Nakita.id - Pemarah adalah salah satu sifat manusia yang dapat muncul pada segala usia, termasuk pada anak-anak.
Anak yang pemarah dapat menimbulkan tantangan bagi orang tua dan guru dalam mengelola perilaku mereka.
Untuk memahami penyebab anak pemarah, kita perlu merenungkan faktor-faktor psikologis yang mendasarinya.
Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan beberapa penyebab anak pemarah menurut psikologi.
1. Kurangnya Kemampuan Mengatasi Emosi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan anak menjadi pemarah adalah kurangnya kemampuan mereka untuk mengatasi emosi dengan baik.
Anak-anak, terutama yang lebih muda, mungkin belum belajar cara mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat.
Sebagai hasilnya, mereka mungkin merasa cemas, frustrasi, atau marah, tetapi tidak tahu bagaimana meluapkan emosi mereka secara produktif.
Ini dapat menyebabkan kemarahan yang muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan atau stres.
2. Model Perilaku Orang Tua
Anak-anak seringkali meniru perilaku orang dewasa, terutama orang tua mereka.
Baca Juga: Cara Menghadapi Anak Keras Kepala dan Pemarah, Tips untuk Orang Tua Baru
Jika mereka melihat salah satu atau kedua orang tua mereka seringkali marah dan kehilangan kendali atas emosi mereka, anak-anak mungkin menganggap ini sebagai model perilaku yang sah.
Oleh karena itu, pola perilaku pemarah orang tua dapat memengaruhi bagaimana anak-anak mengekspresikan emosi mereka.
3. Gangguan Emosional atau Kesehatan Mental
Beberapa anak memiliki gangguan emosional atau kesehatan mental yang mungkin menyebabkan mereka lebih rentan terhadap pemarah.
Contoh gangguan ini termasuk ADHD (Gangguan Perhatian dan Hiperaktivitas), gangguan mood seperti depresi atau bipolar, dan gangguan kecemasan.
Anak-anak dengan gangguan emosional mungkin kesulitan mengatur emosi mereka, yang dapat memicu kemarahan.
4. Ketidakmampuan Berkomunikasi dengan Efektif
Anak-anak, terutama yang lebih muda, mungkin kesulitan dalam berkomunikasi dengan efektif.
Mereka mungkin belum memiliki kemampuan verbal dan keterampilan komunikasi yang cukup untuk mengungkapkan keinginan, kebutuhan, atau perasaan mereka dengan kata-kata.
Ini dapat menyebabkan frustrasi, yang bisa berubah menjadi kemarahan ketika mereka merasa tidak bisa membuat diri mereka dipahami.
5. Rasa Frustrasi dan Ketidakpuasan
Baca Juga: Ayah Berperan Sama Membentuk Karakter Anak Supaya Tidak Tumbuh Sebagai Pemarah
Anak-anak sering menghadapi situasi yang membuat mereka merasa frustrasi dan tidak puas.
Misalnya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami tugas sekolah, konflik dengan teman sebaya, atau kekecewaan karena keinginan mereka tidak terpenuhi.
Frustrasi dan ketidakpuasan ini bisa menjadi pemicu kemarahan jika anak tidak tahu bagaimana mengelolanya dengan cara yang lebih positif.
6. Keterbatasan Kognitif
Anak-anak dalam tahap perkembangan tertentu mungkin belum memiliki kemampuan kognitif yang cukup untuk memahami dan mengelola emosi mereka.
Mereka mungkin belum mampu mengantisipasi konsekuensi tindakan mereka atau memahami perspektif orang lain.
Ini dapat menyebabkan perilaku impulsif yang dapat menciptakan kemarahan.
7. Perasaan Terancam atau Diserang
Anak-anak mungkin merasa terancam atau diserang dalam berbagai situasi. Perasaan ini bisa muncul saat mereka merasa ditegur, diremehkan, atau bahkan diganggu oleh orang lain.
Kemarahan dapat berfungsi sebagai cara perlindungan diri untuk menanggapi situasi-situasi seperti ini.
8. Kesulitan dalam Menyusun Strategi Masalah
Sebagian besar anak masih belajar bagaimana menyusun strategi untuk mengatasi masalah dan konflik.
Jika mereka menghadapi situasi yang menantang atau menghadapi masalah yang sulit, mereka mungkin merasa frustrasi ketika tidak tahu bagaimana menyelesaikannya.
Kemarahan dapat muncul sebagai respons terhadap ketidakmampuan mereka dalam menyusun strategi masalah.
9. Faktor Lingkungan
Lingkungan di mana anak tumbuh juga dapat memengaruhi kemarahan mereka.
Faktor-faktor seperti ketegangan di rumah, pengalaman bullying di sekolah, atau tekanan sosial dapat memicu kemarahan.
Anak yang mengalami ketidakamanan atau stres di rumah atau di lingkungan sosial mereka mungkin lebih cenderung menunjukkan perilaku pemarah.
10. Kesulitan dalam Mengatur Stres
Stres adalah bagian alami dari kehidupan, bahkan bagi anak-anak. Namun, beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur stres.
Ketika stres menumpuk, itu bisa mengubah bentuk menjadi kemarahan. Kesulitan dalam mengenali dan mengatasi stres dapat menjadi penyebab anak menjadi pemarah.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Sebelum Ucapkan
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR