Pada dasarnya, dr. Kanadi menyampaikan bahwa seluruh penderita endometriosis masih memungkinkan untuk memiliki keturunan.
"Akan tetapi, nantinya terkait dengan cara apa yang akan dilakukan untuk mendapatkan keturunan tersebut," ungkap dokter spesialis obstetri dan ginekologi ini dalam acara media briefing bertemakan 'Terapi Jangka Panjang Dienogest Menjadi Rekomendasi Kuat Pengolaan Endometriosis', Jumat (8/3/2024).
Mulai dari cara konsepsi alami, dengan bantuan inseminasi, atau dengan program bayi tabung yang dapat dipilih.
"Tentunya, kita tidak ingin bahwa penderita endometriosis itu harus selalu dilakukan program bayi tabung," ujar dr. Kanadi dengan tegas.
"Akan tetapi, ada kasus-kasus tertentu dimana penderita endometriosis memang terpaksa harus melakukan program bayi tabung.
Sebagai contoh, apabila penderita endometriosis sudah berada di tahap lanjut, dimana ketika terjadi proses perlekatan (hubungan intim) itu menyebabkan terjadinya kerusakan pada saluran tuba kanan dan kiri," katanya menerangkan.
Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya kesempatan lagi untuk terjadi pertemuan antara sperma dan sel telur, sehingga terpaksa harus mengikuti program bayi tabung.
dr. Kanadi dengan tegas menyampaikan pentingnya penyakit endometriosis harus segera dikenali sejak dini.
Apalagi, Moms harus tahu bahwa penundaan diagnosa endometriosis diperkirakan mencapai 6-8 tahun menurut Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
"Tujuannya untuk mencegah agar jangan sampai terjadi progresitivitas yang akan mengganggu fungsi reproduksi dari perempuan tadi," jelasnya.
Atau dalam kata lain, adalah melakukan penyelamatan fungsi kesuburan pada perempuan penderita endometriosis.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR