Nakita.id - Apa itu pola asuh demokratis? Zaman semakin maju tentunya pola asuh anak zaman dulu dan sekarang sudah berbeda ya, Moms.
Untuk membuat Si Kecil sukses, hal itu dapat dipengaruhi dari pola asuh yang diterapkan oleh Moms dan Dads.
Dalam sebuah keluarga, Moms dan Dads harus bisa menerapkan suasana demokratis karena dapat mendukung perkembangan Si Kecil terutama dalam hal kemandirian dan tanggung jawab.
Menciptakan suasana demokratis di rumah yaitu dengan cara menunjukkan kasih sayang melalui komunikasi dua arah antar orangtua dan Si Kecil.
Mengutip dari Parents, pola asuh demokratis adalah gabungan dari pola asuh otoriter dan permisif. Orangtua tetap memberlakukan peraturan dalam praktiknya.
Akan tetapi, anak diberikan petunjuk dan penjelasan dari setiap tindakan yang dilakukan. Jadi, peraturan yang dibuat bukan hanya untuk memaksa anak.
Tetapi dengan memberikan pengertian agar anak memahami makna dibalik hal yang dilakukannya.
Walaupun menerapkan kedisiplinan, anak mengikutinya karena mengerti dan atas dasar kesadaran.
Aturan yang diberlakukan juga mempertimbangkan kondisi anak pada situasi tertentu. Dengan pola ini, rasa kepercayaan antara orangtua dan anak akan lebih mudah untuk terbangun.
Kebebasan tetap diberikan oleh orangtua. Hanya saja, orangtua tetap memberikan arahan kepada anak sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Orangtua akan memberikan petunjuk kepada anak ketika akan melakukan suatu hal.
Baca Juga: Pola Asuh Orang Tua di Jepang yang Bisa Dijadikan Inpsirasi untuk Moms dan Dads di Indonesia
Cara ini membangun komunikasi yang baik untuk orangtua dan anak.
Sekaligus melatih anak untuk terbiasa bersosialisasi dan berdiskusi dengan orang lain.
Kedisiplinan yang diterapkan merupakan bentuk penguatan perbuatan baik yang dilakukan oleh anak.
Untuk menerapkan disiplin, orangtua dan anak membuat kesepakatan di awal.
Memberikan anak sebuah penghargaan atas perbuatan baik dapat dilakukan dan konsekuensi bila anak melakukan kesalahan.
Penghargaan akan diberikan dengan hal sederhana seperti pujian atau hal yang diinginkan oleh anak.
Jika melanggar kesepakatan, anak akan mendapatkan konsekuensi sesuai yang telah disetujui di awal.
Keterbukaan orang tua dan keterlibatan anak dalam mengambil keputusan dalam pola asuh ini akan membuat anak terbiasa dengan negosiasi, diskusi, dan memecahkan masalah sendiri.
Memahami peraturan berdasarkan tindakan yang dibuat mengajarkan anak untuk berani dalam mengambil keputusan yang diambilnya.
Anak menjadi terlatih dengan konsekuensi yang ditanggungnya.
Pola asuh demokratis mengajarkan anak untuk mampu berpikir secara rasional.
Baca Juga: Pola Asuh Otoriter yang Buat Anak Disiplin Tapi Ada juga Dampaknya, Simak di Sini!
Anak akan terbiasa dengan memilih berdasarkan keinginan yang sesungguhnya.
Secara tidak langsung anak akan memahami bentuk hak dan kewajibannya.
Pola asuh demokratis sangat bagus untuk diterapkan nih, Moms.
Jika dibandingkan dengan ketiga pola asuh lainnya, yaitu: otoriter, permisif, dan neglected.
Perkembangan anak menjadi optimal karena adanya ruang untuk anak dan terbiasanya untuk berpikir secara logis.
Tapi bagaimana caranya agar Moms dan Dads bisa menerapkan pola asuh demokratis?
Inilah kiat yang dapat digunakan untuk menerapkan pola asuh demokratis di rumah untuk Si Kecil.
Kiat yang paling dasar adalah orangtua mau meluangkan waktu untuk Si Kecil.
Orangtua harus mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan Si Kecil, mau menjadi pendengar yang baik bagi Si Kecil serta mengajak Si Kecil berdiskusi.
Lalu, selalu memberikan alasan dalam setiap larangan atau aturan sehingga Si Kecil dapat memahami latar belakangnya tanpa kesan orangtua bersikap otoriter.
Melakukan pendekatan yang baik pada Si Kecil dengan menggunakan jurusan 3B, yaitu bercerita, bermain, dan bernyanyi.
Baca Juga: Pola Asuh Anak yang Salah dan Menyebabkan Trauma, Jangan Lakukan!
Contohnya yaitu dalam rangka mengatasi anak yang gemar menonton tv dan saat orangtua melarang Si Kecil menonton tv.
Ketika Si Kecil bertanya, “Kenapa sih aku ga boleh nonton tv?”, Moms dapat memberikan pendekatan dengan cara bercerita.
Misalnya dengan bercerita tentang seorang anak yang tidak naik kelas akibat keseringan nonton tv.
Pola asuh demokrasi memungkinkan adanya komunikasi antara orangtua dan Si Kecil, di mana di dalamnya bisa saja terjadi debat dan diskusi.
Si Kecil bisa protes dan boleh mengatakan “tidak” kepada orangtua, termasuk tidak setuju dengan orangtua.
Dengan begitu, Si Kecil belajar bersikap kritis dan dilatih untuk berani mengutarakan pendapat serta mempunyai pandangan lain tentang sesuatu hal.
Dalam mengajukan kritik dan pendapatnya, Si Kecil harus diajarkan dan dibiasakan mengutarakannya dengan sopan dan disertai alasannya.
Dalam segala hal terapkan norma spiritual pada Si Kecil.
Sebab kriteria Si Kecil yang mandiri dan cerdas, harus menyandingkan secara seimbang antara IQ, EQ, SQ, artinya, inteligensi dan emosi sejajar pula dengan spiritual.
Si Kecil yang mendapatkan pendidikan spiritual dan menjalankan agama, umumnya akan berkembang menjadi pribadi yang mampu menahan diri, mau mengerti perasaan orang, dan mau mendengar.
Bila dibiasakan sejak dini, maka Si Kecil tak akan menemukan sifat tantrum, egois, maunya selalu dituruti, dan bermusuhan dengan orang lain.
Baca Juga: Cari Tahu Tentang Pola Asuh Demokratis dan Pentingnya Memahami Emosi Anak
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR