Rotavirus adalah penyebab paling umum diare pada bayi. Selain itu, bakteri seperti E. coli, Salmonella, dan Shigella juga bisa menjadi penyebab.
Alergi terhadap protein susu sapi atau intoleransi laktosa dapat menyebabkan diare pada bayi.
Penggunaan antibiotik bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam usus, menyebabkan diare.
Pengenalan makanan padat terlalu cepat atau perubahan pola makan juga bisa menyebabkan diare.
Penyakit celiac atau gangguan penyerapan lainnya bisa menyebabkan diare kronis pada bayi.
Dehidrasi adalah risiko utama dari diare. Pastikan bayi mendapatkan ASI atau susu formula lebih sering untuk mencegah dehidrasi. Oralit bisa digunakan sesuai dengan anjuran dokter.
Tanda dehidrasi pada bayi meliputi mulut kering, menangis tanpa air mata, fontanel cekung, dan sedikit atau tidak ada urine.
Jika terlihat tanda-tanda ini, segera konsultasikan dengan dokter.
Jika diare disebabkan oleh alergi makanan, hentikan pemberian makanan yang dicurigai dan konsultasikan dengan dokter mengenai alternatifnya.
Jangan memberikan obat diare yang dijual bebas tanpa konsultasi dengan dokter, karena bisa berbahaya bagi bayi.
Jaga kebersihan botol susu, mainan, dan lingkungan sekitar bayi untuk mencegah infeksi.
Baca Juga: Ciri-ciri Bayi Diare karena ASI, Begini Cara Tepat Menanganinya
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR