Nakita.id - Anak memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda.
Sehingga tak bisa dipungkiri bahwa anak tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hal ini tak bisa dijadikan patokan bagi orang tua untuk mengukur anaknya.
Sebagai orang tua, kita hanya memiliki tugas untuk memaksimalkan kelebihan setiap anak dan meminimalkan kekurangannya, bukan malah membanding-bandingkannya.
Merusak perkembangan kepribadian
Anak yang dibanding-bandingkan akan merasa harga dirinya hancur dan ia pun akan kehilangan rasa percaya pada orangtuanya.
Selain itu, ia juga merasa terabaikan dan tumbuh menjadi pribadi yang selalu ragu-ragu karena ia menganggap apa yang dilakukannya tidak sebaik adik/kakak/temannya.
Apalagi jika pembandingan kerap dilakukan, ia akan semakin memvonis dirinya seperti apa yang dituduhkan, lebih jelek, bodoh, payah, dibandingkan adik/kakak/temannya.
Sombong dan cepat puas diri
Pada anak yang jadi bahan pembanding pun akan muncul dampak buruk yang tak kalah membahayakan.
Ia bisa saja tumbuh jadi anak sombong, cepat puas diri, selalu merasa diri sempurna, hingga sering kali salah arah.
Baca Juga: Dampaknya Luar Biasa, Begini Cara Supaya Tidak Membandingkan Anak Sendiri dengan Anak Orang Lain
Selain, karena ia selalu dianggap baik, bukan tak mungkin saat berperilaku buruk pun tetap dianggap baik, hingga ia jadi tak belajar untuk menyadari kapan ia berbuat salah.
Padahal, anak harusnya belajar, di antara kebaikan-kebaikan yang dipersepsikan orangtuanya, pasti juga ada keburukan dan ia pernah "terpeleset" atau berbuat salah.
Pembandingan yang selalu membenarkan perilaku anak juga dapat memicu anak untuk tak belajar berempati pada orang lain, termasuk belajar memahami ada orang yang salah.
Jika terus-menerus demikian, bisa saja kelak membuat anak tak pernah mendengarkan orang lain karena ia merasa yang paling benar.
Persaingan tak sehat
Parahnya lagi, perbandingan antara kakak-adik bisa memunculkan persaingan tak sehat di antara meraka.
Ini karena yang satu dipuja-puja sementara yang satunya selalu disalahkan.
Tak mustahil yang “terkalahkan” berusaha untuk mencari cara demi menyingkirkan atau menyakiti saudaranya yang menjadi saingannya itu.
Tentu hal ini akan merusak hubungan dalam keluarga.
Cari penyebabnya
Yang seharusnya dilakukan adalah mencari penyebab dari kekurangan anak dan kelebihan anak.
Baca Juga: Stop Membandingkan Anak, Jika Tidak Ingin Anak Menjauh Dari Orang Tua
Setelah ditemukan penyebabnya, segera atasi supaya ia keluar dari masalahnya.
Jika masalahnya memang kurang stimulasi dan pengajaran, lakukan stimulasi terhadap kemampuan-kemampuan yang belum dikuasainya.
Misal, anak tak berprestasi di bidang matematika, mungkin kita perlu mengikutkan anak ke tempat kursus.
Dengan begitu kemampuan anak meningkat.
Jangan mengagung-agungkan
Terhadap si adik/kakak yang terlihat lebih baik, tak perlu mengangung-agungkannya.
Ia memang lebih pintar tapi jangan membuatnya menjadi besar kepala.
Sebaiknya kita pelihara kelebihannya dengan meminta anak untuk terus menjaga prestasi yang sudah dimilikinya.
Misalnya “Kakak pintar, tetap rajin belajar supaya terus pintar!” Atau, minta ia membantu adiknya, “Kakak bantu adik, ya, karena dia sepertinya kesulitan memahami matematika!”
Dengan begitu anak menyadari kelebihannya tetapi tidak membuatnya tinggi hati.
Bila terpaksa membandingkan
Kalaupun kita terpaksa melakukannya, bandingkan dengan tujuan membangun motivasi anak.
Contoh, “Adek mau enggak prestasimu seperti kakakmu? Yuk, kita belajar lebih giat!”
Dengan begitu, anak tidak merasa dihakimi tetapi diajak untuk berpikir bahwa untuk bisa berprestasi seperti kakak maka dia harus lebih giat belajar.
Tetapi jangan terlalu sering melakukannya, karena lama-lama anak pun akan merasa kalau dia terus-menerus dibandingkan dengan kakaknya.
Manfaatkan kelebihannya
Ajari anak untuk "memanfaatkan" hal-hal positif atau kelebihan-kelebihan yang dimiliki si teman.
Semisal dengan mendorong anak untuk berani menanyakan kiat belajar temannya.
Jangan lupa, hargai pula "selera" anak.
Bukankah ia lebih tahu berapa lama, di mana, jam berapa dan bagaimana cara belajar yang paling pas untuknya?
Biasakan anak belajar mengambil keputusan yang menyangkut kepentingannya.
Hasilnya akan jauh lebih baik ketimbang Moms sibuk memikirkan si anak harus begini-begitu. (Sumber: Tabloid Nakita)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR