Nakita.id - Stunting atau kondisi di mana anak memiliki tubuh kerdil dan tidak setinggi teman-teman usianya hingga saat ini masih jadi PR bagi pemerintah Indonesia.
Pemerintah terus berupaya melakukan pencegahan stunting dengan menggandeng berbagai stake holder untuk melakukan penyuluhan dan juga penanganan.
Menurut fakta dan data, penyebab utama stunting adalah kurangnya gizi dari ibu hamil bahkan sebelum menikah.
Selain gizi, rupanya anemia juga berisiko melahirkan anak stunting.
Apa hubungannya?
Mengutip dari Sehatnegeriku.Kemkes, menurut Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat drg. Kartini Rustandi, M. Kes dalam temu media virtual Hari Gizi Nasional ke-61 bertajuk “Remaja Sehat Bebas Anemia,” pada Jumat (22/1), faktanya di Indonesia masih banyak remaja mengalami anemia.
"3 dari 10 remaja mengalami anemia, tentu ini akan berpengaruh kepada masalah kesehatan yang selanjutnya," ujar drg. Kartini mengutip dari Sehatnegeriku.Kemkes.
Menurutnya, anemia bisa menyebabkan timbulnya masalah kesehatan lain misalnya penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk masalah kesuburan.
Tak hanya itu, drg. Kartini juga mengatakan bahwa remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kurang energi protein.
Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya.
"Untuk remaja putri kami mengharaokan mereka menjadi calon-calon ibu yang sehat, sehingga pada saat mereka hamil, akan melahirkan anak-anak yang sehat, Indonesia bisa bebas stunting," jelasnya.
Baca Juga: Tak Hanya Gizi yang Buruk, Tidak Adanya Kesadaran KB Dapat Memicu Terjadinya Stunting
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR