Nakita.id - Moms, menjelang datangnya bulan ramadhan, bukan hanya fisik saja yang harus disiapkan, melainkan kesehatan mulut juga perlu kita perhatikan.
Sebabnya, berpuasa selama berjam-jam bisa menyebabkan bau mulut.
Sebab, di dalam mulut terdapat banyak bakteri yang mengubah sisa-sisa makanan gas sulfur yang menyebabkan bau mulut.
BACA JUGA: Pahami Diare Muntah Pada Anak, Agar Tidak Salah Langkah Mengatasinya!
Celakanya, saat makan, mulut akan memproduksi air liur (saliva), ketika berpuasa maka produksi saliva akan berkurang karena tak ada makanan, akibatnya bakteri berkembang biak dengan cepat, yang berakibat pada bau mulut.
Perut yang kosong selama berpuasa juga cenderung membuat mulut menjadi bau lo, Moms.
Hal tersebut disebabkan oleh kadar enzim di mulut dan lambung yang meningkat saat perut kita kosong.
BACA JUGA: Wasabi Manfaatnya Super, Tapi Ini Efeknya Jika Dikonsumsi Berlebih!
Tapi adapula bau mulut yang terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan gigi, sehingga memicu bakteri penyebab bau yang menumpuk di mulut.
Nah Moms, untuk kita kita perlu sekali menjaga kesegaran mulut agar saat puasa nanti. Berikut diantaranya:
1. Merawat gigi dan gusi
Saat sahur ataupun berbuka, penting sekali menyikat gigi untuk melawan bakteri dan plak.
Juga, gunakan benang sekali sehari untuk menghilangkan sisa makanan dari sela-sela gigi.
Oil pulling juga bisa Moms lakukan beberapa kali saat berpuasa, karena terbukti meningkatkan kesehatan mulut dan mengurangi bakteri penyebab bau mulut.
2. Tetap menjaga kesehatan usus saat berpuasa
Bau mulut bisa menjadi pertanda pencernaan yang buruk, jadi apa yang baik untuk usus, baik pula untuk napas.
Saat sahur maupun berbuka, pastika mengonsumsi makanan yang kaya probiotik.
Karena itulah cara terbaik untuk meningkatkan bakteri baik dalam usus, yang akan mengalahkan semua bakteri yang tidak diinginkan.
BACA JUGA: [VIDEO] Tanya Pakar - Manakah yang lebih Bahaya, Flu atau Batuk Pilek?
3. Cukup mengonsumsi makan berkarbohidrat sehat
Bau mulut bisa menjadi efek samping yang buruk dari diet rendah karbohidrat.
Ketika tubuh memecah lemak, bukan karbohidrat untuk menjadikan energi, itu menciptakan keton yang berbau busuk.
Produksi keton adalah reaksi tubuh terhadap kelaparan. Itulah salah satu alasan mengapa mereka berbau tidak enak, karena itu pertanda ada yang salah.
Disarankan untuk menghindari karbohidrat olahan, seperti roti putih dan keripik kentang.
Jadi pastikan mengonsumsi cukup karbohidrat yang sehat untuk menyuplai tubuh dengan baik, termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan kacang polong.
4. Tetap terhidrasi
Pergunakan waktu selama berbuka dan sahur untuk cukup mengonsumsi air putih.
Secara alami menghasilkan sekitar 1 liter air liur setiap hari. Air liur mengandung enzim yang memecah partikel makanan berlama-lama di mulut, sehingga menjaga bakteri di teluk.
Produksi air liur yang rendah dapat menyebabkan napas yang tidak menyenangkan karena jumlah bakteri di mulut meningkat.
Minuman menyegarkan napas lainnya yang efektif adalah susu sapi dan teh hijau.
Lemak dalam susu mampu menetralisir senyawa penyebab bau dari makanan tertentu, seperti sulfur dalam bawang putih.
Sebuah penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa teh hijau dapat mengurangi bakteri mulut dan mencegah bau mulut dan penumpukan plak.
Saat berpuasa, disarankan untuk menghindari kopi dan alkohol karena keduanya mengeringkan mulut dan meningkatkan bau mulut.
BACA JUGA: Salut! Para Artis di Komunitas Cerita Ibu Cerdas Lelang Barang Pribadi sebagai Bentuk Donasi Sosial
5. Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran
Buah dan sayuran adalah sumber alami terbaik dari vitamin dan mineral, jadi pastikan Moms mendapatkan 5 hingga 9 porsi per hari.
Vitamin C sangat efektif untuk mengendalikan bau mulut karena diketahui dapat mencegah gingivitis dan penyakit gusi, yang dapat menjadi penyebab utama dari halitosis (bau mulut).
Sayur dan buah seperti paprika, kale, brokoli, stroberi, kembang kol, nanas, kiwi dan buah jeruk karena semuanya sangat tinggi vitamin C.
Apel dan selada juga terbukti efektif untuk menghentikan napas yang tak segar. (*)
Source | : | care2 |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR