Nakita.id - Menjadi orangtua dari generasi Alfa tentu tidak mudah ya Moms dan Dads.
Generasi Alfa adalah anak yang lahir di atas tahun 2010 dan seterusnya, yang dilahirkan dari generasi Z.
Anak-anak generasi Alfa ini akan menjadi generasi yang paling akrab dengan teknologi.
Kemajuan teknologi tentunya memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan dan karakteristik anak generasi Alfa.
Orangtua saat ini diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan matang, agar mampu mengajarkan hal-hal baik untuk generasi Alfa yang lebih tangguh di masa depan.
Lantas, apa yang seharusnya dilakukan orangtua dalam mendidik anak generasi Alfa sehingga bisa memanfaatkan berbagai teknologi dengan benar dan tepat?
Sadar betul akan pentingnya peran orangtua dalam pembentukan pondasi karakter anak, My Baby mengadakan acara tahunan yang kali ini bertemakan 'Transformational Parenting'.
"Acara ini merupakan event tahunan bagi My Baby. Dimana My Baby merupakan produk lokal asli Indonesia. My Baby sudah menemani para ibu sebagai partner untuk melengkapi parenting journey Moms dan Dads selama lebih dari 35 tahun.
My Baby terus berkomitmen untuk memberikan edukasi, pengetahuan dan juga sharing pengalaman sesama orangtua supaya semakin percaya diri dalam merawat dan membesarkan Si Kecil. Tahun ini spesial bagi My Baby, karena My Baby merayakan anniversary My Baby Momversity yang ke-5.
Di acara spesial ini kita memberikan kelas edukatif, aspiratif yang lebih beragam dan juga terbuka untuk umum. Temanya 'Transformational Parenting' yaitu gaya parenting untuk generasi Alfa," ungkap Dahlia Yolanda, Director Brand Portofolio Strategy & Innovation Cosmetics & Consumers My Baby, dalam acara My Baby Momversity Ke-5 “Transformational Parenting”, Sabtu, 09 Desember 2023 di Mall Gandaria City.
Pada acara tersebut, ada berbagai kelas menarik yang dapat diikuti. Pertama kelas ''Technology x Gen Alfa'' dari Nucha Bachri dan Ario Pratomo selaku Founder @parentalk.id dan Tech Enthusiast.
Baca Juga: Kenali Pola Asuh Otoriter dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif, Termasuk Dampaknya ke Anak
Memiliki dua orang anak perempuan yang berbeda usia, tentunya Nucha dan Ario sadar betul akan perannya sebagai orangtua terkait generasi Alfa dan teknologi saat ini.
"Salah satu ketakutan aku sebagai ibu, takut banget nanti ada cyberbullying dan lainnya. Tapi aku bagi tugas sama suami, jadi bagian bapaknya untuk mengatur masalah keamanan. Sedangkan anak kedua, sedang senang bermain gadget dan aktivitas fisik lainnya.
Terkait klaim mengenai generasi Alfa menjadi generasi lebih cerdas dibanding generasi sebelumnya, Nucha dan Ario pun setuju dengan hal tersebut.
''Aku setuju banget. Tapi ini bisa menjadi basic knowlegde untuk orangtua jaman sekarang untuk tahu yang dimaksud kecerdasan itu apa. Apakah harus selalu nilai dalam akademik itu yang dibilang cerdas. Karena ada belasan kecerdasan majemuk yang anak-anak kita punya. Seperti kecerdasan fisik, emosional dan banyak hal lainnya.
Menurut aku anak enggak bisa kita tetapkan misalnya anak aku pintar banget matematikanya, tapi sebenarnya satu anak bisa memiliki beberapa kecerdasan lainnya. Anak jaman sekarang lebih pintar, tapi orangtuanya juga enggak kalah lebih pintar. Karena ilmu psikologinya, ilmu edukasinya jauh lebih banyak sekarang,'' ungkapnya.
Aryo menambahkan, kunci utama ada pada orangtua yang secara langsung ikut memantau perkembangan dan pertumbuhan anak.
''Kuncinya adalah di orangtuanya, mau seberapa ikut berkembang sama anak-anaknya, mau ikut maju seperti tahu ilmunya seperti apa. Kita harus terus belajar, harus terus pengin tahu, apalagi digital itu akan semakin cepat perkembangannya. Yang paling penting kita menemani terus,'' tambahnya.
Sementara itu, untuk menjaga agar penggunaan gadget pada anak tidak berlebihan maka harus ada aturan yang sudah disepakati sebelumnya.
"Jadi value yang kita tetapkan bukan berarti anak-anak enggak boleh main gadget sama sekali, apalagi usianya sudah 5 dan 8 tahun. Pasti di lingkungan pertemanannya sudah bermain gadget. Tapi basicnya adalah pemahaman ownership dari gadget tersebut bahwa mereka itu pinjam bukan punya mereka," jelasnya.
Meski begitu, sebagai orangtua tentunya juga harus selalu mengawasi dan memantau sehingga tidak berlebihan dalam bermain gadget.
Sedangkan pada kelas berikutnya, ada kelas ''Financial Hack'' yang dibawakan oleh Annisa Steviani selaku Financial Planner.
Menurut Annisa, ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan biaya persalinan. Ia mengatakan jika hal wajar kalau keuangan berubah setelah memiliki anak sehingga membutuhkan adaptasi.
''Pertama perlengkapan utama bayi, baby gear ada stroller, carseat itu poin yang mahal banget sebenarnya sebagian bisa disewa enggak perlu semuanya beli. Kemudian makanan bergizi harus jadi satu poin yang jadi prioritas utama.
Sebaiknya memperhatikn betul pada saat istrinya menyusui itu makanan asupan gizinya harus diperhatikan. Terakhir adalah biaya pengasuhan ini biaya terbesar sehingga harus dipikirkan sejak awal," paparnya.
Tidak hanya itu, Annisa juga menjelaskan jika penting bagi setiap pasangan untuk memiliki dana darurat. Meski memakan proses panjang dalam mengumpulkannya, namun harus dipikirkan sejak dini.
"Dana darurat kesadaran untuk punya itu sudah bagus. Dana darurat sebuah perjalanan yang panjang. Sebisa mungkin dana darurat tidak dipakai. Pengaturan keuangan tentu berubah.
Misalnya ada orang setelah punya anak masih bisa berinvestasi jadi masih cukup kok uangku masih cukup mengumpulkan dana darurat itu bagus. Tapi ada orang-orang yang tidak bisa sama sekali setelah punya anak jadi ngepas semuanya itu juga tidak apa-apa.
Yang penting sekarang kita menyadari penghasilanku sama dengan pengeluaran. Kamu akan melakukan usaha-usaha tertentu seharusnya untuk bagaimana supaya ada solusinya lagi. Kesadaran untuk menambah penghasilan," katanya.
Adapun cara paling mudah untuk mengumpulkan dana darurat, salah satunya dari uang di luar penghasilan tetap.
"Secara teori dana darurat itu pelan-pelan kita kumpulkan dan paling cepat dari uang kaget. Misalnya dari thr, oke tahun ini kita enggak mudik. Setengahnya kita kumpulkan untuk dana darurat. Atau dari uang bonus tahunan.
Jadi secara aturannya enggak ada persentase ideal yang akan bisa dilakukan semua orang. Tapi at least bisa menyisihkan 10 persen investasi Moms dan Dads. Tapi kalau mau berhutang sebisa mungkin hutang produktif ya seperti kpr itu di 30 persen," tambahnya lagi.
Baca Juga: 6 Pola Asuh yang Tidak Boleh Dilakukan Orangtua Pada Anak, Bisa Berpengaruh Pada Masa Depannya
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan biaya demi masa depan anak?
Nah, ada beberapa hal yang bisa Moms dan Dads lakukan.
"Jadi sebenernya setelah punya anak ternyata mimpi-mimpi kita itu makin banyak. Jadi dana pensiun itu yang paling utama. Menyiapkan masa depan anak itu bukan hanya tentang pendidikan.
Tapi juga menyiapkan dana pensiun dan pendidikan itu sudah pasti. Berikutnya adalah asuransi. Dana darurat dikumpulkan pelan-pelan, berikutnya adalah rumah dan kendaraan. Di saat pensiun nanti sudah punya rumah sendiri.
Dana pendidikan mau enggak mau dana yang urgent untuk dikumpulkan segera. Bagaimana caranya? Bisa dimulai sebelum hamil. Ketika kita menabung 18 tahun dari hamil sampai kuliah itu jauh lebih mudah dibanding kita nabung pas anaknya SMA.
Sebaiknya disiapkan sedini mungkin. Kita sudah tahu bahwa kita punya post pendidikan anak, dan ketika penghasilan kita bertambah kita bisa tambahin nominal di tabungan," paparnya.
Sedangkan untuk dana liburan, Annisa menjelaskan jika sebaiknya harus memperhitungkan secara matang. Tidak harus selalu setiap tahun, namun juga bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya.
"Liburan setahun, dua tahun sekali enggak masalah. Jadi yang penting direncanakan, bikin budget. Budget buat yang suka makan, budget buat yang suka liburan, beli tas, skincare dan semuanya jadi asalkan disiplin pada budget.
Kemudian gunakan penghasilan di luar gaji. Ada penghasilan di luar misalnya dari freelance atau jualan kue jadi hasilnya buat aku jajan. Kemudian harus riset, siapa tahu ada yang lebih murah. Selanjutnya adalah hemat dengan beli produk value for money," tutupnya.
Selain kelas di atas, tentunya masih banyak lagi kelas lainnya di acara My Baby Momversity Ke-5 “Transformational Parenting” yang menambah pengetahuan Moms dan Dads sebagai orangtua dalam mendidik anak.
Baca Juga: Ingin Kepribadian dan Karakter Anak Terbentuk dengan Baik? Coba Terapkan Pola Asuh Ini
Selama kelas edukasi berlangsung, Big Bang My Baby Momversity 5th Anniversary juga menghadirkan experience booth dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan hubungan orangtua dengan anak, misalnya dalam membangun komunikasi yang efektif.
Kanti Pernama, Child Psychologist Rumah Dandelion menjelaskan pada kelas Effective Communication, “Berkomunikasi dengan anak tidak hanya mengajari mereka cara berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga membentuk perkembangan emosionalnya, selain itu juga membangun hubungan orangtua dan anak yang positif. Salah satu bentuk komunikasi efektif dapat berupa mendengarkan anak secara aktif, memvalidasi dan memberikan empati, serta memberikan umpan balik yang baik.”
Dalam kelas “Mindful Parenting”, Saskhya Aulia Prima, Child and Family Psychologist menambahkan “Komunikasi juga merupakan salah satu bagian dari penggunaan metode mindful parenting. Metode ini terbukti dapat mengurangi stres, menurunkan agresi anak, serta meningkatkan kepuasan dalam parenting dan meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan nonverbal antara orangtua dan anak.”
Jennifer Bachdim, Mom Influencer dengan 4 anak menambahkan, “Untuk menerapkan mindful parenting, perlu dimulai dari meregulasi emosi ibu terlebih dahulu. Jika ibu mampu mengontrol emosi untuk lebih tenang dan bahagia, maka ia bisa menularkan hal tersebut ke anak-anaknya. Merasa stres dan lelah saat mengurus anak dan keluarga merupakan hal yang wajar, untuk itu perlu dukungan dan kerjasama suami agar bisa menciptakan lingkungan yang nyaman dalam mendidik dan membesarkan anak di rumah.”
Sementara itu, Lenona Victoria selaku Nutritionist mengatakan, “Salah satu permasalahan pemenuhan nutrisi pada anak adalah GTM. Penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropiate feeding practice, perilaku makan yang tidak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase penyapihan atau waktu dimulainya pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian makan yang benar harus memperhatikan beberapa hal seperti tepat waktu, kuantitas dan kualitas makanan, kebersihan penyiapan dan penyajian makanan serta harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak.”
Kimberly Ryder, Brand Ambassador My Baby juga turut membagikan pengalamannya, “Saya lebih senang untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan saat makan. Kemudian, saya dorong anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak mau, saya tidak akan memaksa anak, karena hal ini dapat membantu melatihnya mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
Melalui sharing pengetahuan yang dipaparkan dalam kelas edukasi My Baby Momversity, ibu bisa learning something new dan tentu bisa empowering each other. Apalagi banyaknya informasi yang beredar membuat orangtua bingung tentang fakta atau mitos dan acara ini dapat menjadi wadah bagi orangtua untuk mendapatkan fakta seputar parenting dari ahlinya” tambahnya.
“Usia dini merupakan masa terpenting dalam kehidupan seseorang karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. My Baby bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan parenting dari semua orangtua di Indonesia, tidak hanya dengan menghadirkan rangkaian produk asli Indonesia yang berkualitas, tapi juga dengan pelaksanaan acara My Baby Momversity di setiap tahunnya.
Kami berharap kampanye ini dapat mendukung para orangtua dalam membimbing anak dan menjadikan mereka anak-anak Indonesia yang berprestasi dan dapat dibanggakan,” tutup Audrey Gandadjaja, Managing Director Brand Portfolio & Communication My Baby.
Baca Juga: Mengapa Anak Bisa Stunting? Ternyata Bisa Disebabkan Pola Asuh Orangtua yang Kurang Efektif
Bobo Fun Fair dan Jelajah Kuliner Bintang Jadi Ajang Nostalgia di Uptown Mall BSBCity Semarang
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR