Nakita.id - Setiap orangtua tentu menginginkan tumbuh kembang anaknya menjadi optimal.
Sayangnya, masalah tumbuh kembang anak di Indonesia masih marak hingga saat ini.
Salah satunya adalah stunting.
Ya, permasalahan stunting di Indonesia disebut-sebut dapat menghambat kesempatan banyak orangtua untuk melahirkan Generasi Emas Indonesia di tahun 2045 mendatang.
Untuk itu, Nakita sebagai salah satu bagian dari media khusus perempuan di bawah naungan Grid Network menghadirkan Srikandi untuk Negeri.
Srikandi untuk Negeri merupakan sebuah program yang didekasikan untuk mengangkat keterlibatan perempuan dalam berbagai bidang sebagai perempuan penggerak perubahan.
Sehingga, perempuan-perempuan ini memiliki kemampuan dan juga wawasan yang sama dalam memajukan perannya baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun untuk lingkungannya.
Kamis kemarin (20/7/2023), Nakita mengadakan Instagram Live dengan Bidan Finna Helderia Siboro, Amd.Keb untuk berdiskusi bersama terkait pentingnya peran bidan untuk mencegah stunting pada anak.
Bidan Finna sendiri telah menjadi bidan sejak tahun 2016, dan tahun ini merupakan tahun ketujuhnya.
Salah satu peran beliu sebagai bidan adalah membantu mencegah stunting untuk tumbuh kembang anak sekaligus masa depannya yang cerah.
Bahkan menurutnya, stunting sedang banyak dibahas selama dua tahun belakangan ini karena masih banyak orangtua yang belum paham tentang stunting itu sendiri.
Baca Juga: #PerempuanPastiBisa Jadi Penggerak Perubahan, Grid Network Persembahkan Srikandi untuk Negeri
"Stunting artinya adalah gagal tumbuh karena diakibatkan oleh gizi buruk atau dalam jangka panjang. Biasanya terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan, atau di usia 0 sampai 2 tahun," terang Bidan Finna.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa langsung mengunjungi akun Instagram @finnahelderiasiboro.
Menurut Bidan Finna, kondisi stunting di Indonesia sebenarnya masih belum stabil.
"Belum bisa dibilang membaik juga, karena di Indonesia masih kurang banget orang menjaga makanan," ujarnya.
"Sebenarnya pas kemarin pandemi, kita sempat khawatir tuh stunting ini akan meningkat. Ternyata malah pas pandemi justru si stunting ini justru menurun," ungkapnya.
Bidan Finna menyampaikan, hal ini bisa terjadi kemungkinan besar karena orang-orang menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar selama pandemi agar tidak terkena Covid-19.
"Mudah-mudahan sih ke depannya semakin menurun ya (stunting)," harap Bidan Finna.
Berdasarkan pemaparan Bidan Finna, ciri-ciri stunting sebenarnya identik dengan berat badan atau tinggi badan yang tidak sesuai ideal.
"Tapi, bukan berarti setiap anak yang bertubuh pendek itu dikatakan stunting, belum tentu ya. Ciri-cirinya yang pertama pasti pertumbuhannya terlambat, mulai dari berat badan dan tinggi badan," sebutnya.
"Makanya, perlu dari usia 0-2 tahun diperhatikan berat badan dan tinggi badannya si anak. Sebaiknya anak dibawa ke dokter atau ke faskes terdekat untuk memastikan berat badan atau tinggi badannya sesuai dengan kurva KMS atau kurva WHO," katanya menjelaskan.
Apabila terjadi berat dan tinggi badan yang tidak sesuai ideal, maka bisa didiagnosa anak terkena stunting, Moms dan Dads.
Selain itu, ciri-ciri lainnya adalah anak mengalami keterlambatan mental, sulit fokus terhadap sesuatu, bahkan lebih gampang sakit karena imunitasnya yang rendah.
Bidan Finna menyampaikan bahwa faktor penyebab stunting itu adalah kurangnya gizi sejak 1000 hari pertama kehidupan. Bahkan, dari sebelum hamil.
"Makanya, 3 bulan sebelum pernikahan sebaiknya sudah memeriksakan status gizi atau sudah konsultasi dengan bidan atau dokter terdekat mengenai asupan gizinya," pesan Bidan Finna.
Selain kurangnya asupan gizi, kurangnya pengetahuan Moms dan Dads mengenai gizi sebelum hamil juga dapat memicu risiko stunting itu sendiri.
Ditambah, kurangnya akses ke bidan atau dokter yang mudah dijangkau, terutama di kota-kota kecil.
"Biasanya sih kan stunting ini terjadi di kota-kota kecil ya. Bukan berarti di kota-kota besar tidak terjadi stunting," tegas Bidan Finna.
"Di kota besar pun terjadi stunting, tapi lebih banyak di kota-kota kecil," lanjutnya menekankan.
Selain itu, masalah lingkungan juga ternyata memicu risiko stunting pada anak, Moms dan Dads.
Mulai dari kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih, hingga gaya hidup yang diterapkan sehari-hari.
"Kalau misalnya lingkungan kita enggak bersih, kita pun lebih gampang sakit ya. Imun kita lebih rendah dan lebih gampang terpapar sakit. Jadi itu berpengaruh juga," terang Bidan Finna.
Bahkan, kebiasaan merokok maupun minum alkohol juga berisiko terpapar stunting bagi anak.
Baca Juga: Srikandi untuk Negeri untuk Dukung Program Pemerintah Sejahterakan Ibu Hamil
"Bukan karena merokok atau karena alkohol jadi kena stunting, bukan. Tapi, penyakit yang disebabkan oleh rokok dan alkohol tersebut," ujar Bidan Finna.
"Misalnya nih, bundanya perokok aktif dan merokok, itu menyebabkan penyakit paru-paru misalnya kalau dia kena TBC atau kena penyakit yang lainnya. Otomatis penyerapan si gizinya pun enggak akan maksimal," katanya menjelaskan.
Bidan Finna mengatakan, masalah aware tentang stunting itu sebenarnya karena orangtua masih kurang paham tentang stunting ini.
Misalnya, karena orangtua jarang membawa anak ke rumah sakit atau faskes terdekat saat anak sakit.
"Jadi, bidan perannya di sini adalah mendampingi. Bahkan dari sebelum terjadi kehamilan," sebutnya.
"Bahkan dari persiapan pernikahan pun kita sudah boleh nih sebagai bidan mendampingi persiapannya. Persiapan pernikahan, persiapan kehamilan, setelah persalinan, bahkan setelah melahirkan, bidan berperan penting sekali di sana untuk mencegah stunting ini," lanjutnya menyampaikan.
Kemudian, pemberian edukasi stunting kepada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu setelah melahirkan.
Semua ini dilakukan demi melahirkan Generasi Emas Indonesia di tahun 2045 mendatang, Moms dan Dads.
Kemudian, disertai juga dengan upaya pemerintah dengan memberikan program pemberian makanan tambahan dan vitamin kepada ibu hamil. Juga, meningkatkan ketersediaan air bersih.
Agar program penurunan angka stunting di Indonesia dapat berjalan lancar, peran Moms dan Dads sebagai orangtua pun harus benar-benar dijalankan.
Sebab, keluarga pada dasarnya merupakan dapur utama untuk kesuksesan anak-anak di masa yang akan datang.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR