Contohnya yaitu dalam rangka mengatasi anak yang gemar menonton tv dan saat orangtua melarang Si Kecil menonton tv.
Ketika Si Kecil bertanya, “Kenapa sih aku ga boleh nonton tv?”, Moms dapat memberikan pendekatan dengan cara bercerita.
Misalnya dengan bercerita tentang seorang anak yang tidak naik kelas akibat keseringan nonton tv.
Pola asuh demokrasi memungkinkan adanya komunikasi antara orangtua dan Si Kecil, di mana di dalamnya bisa saja terjadi debat dan diskusi.
Si Kecil bisa protes dan boleh mengatakan “tidak” kepada orangtua, termasuk tidak setuju dengan orangtua.
Dengan begitu, Si Kecil belajar bersikap kritis dan dilatih untuk berani mengutarakan pendapat serta mempunyai pandangan lain tentang sesuatu hal.
Dalam mengajukan kritik dan pendapatnya, Si Kecil harus diajarkan dan dibiasakan mengutarakannya dengan sopan dan disertai alasannya.
Dalam segala hal terapkan norma spiritual pada Si Kecil.
Sebab kriteria Si Kecil yang mandiri dan cerdas, harus menyandingkan secara seimbang antara IQ, EQ, SQ, artinya, inteligensi dan emosi sejajar pula dengan spiritual.
Si Kecil yang mendapatkan pendidikan spiritual dan menjalankan agama, umumnya akan berkembang menjadi pribadi yang mampu menahan diri, mau mengerti perasaan orang, dan mau mendengar.
Bila dibiasakan sejak dini, maka Si Kecil tak akan menemukan sifat tantrum, egois, maunya selalu dituruti, dan bermusuhan dengan orang lain.
Baca Juga: Cari Tahu Tentang Pola Asuh Demokratis dan Pentingnya Memahami Emosi Anak
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR