Nakita.id - Tak tinggal diam, berikut hal yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih cukup tinggi sampai saat ini.
Tak heran bila Pemerintah masih menganggap angka kematian ibu dan anak sebagai masalah yang serius.
Berdasarkan data dari Kemenkes, 1-2 ibu meninggal setiap jam pada saat melahirkan.
Indonesia pun menduduki peringkat kedua tertinggi di Asia yang paling banyak angka kematian ibu dan anaknya.
Ada banyak faktor yang membuat angka kematian ibu dan anak di Indonesia sampai saat ini masih terus tinggi.
Salah satunya adalah kesadaran penggunaan KB atau alat kontrasepsi yang masih cukup rendah.
Pemasangan alat kontrasepsi kerap kali dianggap sebagai masalah sepele oleh banyak orang.
Padahal pemasangan alat kontrasepsi merupakan hal yang penting Moms pikirkan sejak jauh-jauh hari bahkan setelah menikah.
Kehamilan yang Terencana
Karena pemasangan dan pemilihan alat kontrasepsi tidak boleh sembarangan.
Moms juga harus berdiskusi dengan suami terkait dengan alat kontrasepsi yang akan dipasang.
Jangan lupa juga untuk berkonsultasi dengan dokter terkai kontrasepsi apa yang cocok untuk Moms.
Jika pemasangan alat kontrasepsi dilakukan secara baik maka Moms pun akan lebih sehat.
Kemudian dengan alat kontrasepsi kehamilan yang terjadi juga lebih terencana.
Apabila kehamilan terencana maka Moms tentu saja sudah siap secara fisik dan mental.
Ketika sudah siap secara fisik dan mental maka kehamilan yang dilaksanakan pun akan berjalan lancar dan angka kematian ibu dan anak bisa berkurang.
Meski berpengaruh besar untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak tidak menjamin semua orang mau menggunakan alat kontrasepsi.
Angka Penggunaan Alat Kontrasepsi di Indonesia
drg. Kartini Rustandi, M.Kes selaku Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lansia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menjelaskan bahwa angka penggunaan KB atau alat kontrasepsi memang belum sesuai yang diharapkan.
"Angka penggunaan KB memang belum sesuai yang kita harapkan, pernikahan dini kita juga masih cukup tinggi," ungkapnya dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Rabu (15/6/2022).
drg. Kartini menjelaskan, berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan angka-angka pravalensi penggunaan kontrasepsi akan berbanding lurus dengan angka kehamilan yang tidak direncanakan, jumlah aborsi yang tidak aman, dan jumlah kematian ibu.
Karena hal tersebutlah Kemenkes selalu berupaya membuat calon ibu sehat.
Serta memperkuat penggunaan KB guna menciptakan keluarga yang sehat Moms.
"Maka dari itu, kini kita berupaya untuk membuat calon ibu itu sehat, KB juga diperkuat karena kita ingin mendapatkan keluarga yang sehat," sambung drg. Kartini.
Akan tetapi, yang kerap jadi permasalahan adalah meningkatkan kesadaran penggunaan KB kepada masyarakat luas tidak semudah yang dibayangkan.
Baca Juga: Selain Menekan Angka Kematian Ibu, Berikut Tujuan Program P4K di Bidan
Cara Meningkatkan Kesadaran Penggunaan KB
Salah satu upaya Kemenkes meningkatkan kesadaran penggunaan KB adalah dengan menyediakan sarana, prasarana, dan tenaga untuk melayani pelayanan Keluarga Berencana.
Kemudian, Kemenkes juga berusaha menginformasikan bagaimana cara membangun keluarga yang sehat dengan menggunakan KB.
"Bagaimana upayanya? Tentuk kita harus menginformasikan bahwa bukan ‘Ayo pakai KB’ tapi bagaimana membangun keluarga yang sehat, sejahtera, dan bahagia," tutur drg. Kartini.
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, Kemenkes juga mengatur bagaimana calon pengantin, dan remaja harus sehat.
"Caranya apa? Kita mengatur bagaimana calon pengantin itu harus sehat, remaja kita sehat, dan ini sudah ada programnya. Mulai dari bagaimana memperkenalkan alat reproduksi pada anak-anak sekolah," ungkap drg. Kartini.
Demi bisa membuat remaja terus sehat Kemekes juga membentuk beberapa program Moms.
"Kita juga punya program PKPR (Kesehatan Remaja), kita juga punya program kesehatan calon pengantin," tutup drg. Kartini.
Nah, itu dia cara Kemenkes dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kita doakan ya Moms supaya angkanya semakin turun setiap tahunnya.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR