"Suami dan istri harus sama-sama saling peduli, saling engage, dan saling mencari tahu kebutuhan masing-masing," ujar Monica dengan tegas.
Monica menekankan, proses menyusui adalah hak setiap bayi dan setiap bayi memiliki hak untuk mendapatkan ASI eksklusif.
"Tapi balik lagi, seorang ibu juga punya hak untuk menyusui atau tidak. Artinya, itu sepenuhnya ada di dalam diri si ibu itu," ucapnya tegas.
"Ketika seorang ibu bersikeras, pokoknya mati-matian enggak mau menyusui, kita (suami) harus cari tahu dulu alasannya apa. Jangan-jangan, setiap kali si ibu itu menyusui, misalnya, dia merasa emosinya terganggu," terangnya.
Oleh karenanya, bukan dari proses menyusuinya yang terganggu, tetapi dari emosi ibu itu sendiri yang sudah terganggu.
Biasanya, hal ini terjadi karena adanya perubahan hormonal pasca melahirkan, sehingga proses menyusui bisa menjadi sesuatu yang sangat berat untuk ibu.
"Jadi, dipahami dulu kondisinya dan jangan hanya sekadar, 'Pokoknya harus menyusui'.
Pasalnya, semakin dipaksa dan kalau memang si ibu ini mengalami gangguan mental, justru tekanan yang kita (suami) berikan akan memperburuk situasi si ibu," kata Monica menerangkan.
Monica bahkan menyebut, jika kondisi ibu sudah semakin buruk, proses menyusui tentu menjadi proses yang panjang dan lama dilakukan.
"Jadi, cari tahu dulu alasannya apa.
Kalau memang tidak bisa dikomunikasikan, mungkin bisa konsultasikan ke dokter laktasi atau mungkin juga psikolog," saran Monica.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR