Nakita.id - Sangat penting mengetahui gizi yang baik untuk otak bayi.
Memenuhi kebutuhan gizi bayi harus diperhatikan oleh Moms dan Dads, bahkan sejak dalam kandungan.
Asupan nutrisi yang tepat dan sesuai dapat menunjang tumbuh kembang bayi menjadi optimal.
Selain iodium dan besi, ibu hamil jangan sampai kekurangan energi dan protein.
Seperti telah dikemukakan di halaman sebelumnya, iodium dan besi merupakan mineral yang berpengaruh terhadap pembentukan otak janin. Ibu hamil yang kekurangan iodium mengakibatkan anaknya mengalami kelambatan mental.
Sedangkan bila kekurangan besi, membuat otak kekurangan oksigen, hingga pertumbuhan otak pun terganggu.
Nah, selain kedua mineral tadi, zat gizi yang juga berperan penting dalam proses pembentukan otak adalah energi dan protein.
Penelitian membuktikan, ibu hamil yang mengalami KEP (Kurang Energi dan Protein) akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), ukuran otak yang kecil dan jumlah sel otak yang kurang.
Namun demikian, ibu hamil tak boleh sampai kelebihan kalori karena menyebabkan kegemukan.
Ia bisa menderita preeklampsia (hipertensi dalam kehamilan), sedangkan bayinya bisa lahir prematur atau pertumbuhannya terhambat karena suplai makanan ke janin berkurang akibat terjadi penyempitan pembuluh darah si ibu. Bahkan, kondisi ini pun bisa mengakibatkan kematian janin.
Selain itu, kelebihan kalori juga menyebabkan munculnya diabetes, mengakibatkan calon ibu cepat lelah dan sulit menjaga keseimbangan badan.
Protein
Pembentukan sel-sel otot janin sangat memerlukan protein. Tak heran pertumbuhan janin akan terhambat bila ibu hamil kekurangan protein. Bayi akan lahir dengan BBLR, selain mengakibatkan gagalnya pembentukan otak yang optimal karena protein pun berfungsi untuk mendukung kecerdasan anak kelak.
Kegunaan lain adalah untuk pertumbuhan plasenta, cairan amnion, jaringan uterus, hemoglobin, plasma protein, serta untuk cadangan maternal saat melahirkan dan pemberian ASI.
Janin yang kekurangan protein akan mengambilnya dari protein si ibu. Akibatnya, si ibu akan menderita anemia karena protein berfungsi membentuk sel darah merah. Si ibu pun jadi lemah, kurus, dan HB-nya rendah.
Parahnya jika si ibu seorang vegetarian, karena energinya jadi berkurang hingga bisa mengalami keguguran.
Kekurangan protein bisa dipantau dengan pengontrolan BB. Jika ibu hamil berusia antara 20-45 tahun dengan BB normal 54 kg, maka harus menambah BB maksimal 11-16 kg. Jika pertambahan tersebut tak tercapai, berarti ia harus menambah asupan proteinnya.
Caranya? Tentu saja dengan menambah porsi makan. Contoh, jika sebelumnya cuma makan setengah piring dengan nasi dan sepotong tempe, kini jadi sepiring nasi dengan 2 potong tempe, plus segelas susu. Atau, frekuensi makannya yang ditambah, dari 3 kali sehari jadi 6 kali dengan porsi kecil.
Lain halnya bila si ibu sudah kelebihan protein, tentu harus dikurangi.
Pasalnya, kelebihan protein membuat ginjal bekerja ekstra keras menyaring makanan yang mengandung protein sebelum disalurkan ke seluruh tubuh. Bila keadaan ini berlangsung lama, ginjal pun rusak.
Selain itu, protein yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak. Jika terus bertumpuk, tentulah akan terjadi kegemukan. Ingat, obesitas tak bagus buat kehamilan.
Asam Lemak Esensial
Baca Juga: Pentingnya Kecukupan Gizi Bagi Anak di Masa Tumbuh Kembangnya
Lemak yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak adalah asam lemak esensial, seperti Omega-3, Omega-6, dan DHA.
Omega-3 atau asam alfa-linolenat berperan penting pada perkembangan sel saraf, otak dan sistem penglihatan janin, terutama retinanya.
Otak bayi 60 persen di antaranya terdiri dari DHA (dokosaheksaenoat) yang merupakan salah satu bentuk senyawa aktif Omega-3.
Kekurangan asam lemak amat berkaitan dengan ketidaksempurnaan fungsi saraf, semisal menurunnya daya ingat dan kemampuan mental lainnya, akibat kerusakan fungsi membran/selaput otak.
Omega-3 juga berperan penting menjaga keutuhan dinding sel, mengontrol kadar kolesterol darah, mencegah terjadinya penyakit jantung koroner akibat penyempitan, dan pengerasan pembuluh darah.
Bahan makanan sumber omega-3 banyak ditemukan pada ikan laut, terutama ikan laut dalam, seperti salmon, tuna, cakalang, lemuru, makarel, dan sarden.
Selain terdapat pula pada kedelai, tahu, tempe, minyak canola, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
Juga pada telur Omega-3 yang merupakan hasil rekayasa dari pakan ternak. Kandungan omeganya 12 kali lebih banyak, lo, dibanding telur biasa.
Akan halnya Omega-6 atau asam linoleat, banyak terdapat pada pangan nabati, terutama biji-bijian seperti produk kedelai semisal tahu, tempe susu kedelai, dan minyak nabati.
Fungsinya meningkatkan ketahanan tubuh dan memelihara kesehatan kulit. Selain juga diperlukan dalam proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk pembentukan hormon, antibodi, dan organ-organ vital lainnya seperti otak.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Ciri-Ciri Bayi Kurang Gizi dan Cara Mengatasinya, Moms Wajib Tahu!
Hidupkan Ramadanmu dengan Berbagi Paket Hidangan Buka Puasa yang Ditemani Teh Manis Hangat
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR