Nakita.id - Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bahkan wajib didapat untuk semua kalangan.
Terlebih, pendidikan menjadi salah satu faktor terpenting untuk kemajuan seorang anak di masa depan.
Selain dari pendidikan, pola asuh yang baik sejak dini tentu juga sangat diperlukan.
Tujuannya adalah untuk membantu anak meraih masa depannya yang lebih cemerlang.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan pada anak.
Sama seperti yang dilakukan Elsya Aulia, seorang ibu dengan dua anak.
Saat ini, kedua anaknya sedang bersekolah di salah satu sekolah alam kawasan Tangerang Selatan.
Akrab disapa Echa, dirinya bercerita bahwa dulu sempat bersekolah di sekolah yang akademis dan tidak semua materi terpakai.
"Menurut saya, sekolah itu lebih menyenangkan itu kalau happy, lebih banyak doing, lebih banyak praktik, lebih banyak mendekatkan diri dengan alam, dan disangkutpautkan dengan materi yang dipelajari," kata Echa saat dihubungi Nakita, Senin (15/5/2023).
"Jadi, kalau anak melihat langsung dan belajar itu lebih efektif," lanjutnya.
Alasan itulah yang membuat ibu dua anak ini menyekolahkan mereka di sekolah alam.
Echa juga menyampaikan, pendidikan yang pertama itu memang dimulai dari rumah.
Selain itu, lanjutnya, sekolah yang dipilih itu harus sesuai dengan apa yang orangtua inginkan untuk anak.
"Kita berharap dari pembelajaran apa yang kita kasih dan sekolah kasih itu akan lebih efektif," ucapnya.
Echa mengakui bahwa setiap anak itu memiliki perbedaan karakter dan tidak bisa disamakan.
Namun, agar pembelajaran di rumah tetap efektif dan menyenangkan, ada beberapa hal yang Echa dan suami pegang teguh.
Hal yang pertama adalah harus sesuai dengan ketertarikan anak.
"Kedua adalah waktu. Jangan pas anak sedang kelelahan kita kasih pembelajaran atau materi, yang akhirnya hanya 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri'," sebutnya dengan tegas.
Echa juga menambahkan bahwa suasana hati anak juga harus baik dan tidak memiliki masalah apapun.
Selain ketiga hal penting tersebut, ada juga hal-hal lainnya yang menurut Echa penting.
"Menurut pengalaman, (pembelajaran) efektif itu ketika anak bertanya," ceritanya.
Pasalnya, bagi Echa sendiri, anak yang mengajukan pertanyaan itu menandakan anak sudah siap terima informasi dari orang lain.
Tak hanya itu, Echa juga membiasakan anak untuk melihat situasi dan kondisi di sekitarnya, sekaligus memintanya untuk berpendapat.
"Materi kalau bisa yang relate dengan lingkungan sekitar," pesannya.
Selain mendorong anak bertanya, Echa juga sering menyertakan alat peraga selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Mulai dari referensi berupa buku, internet (YouTube dan Google), hingga set peraga.
Bagi Echa, membeli set peraga langsung ini penting untuk kemajuan anak kedepannya.
"Karena di umur mereka itu ada nempel-nempel, gambar-gambar, menyesuaikan dengan gambar dan warna palet yang ada," terangnya.
"Jadi, memancing cara berpikir mereka (anak). Hal ini dapat meningkatkan kemampuan motoriknya," ungkapnya.
Selain akademis yang didapat anak di sekolah alam, Echa juga menanamkan kebiasaan moral pada kedua anaknya sejak dini.
"(Di rumah) kita ada rules, dimana pagi harus seperti apa, pulang sekolah harus seperti apa, dan lain-lain. Kalau ada rules yang tidak dijalankan, maka ada konsekuensi yang telah disepakati bersama anak-anak," ceritanya.
"Di sekolah juga begitu. Ada yang mecahin barang di sekolah itu harus ganti pakai duit sendiri, bukan duit orangtuanya. Caranya adalah dengan buka market day," lanjutnya bercerita.
Berdasarkan penjelasan Echa, di market day sendiri, anak-anak harus menjual makanan maupun minuman ke teman-teman, guru, serta orangtua.
Mulai dari produksi, mendesain kemasan, hingga memasarkan dan menjual hasil produksinya.
Setiap levelnya berbeda-beda tergantung usia anak di sekolah alam tersebut.
Bahkan, apa yang dijual di market day ini pun bervariasi.
Mulai dari minuman jahe, minuman kunyit, hingga memanen ayam.
Akhir kata, Echa menyebut bahwa ada satu poin yang membuatnya tertarik untuk memasukkan kedua anaknya di sekolah alam.
"Enggak sesekali anak harus diberi kepercayaan. Fokus ke kelebihannya dibanding kekurangannya," ungkap Echa.
Echa bahkan bercerita bahwa mulai dari kelas 1 SD, para siswa sudah diharuskan camping keluar tanpa dampingan orangtua. Untuk kelas 1 SD hanya satu malam saja, sedangkan kelas 5 SD selama lima hari.
"Makan juga harus nyari sendiri, belajar menyelam, menyeberang. Sebenarnya banyak banget pelajaran yang diambil bukan dari alam, tapi dari sekitar kita," ujarnya.
"Jadi, anak bisa percaya diri, mengontrol diri, sama tanggung jawab," tutupnya.
Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.
Baca Juga: PTM atau PJJ? Orangtua Memilih Metode Pembelajaran Ini yang Dinilai Lebih Efektif di Masa Pandemi
Shopee Bersama Tasya Kamila dan Bittersweet by Najla Ceritakan Dampak Positif Inovasi dalam Berdayakan Ekosistem
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR