Apalagi jika kebiasaan itu berlanjut terus dan pola makan orang tua tak menganut gizi seimbang, beragam, dan bervariasi, maka anak akan mengalami kekurangan gizi akut yang menghambat pertumbuhan badan serta perkembangan otaknya sehingga mempengaruhi kecerdasannya.
Contoh, jika anak tak suka sayuran atau buah-buahan, bisa terjadi kekurangan vitamin A.
Jika hanya mengonsumsi susu murni saja, bisa terjadi anemia defisiensi besi yang selanjutnya berdampak negatif terhadap kekebalan tubuh dan kecerdasan otak.
Jika jumlah masukan makanan sumber energi dan protein kurang untuk jangka waktu lama, akan terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang pada masa muda disebut gagal tumbuh (failure to thrive).
Sedangkan pada bayi yang lebih tua dan anak balita dapat terjadi penyakit malnutrisi energi protein (MEP) atau kurang kalori (energi) protein.
Mengubah pola makan orangtua
Memaksakan anak supaya mengubah pola makan sementara orang tuanya sendiri tak berubah adalah sia-sia. Jika orang tua tak suka makan sayur, ia pun tak mungkin memaksakan makan sayur kepada anaknya.
Jadi, bila kita ingin si kecil suka makan sayur atau ikan dan sebagainya, berilah contoh nyata dengan membiasakan diri makan makanan seperti itu.
Sia-sia pula bila orang tua berusaha menyembunyikan pola makannya yang kurang baik. Justru hal ini akan membuat anak penasaran. Misalnya, orangtua makannya sembunyi-sembunyi, dan kebiasaan buruk tersebut pada akhirnya akan terbongkar juga oleh anak. Ia pun lambat-laun akan meniru pola makan orang tuanya itu.
Sebelumnya, agar anak tak menjadi seorang picky eater, ia sudah harus dilatih makan dengan gizi seimbang sejak dini.
Contohnya, banyak anak yang lebih menyukai daging-dagingan ketimbang sayur karena orang tuanya tak pernah melatih anaknya memberikan makanan alternatif yang memenuhi gizi seimbang. (Sumber: Tabloid Nakita)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR