Seperti diketahui, ada tahapan pemberian makanan pada anak, dari makanan cair ke semi padat, lalu padat.
Tentunya, mengonsumsi makanan padat berbeda dengan mengisap ASI atau mengedot susu botol.
Makanan padat perlu dikunyah dulu baru ditelan, dan perlu gerakan lidah serta rahang sedemikian rupa hingga makanan bisa masuk ke kerongkongan.
Nah, kebiasaan mengemut akan terjadi kalau anak tak diajarkan cara makan seperti itu. Biasanya dimulai ketika anak mengenal makanan padat, sekitar usia 8 bulan ke atas hingga usia sekitar 2-3 tahun.
Celakanya, beberapa orangtua yang merasa putus asa menghadapi anaknya makan dengan cara diemut, lalu memberi kompensasi berupa pemberian cairan/susu.
Padahal, cara ini tak menyelesaikan persoalan. Setelah gigi anak keluar dan lengkap, ia tetap belum bisa makan dengan baik karena tak tahu bagaimana cara makannya: apakah harus langsung ditelan, dilepeh, atau diisap.
Padahal, memaksa anak untuk makan justru bisa mengundang anak mengemut makanannya. Dengan kata lain, anak mengemut makanan sebagai bentuk protes karena makan bukan kegiatan yang menyenangkan baginya.
Sebagian pakar perkembangan melihat, kesulitan makan pada anak akibat “dosa” orangtua yang kadang terlalu “perhatian” dengan pertumbuhan anaknya, hingga mereka menjejalinya dengan segala macam makanan bergizi.
Atau, mereka malah terlalu melindungi anaknya dari makanan keras dan susah dikunyah hingga anak tak belajar mengunyah, maupun terlalu lama membiarkan anak menggunakan dot hingga terbiasa mengisap dan mengemut.
Selera anak kecil relatif mudah berubah, misalnya hari ini suka soto, besok suka bakso.
Jadi, tak heran kalau ia tidak antusias melihat menu makanan yang dibuat ibunya atau pengasuh, karena sudah menduga tak ada yang istimewa, “Ah, paling-paling juga seperti kemarin.”
Baca Juga: Penyebab Anak Senang Mengemut Makanan
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR