Nakita.id - Sebenarnya pertambahan berat badan saat hamil memang hal yang normal.
Namun, bagaimana jika kenaikan berat badan menjadi tidak terkendali dan justru menyebabkan obesitas?
Adakah bahaya yang mengintai dari kondisi ini?
Ibu hamil dikatakan obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih atau sama dengan 30.
Obesitas selama kehamilan bisa meningkatkan risiko terjadinya sejumlah masalah kesehatan pada ibu hamil dan janin.
Oleh karena itu, kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan.
Ibu hamil yang obesitas cenderung kesulitan untuk beraktivitas bahkan berolahraga.
Padahal, aktivitas fisik dan olahraga merupakan salah satu kunci utama untuk mewujudkan kehamilan yang sehat.
Selain itu, ada bahaya dan risiko yang akan terjadi jika Moms mengalami kelebihan berat badan saat hamil.
Pada wanita dengan IMT normal, yaitu antara 18,5−24,9, kenaikan berat badan saat hamil disarankan sekitar 11−16 kg.
Sementara, pada wanita yang sudah kelebihan berat badan dengan IMT di atas 25, dianjurkan agar berat badannya saat hamil hanya naik sebanyak 7−11 kg.
Ibu hamil yang kelebihan berat badan atau obesitas rentan mengalami gangguan kesehatan dan komplikasi kehamilan.
Melansir dari National Institute Health, berikut bahaya dan risikonya:
Kelebihan berat badan selama kehamilan bisa meningkatkan risiko ibu hamil terkena diabetes gestasional, yang kerap berlanjut menjadi diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Selain itu, diabetes gestasional juga dapat meningkatkan kemungkinan ibu hamil menjalani persalinan caesar.
Preeklamsia bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah kelebihan berat badan.
Bila tidak ditangani dengan baik, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu maupun janin.
Ketika ibu hamil mengalami preeklamsia akibat berat badan berlebih dan tidak diobati, risiko kelahiran prematur akan semakin lebih tinggi.
Bayi yang lahir secara prematur perlu pemantauan ketat oleh dokter agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan.
Keguguran memang bisa saja terjadi secara spontan dan seringkali tidak diketahui penyebabnya.
Namun, pada ibu hamil yang obesitas, risiko terjadinya keguguran cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki berat badan normal.
Bayi yang lahir dari ibu obesitas diketahui lebih berisiko mengalami kelainan bawaan, seperti spina bifida maupun menderita penyakit jantung bawaan.
Baca Juga: Satu Cara Menjaga Berat Badan saat Hamil dengan Menghindari 3 Makanan Berikut Ini, Apa Saja?
Tidak hanya itu, obesitas pada ibu hamil juga berisiko menyebabkan janin meninggal dalam kandungan atau stillbirth.
Obesitas selama kehamilan juga bisa meningkatkan risiko ibu hamil melahirkan bayi dengan berat badan berlebih (makrosomia).
Ukuran bayi yang terlalu besar akan meningkatkan risiko cedera selama persalinan, misalnya bayi tersangkut di jalan lahir atau ibu mengalami perdarahan.
Mengingat banyaknya risiko yang bisa terjadi pada ibu hamil yang obesitas, wanita obesitas disarankan untuk menurunkan berat badan sebelum memulai program hamil guna menghindari komplikasi kehamilan.
Ibu hamil dengan berat badan berlebih membutuhkan lebih banyak pemantauan dan perawatan.
Salah satunya adalah USG kehamilan secara berkala.
Hal ini bertujuan agar dokter bisa segera memberi penanganan jika ditemukan tanda-tanda komplikasi kehamilan.
Di samping itu, supaya tidak mengalami obesitas selama kehamilan, rutinlah berkonsultasi dengan dokter.
Lewat konsultasi ini, dokter akan memberikan saran mengenai cara menjalani kehamilan sehat, termasuk pola makan dan aktivitas fisik yang dianjurkan.
Jadi, Moms tidak boleh mengalami kelebihan berat badan selama masa kehamilan.
Pasalnya, kehamilan adalah salah satu hal yang harus dijaga karena hal ini menyangkut kesehatan Moms dan janin.
Baca Juga: Berat Badan Saat Hamil Tak Bertambah? Cukup Lakukan Hal Ini Kata Ahli
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR