Nakita.id - Stunting jadi salah satu masalah kesehatan yang kini sedang gencar-gencarnya jadi sorotan amsyarakat.
Sebab, dampak stunting begitu memengaruhi kehidupan anak, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan karena masalah gizi yang terjadi dalam jangka waktu lama.
Gejala stunting umumnya terdeteksi saat anak beruisa 2 tahun.
Anak stunting memiliki gejala lebih pendek dari anak-anak seusianya.
Melansir CDC, anak disebut stunting jika tinggi badannya kurang dari sepertiga tinggi anak-anak seusianya.
Gejala yang mudah dilihat yaitu ketika anak memiliki tinggi kurang dari 85 cm di usia 2 tahun.
Banyak yang bertanya-tanya, apakah ada keterkaitan antara berat badan dengan stunting?
Ternyata, ada kaitan erat antra beat badan dengan stunting.
Sebab, berat badan merupakan salah satu indikator penilaian status gizi anak yang sering digunakan.
Pertambahan berat badan pada balita menandakan anak tercukupi asupan gizinya.
Baca Juga: Pasutri Baru Wajib Tahu Tips Cegah Stunting Saat Program Hamil
Oleh karenanya, disarankan orangtua rutin membawa balita ke Posyandu setiap bulannya.
Di Posyandu, balita akan diukur secara rutin dan dipantau pertumbuhannya.
Mulai dari pemantauan berat badan, tinggi, hingga lingkar kepala.
Di Indonesia, indikator umum yang digunakan anak untuk mengukur status gizi anak diantaranya:
- BB/TB: berat abdan menurut tinggi badan
- TB/U: tinggi badan menurut umur
- BB/U: berat badan menurut umur
Bayi di beberapa bulan awal kehidupan idealnya naik berat badannya setiap bulan sekitar 1 kg.
Jika pertambahan berat badan bayi di awal kehidupannya kurang dari 750 gram per bulannya, maka orangtua perlu segera mencari solusinya.
Balita yang berat badannya tak naik selama 3 bulan berturut-turut juga harus diwaspadai.
Apalgi jika berat badan anak terus turun.
Baca Juga: Cegah Stunting Sejak di Dalam Kandungan, Ini Rekomendasi Vitamin untuk Ibu Hamil
Moms bisa berkonsultasi mengenai gizi anak dengan tenaga kesehatan di Posyandu, Puskesmas, rumah sakit, dokter spesialis anak, dan sebagainya.
Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, berikut ulasan mengenai cara mencegah anak stunting.
Untuk mencegah stunting, Moms bisa memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Kemudian, dilanjutkan dengan memberikan ASI serta Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 2 tahun.
Di Posyandu, ada kegiatan yang rutin dilakukan diantaranya pengukuran berat abdan, tinggi badan, lingkar kepala, serta pemberian PMT.
Secara berkala, juga diadakan kegiatan imunisasi atau pemberian vitamin A.
TTD merupakan Tablet Tambah Darah yang penting dikonsumsi.
Tak hanya ibu hamil, sebaiknya tablet tambah darah dikonsumsi sejak remaja putri mulai menstruasi.
Mengonsumsi TTD bisa mencegah anemia.
Makanan untuk anak dianjurkan yang kaya protein hewani.
Pemberian MPASI bisa dimulai sejak bayi berusia 6 bulan.
Baca Juga: Mencegah Lebih Baik, Inilah Kandungan Gizi Makanan untuk Anak Stunting
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR