Nakita.id – Rumah tangga pasangan Venna Melinda dan Ferry Irawan tengah menjadi sorotan publik.
Hal ini lantaran dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh Ferry Irawan.
Mulanya kabar ini tersiar usai Venna Melinda melaporkan sang suami ke Polres Kediri, tapi berkas kemudian dilimpahkan ke Polda Jatim.
Menurut kabar yang beredar, akibat tindak kekerasan yang diterimanya sampai membuat Venna terluka dan hidungnya berdarah.
Perlahan penyebab KDRT mulai terkuak, disebut-sebut bahwa pertikaian antara Ferry dan Venna karena urusan ranjang.
Ia diduga seringkali marah apabila Venna tidak mau melayaninya.
Akibat hal ini, banyak yang mengaitkan perilaku Ferry dengan seseorang yang hypersex.
Untuk mengetahui apa itu hypersex, ketahui yuk apa saja ciri-cirinya?
Hypersex merupakan istilah medis yang didefinisikan sebagai perilaku seksual yang berlebihan atau kompulsif yang berlangsung selama lebih dari enam bulan.
Dalam kata lain, ini merupakan bentuk dari kecanduan seksual.
Orang-orang hiperseksual tidak dapat mengendalikan diri dan dorongan mereka.
Baca Juga: Tak Puas Soal Urusan Ranjang, Ferry Irawan Mendadak Dijodohkan dengan Mertua Rozy
Dilansir dari Paramount Men’s Medical Center, seorang yang kondisi ini tidak dapat mengendalikan dorongan seksual mereka termasuk fantasi seksual, dorongan, dan tindakan yang dapat menyebabkan perasaan ini.
Beberapa tanda-tanda hiperseksualitas diantaranya meliputi:
- Pikiran konstan tentang seks dan perilaku seksual.
- Melibatkan atau berfantasi tentang tindakan seksual yang berulang dan tidak terkendali.
- Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, terutama pasangan romantis karena keasyikan mereka dengan seks.
- Ketidakmampuan untuk mengendalikan dorongan seksual.
- Terus terlibat dalam perilaku dan kegiatan seksual bahkan setelah mereka menyebabkan konsekuensi yang merugikan.
Yang perlu dipahami, terdapat perbedaan antara hipersex dengan high sex drive.
Dorongan seks yang tinggi adalah peningkatan hasrat seksual.
Di sisi lain, hiperseksualitas melibatkan perasaan di luar kendali dan mendesak untuk berhubungan seks serta perilaku seksual frekuensi tinggi.
Hal ini kemudian, membuat yang bertanya-tanya mengenai apa penyebab seseorang mengalami gangguan perilaku seksual kompulsif tersebut.
Tidak jelas apa yang sebenarnya menyebabkan hiperseksualitas. Dikutip dari Very Well Mind, penelitian menunjukkan hal -hal berikut sebagai penyebab kondisi:
kondisi seperti epilepsi dianggap menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian otak, yang pada gilirannya dapat memicu kondisi tersebut.
Otak mengendalikan hampir semua fungsi kita sehari -hari, termasuk perilaku seksual.
Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan kurangnya minat pada dorongan seksual atau perilaku atau hiperseksualitas.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dopamin dapat memicu kondisinya.
Menurut beberapa peneliti, hiperseksualitas dapat berkembang sebagai efek samping dari obat -obatan tertentu.
Obat penggantian dopamin, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, terkadang ditemukan menyebabkan hiperseksualitas.
Salah satu faktor potensial bisa jadi karena penyakit mental seperti gangguan bipolar.
Mengidentifikasi hiperseksualitas bisa sulit. Karena manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5), yang menyediakan diagnosis beberapa kondisi kesehatan mental gagal memberikan kriteria untuk mendiagnosis hiperseksualitas atau perilaku seksual kompulsif.
Beberapa profesional kesehatan mental menggunakan kriteria diagnostik untuk kondisi seperti kecanduan perilaku untuk membantu mendiagnosis hiperseksualitas.
Ini karena hiperseksualitas dapat dianggap sebagai bentuk kecanduan perilaku atau gangguan kontrol impuls.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR