Jadi, menurut Indah, batita perlu mengalami dan merasakan terlebih dahulu, barulah ia bisa memahami.
Contoh, si batita ditinggalkan di rumah oleh ibunya hanya dengan pengasuh baru. Saat ditinggalkan itulah, anak merasakan kehilangan cinta dan merasa asing dengan pengasuhnya yang baru.
Akibatnya, timbul perasaan takut pada anak. Nah, saat itulah anak baru dapat memahami rasa takut
Pemahaman emosi yang terbatas pada diri si batita, tak lain karena latar belakang pengalamannya yang masih terbatas.
"Kelak, seiring usia bertambah, pengalamannya pun semakin banyak. Demikian pula dengan perkembangan kognitifnya, sehingga pemahaman akan emosinya jadi semain baik," kata Indah.
BACA JUGA: Emilia Contessa Ungkap Dana Pengobatan Pengobatan Leukemia Cucunya
MENGGALI EMOSI
Untuk membiasakan si batita menjelaskan emosinya, orang tua harus melakukan pendekatan.
Ajak ia berbicara dari hati ke hati dan galilah perasaannya. Namun, hendaknya orang tua waspada karena bisa jadi anak batita belum terlalu paham akan makna kata-kata yang dilontarkan.
Maklum, kosakatanya masih sangat terbatas. Contohnya, makna kata "iri" dan "cemburu". Apalagi pada batita yang mengalami keterlambatan bicara.
Cermati pula anak batita yang kerap menyembunyikan emosinya.
Biasanya ini terjadi bila berkaitan dengan kegiatan di playgroup-nya dan karena kesalahannya sendiri.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR