Nakita.id - Ketika seorang wanita hamil, momen ketika ketuban pecah seringkali menjadi momen yang penuh antisipasi dan kekhawatiran.
Ketuban pecah merupakan salah satu tanda awal persalinan yang menandakan bahwa bayi siap untuk lahir.
Namun, banyak calon ibu yang bertanya-tanya berapa lama bayi dapat bertahan setelah ketuban pecah dan apakah perlu segera mencari bantuan medis.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tentang ketuban pecah, berapa lama bayi dapat bertahan setelahnya, serta tindakan yang perlu diambil.
Ketuban adalah cairan yang melindungi dan mengelilingi bayi di dalam rahim.
Ketuban terdiri dari air ketuban dan membran amnion yang melindungi bayi dari infeksi serta memberikan ruang bagi bayi untuk bergerak.
Ketuban biasanya pecah secara alami selama proses persalinan, namun kadang-kadang ketuban dapat pecah sebelum mulainya kontraksi atau tanda-tanda awal persalinan lainnya.
Ketika ketuban pecah, wanita hamil biasanya merasakan sensasi air yang keluar dari vagina yang berbeda dengan urin.
Tanda-tanda ketuban pecah antara lain:
1. Air Menetes atau Mengalir
Air ketuban biasanya keluar secara perlahan-lahan dan terus menerus setelah ketuban pecah.
Baca Juga: Cara Mempercepat Pembukaan Saat Ketuban Sudah Pecah, Ini Tips untuk Bumil!
Namun, dalam beberapa kasus, air ketuban juga dapat mengalir dalam jumlah yang cukup banyak.
2. Warna dan Bau Cairan
Cairan ketuban biasanya bening dan tidak berwarna, serta tidak memiliki bau yang khas.
Namun, jika cairan ketuban berwarna kehijauan atau kuning, atau memiliki bau yang tidak sedap, ini bisa menjadi tanda adanya masalah dan perlu segera mendapatkan perhatian medis.
3. Kontraksi
Setelah ketuban pecah, biasanya wanita hamil akan mengalami kontraksi rahim yang teratur dan intensitasnya bertambah seiring waktu.
Berapa lama bayi dapat bertahan setelah ketuban pecah sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk usia kehamilan, kondisi kesehatan bayi dan ibu, serta tindakan yang diambil setelah ketuban pecah.
Secara umum, para ahli medis merekomendasikan agar wanita hamil mencari bantuan medis dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, terutama jika persalinan belum dimulai.
Setelah ketuban pecah, risiko infeksi bagi bayi dan ibu meningkat karena lapisan pelindung yang mengisolasi bayi dari lingkungan luar telah terganggu.
Ketuban pecah juga dapat menyebabkan tekanan pada tali pusar dan meningkatkan risiko terjadinya prolaps tali pusar, di mana tali pusar menekan keluar dari serviks dan masuk ke dalam vagina sebelum bayi lahir.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan tanda-tanda ketuban pecah dan mencari bantuan medis sesegera mungkin setelahnya.
Baca Juga: Tanda Air Ketuban Pecah Apa Saja? Simak Ulasannya Lengkap dengan Langkah yang perlu Diambil
1. Periksa oleh Tenaga Medis
Jika ketuban telah pecah, sangat penting untuk segera menghubungi tenaga medis atau bidan Anda.
Mereka akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan yang keluar benar-benar air ketuban, memeriksa kondisi bayi dan memutuskan langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil.
2. Perhatikan Tanda-tanda Infeksi
Setelah ketuban pecah, penting untuk memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri atau bengkak pada perut, atau cairan ketuban yang berwarna atau berbau tidak sedap.
Jika Anda mengalami tanda-tanda infeksi, segera hubungi tenaga medis Anda.
3. Pantau Aktivitas Janin
Setelah ketuban pecah, tenaga medis biasanya akan memantau aktivitas janin menggunakan alat monitor jantung janin untuk memastikan bahwa bayi masih dalam kondisi baik.
4. Perhatikan Kontraksi
Jika kontraksi mulai terjadi setelah ketuban pecah, perhatikan intensitas dan frekuensi kontraksi.
Jika kontraksi menjadi lebih sering atau lebih kuat seiring waktu, ini bisa menjadi tanda bahwa persalinan akan segera dimulai.
Baca Juga: 7 Perbedaan Air Ketuban dan Keputihan, Mulai dari Fungsi dan Waktunya
5. Pertimbangkan Induksi Persalinan
Jika persalinan tidak dimulai secara alami dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, tenaga medis mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat ketuban pecah.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR