnya mengalami rasa sedih tersebut.
"Justru penting sekali untuk mengalami dulu rasa sedih tersebut supaya nantinya dia bisa melewati masa itu dengan lebih baik lagi. Kalau rasa sedihnya justru ditahan-tahan, maka akan mengalami kesulitan dan ketika gembira tidak benar-benar gembira, karena masa sedihnya belum betul-betul lewat," ungkap Anna dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Jumat (6/5/2022).
Baca Juga: Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Pengidap Thalasemia
Nah, ketika pengidap thalasemia merasa sedih, hal yang harus dilakukan keluarga atau orang-orang di sekitarnya adalah memvalidasi emosinya tersebut.
"Ketika dia sedang merasa sedih maka keluarga bisa melakukan validasi emosi. Misalnya, bisa mengatakan, ‘Sedih sekali ya kamu disebutkan oleh dokter mengalami thalasemia' atau 'Kami juga ikut sedih karena dokter mengatakan seperti itu’ anak jadi tahu bahwa emosi yang dirasakannya itu memang benar ada dan dialami oleh keluarganya," sambung Anna.
Apabila sudah berhasil memvalidasi emosi pengidap thalasemia, maka Moms bisa bantu Si Kecil untuk menerima segala keterbatasan yang ia alami.
Serta, masalah-masalah berat yang mau tak mau mereka harus hadapi.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR