Kecerdasan ini secara bertahap akan membantunya membuat keputusan kapan dan bagaimana melontarkan komplain tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Bagaimana kalau anak melontarkan komplain mengenai pihak lain yang membuat situasi jadi serbasalah?
Hampir sama dengan yang tadi, tanggapi pernyataan anak dengan hati.
Tak perlu membuat pernyataan yang berlawanan dengan kenyataan demi menyelamatkan muka, sebab jikalau demikian anak bisa bingung.
Misal, “Lo, Bunda bagaimana sih, kamar mandi Paman, kan, memang jelek. Kenapa dibilang enggak jelek?”
Untuk menyelamatkan muka, yang perlu dilakukan orangtua adalah mengemukakan hal-hal “baik” dari apa yang dinilai negatif oleh anak.
Contohnya, “Ya, Paman belum bisa membetulkan kamar mandinya karena Paman pikir lebih baik mendandani ruang keluarganya dulu supaya rumahnya jadi bagus.”
Cara seperti itu juga mengajarkan pada anak untuk berpikir lebih jauh sebelum melontarkan komplain.
Meskipun si kecil tentunya belum saat itu juga dapat menyerap keseluruhan pesan orangtua, setidaknya ia sudah diberi wawasan bahwa ada pertimbangan lain yang sebaiknya ia pikirkan sebelum mengomentari sesuatu.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
KOMENTAR