Nakita.id - Minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) banyak dijual di mana-mana.
Tak hanya kalangan orang dewasa saja yang menyukai MBDK ini, anak-anak pun menyukainya.
Apalagi, varian rasa yang ditawarkan merek-merek MBDK ini sangat beragam dan disukai anak-anak.
Bahkan, kebanyakan dijual dengan harga terjangkau.
Meski jadi favorit anak-anak, sebagai orangtua, Moms harus berpikir ulang sebelum memberikannya kepada Si Kecil.
Apalagi, MBDK mengandung kandungan-kandungan yang justru berbahaya untuk tumbuh kembang anak.
Lantas, apa saja kandungan-kandungan yang dimaksud?
Moms bisa baca penjelasan selengkapnya berikut ini menurut dokter gizi klinik.
Berdasarkan penjelasan dr. Liliana, M.Gizi, Sp.GK, MBDK umumnya mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
a. Air atau susu
b. Gula tambahan (sukrosa/sirup jagung)
Baca Juga: Anak Suka Minuman Manis Sampai Buat Moms Khawatir? Ini yang BIsa Dilakukan
c. Garam atau natrium tambahan
d. Aneka zat aditif/bahan tambahan pangan (BTP) berupa penstabil, perisa, pemanis alami dan buatan, pewarna sintetis, antikempal, pengatur keasaman, dan pengawet
"Batasan kandungan dalam makanan dan minuman olahan sudah diatur dalam standar keamanan pangan Codex Alimentarius dari Badan Pangan dan Agrikultur Sedunia (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," kata dr. Liliana saat dihubungi Nakita, Selasa (23/4/2024).
Di Indonesia sendiri, penggunaan BTP dalam pangan olahan diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang mana beberapa batasan sudah ditentukan.
"Misalnya pemanis buatan seperti asesulfam-K, aspartam, sakarin, sukralosa, serta asam siklamat tidak diperuntukkan bagi bayi dan anak usia di bawah 3 tahun," sebut dokter spesialis gizi klinik di Rumah Sakit Pondok Indah.
dr. Liliana menyampaikan, anak yang mengonsumsi MBDK secara berlebihan tentu dapat meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari.
Kandungan gula tambahan hadir dalam bentuk sukrosa (50% glukosa dan 50% fruktosa), gula cair/sirup jagung tinggi fruktosa (45% glukosa dan 55% fruktosa), atau BTP.
Pada anak usia 1-13 bulan, kandungan gula tambahan umumnya berasal dari biskuit, saus apel, sereal, bayi, crackers, dan makanan manis.
"Sementara kandungan gula tambahan pada anak usia 14-24 bulan umumnya berasal dari minuman berpemanis, minuman yogurt, sirup, dan sereal berpemanis.
Pada anak usia 2-5 tahun, gula tambahan biasanya didapatkan ketika mengonsumsi kue, biskuit, pastry, pai, serta jus buah berpemanis gula," ungkap dr. Liliana.
dr. Liliana menjelaskan, apabila kandungan fruktosa melebihi 25 persen dari kebutuhan energi harian, maka dapat menaikkan kadar lemak trigliserida sebesar 14 persen.
Selain itu, tambahnya, MBDK juga dapat memicu pembentukan lemak berlebih yang mengakibatkan obesitas, dan melemahkan sensitivitas hormon insulin yang dapat menyebabkan diabetes.
Bahkan, dapat memicu penyakit jantung dan pembuluh darah, asma, gigi berlubang sejak usia dini.
Untuk kandungan satu ini, dr. Liliana menyebutkan umumnya hadir dalam bentuk garam dapur beryodium, pemanis buatan (natrium siklamat), pengatur keasaman (natrium asetat), pengawet (natrium sorbet dan natrium benzoat), atau penguat rasa (MSG).
"Organ ginjal mulai berfungsi mempertahankan keseimbangan garam pada usia satu tahun, sehingga disarankan asupan garam hanya yang asalnya dari ASI untuk bayi usia 0-6 bulan dan garam alami dari kandungan makanan MPASI untuk bayi usia 6–12 bulan," kata dr. Liliana menekankan.
"Untuk anak usia 1–18 tahun, disarankan tidak melebihi 1500 miligram natrium (4 gram garam atau 2/3 sendok teh) dalam sehari," katanya melanjutkan.
Dengan memperhatikan panduan di atas, maka Moms dapat menurunkan risiko hipertensi pada anak sejak dini.
Moms harus tahu, ada beberapa pewarna yang perlu diwaspadai bagi tumbuh kembang anak.
Pertama, ada pewarna alami pada white 6/titanium dioksida (TiO2) CI 77891.
Kemudian, ada pewarna sintetis pada warna merah (red 17/merah allura), warna kuning (yellow 5/tartrazine CI 19140), warna jingga (yellow 6/sunset yellow FCF E110), serta warna biru (blue 2/biru berlian FCF CI 42090).
Menurut dr. Liliana, kandungan-kandungan ini dapat meningkatkan risiko penyakit berbahaya di usia dini seperti asma, rhinitis, kanker, kerusakan DNA, bahkan bisa memicu reaksi alergi.
Baca Juga: Ini Bahayanya Jika Anak Suka Minuman Manis
Bahkan, anak yang terlalu banyak terpapar kandungan pewarna ini dapat mengalami gangguan perilaku bahkan hiperaktif.
Bisfenol A (BPA) merupakan bahan baku dari plastik polikarbonat dan pelapis besi.
"Saat ini, penggunaan BPA sudah dilarang untuk botol bayi dan botol minuman plastik, tetapi masih tetap digunakan sebagai pelapis resin pencegah karat besi pada wadah makanan dan tumbler minuman, kertas termal, dan sealant gigi," kata dr. Liliana menjelaskan.
Menurutnya, kandungan ini dapat menyebabkan gangguan hormon, gangguan pertumbuhan pada anak, menyebabkan obesitas pada anak, dan gangguan kesuburan di usia dewasa.
Phthalate (DEHP) umumnya ditemukan pada plastik pembungkus makanan dan sedotan minuman dari plastik, Moms.
Paparan yang berlebih di dalam tubuh anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan alat kelamin pada anak laki-laki, obesitas, melemahkan fungsi insulin, serta menaikkan tekanan darah pada anak dan remaja.
Terakhir, perfluoroalkyl chemicals (PFCs) ditemukan pada wadah kertas makanan atau karton gelas minuman.
Sementara, perfluorooctanoic acid (PFOA) ditemukan pada alat masak antigores.
Anak yang mengonsumsi minuman yang terkontaminasi PFOA dan PFC dapat menyebabkan sistem imun terganggu dan berat badan lahir rendah pada bayi.
"Zat ini juga dapat menyebabkan gangguan hormon tiroid dan masalah kesuburan," tutup dr. Liliana.
Itu tadi dampak minum MBDK terhadap tumbuh kembang anak ya, Moms. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Waspadai, Obesitas Pada Anak
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR