Nakita.id.- Body shaming diartikan sebagai perbuatan mencela atau mengolok-olok bentuk tubuh.
Konsep body shaming digunakan seseorang untuk mengkritik tubuhnya sendiri atau orang lain.
Tindakan body shaming sama saja dengan mem-bully yang efeknya bisa berbahaya untuk kesehatan mental korbannya.
Body shaming ini bisa berdampak pada kehidupannya bahkan bisa menyebabkan trauma.
BACA JUGA: Suka Ngemil di Malam Hari, Benarkah Tanda Adanya Gangguan Mental?
Sebab, body shaming merupakan perilaku destruktif yang dampak negatifnya baru benar-benar disadari dalam satu dekade terakhir.
Perhatikan saja berapa banyak lelaki dan perempuan yang memiliki rasa rendah diri atau bahkan mengalami gangguan pola makan karena body shaming.
Ungkapan body shaming juga bisa ditujukan terhadap penampilan diri sendiri.
Salah satunya dengan membandingkan diri sendiri dan orang lain, "Aku sangat jelek dibandingkan dirinya."
Mengapa seseorang bisa menghina atau memberikan julukan buruk pada diri sendirinya?
Studi berjudul The Relationship between Body Shame, Self-Esteem, and Depression pada 2017 mengungkap, tindakan mempermalukan diri sendiri secara fisik dipicu oleh rasa malu.
Hal ini akibat seseorang tidak dapat menghargai penampilannya sendiri, hingga muncul pemikiran buruk terhadap diri sendiri.
"Padahal, kepuasan penampilan tubuh dapat meningkatkan harga diri serta kualitas hidup," tulis peneliti Irene Teo dari Health Psychology Research Group, University of Houston, Texas, Amerika Serikat dalam laporan hasil studinya, ditulis Rabu (8/8/2018).
BACA JUGA: Salut, 100 Kota di Sri Lanka Sepakat Memboikot Penjualan Rokok!
Ketidakpuasan terhadap citra tubuh sering kali menyasar usia yang lebih muda, terutama perempuan.
Tekanan untuk memenuhi citra bentuk tubuh ideal kemungkinan lebih banyak dialami oleh perempuan.
Laporan penelitian Teo juga mengungkapkan bahwa tindakan body shaming dapat membuat seseorang depresi.
Perlu diketahui, depresi merupakan satu bentuk gangguan kejiwaan yang sering disepelekan oleh manusia modern.
Namun urgensi dalam penanganannya sering diabaikan oleh si penderita sendiri, hanya karena kondisi ini masih digolongkan sebagai mental disorder (gangguan kejiwaan), bukan mental illness (penyakit kejiwaan).
Body shaming menyebabkan rasa malu terhadap bentuk tubuh begitu tinggi sehingga depresi pun meningkat.
BACA JUGA: Tiru Cara Miliader Ini, Lakukan Penghematan di 3 Hal Agar Bisa Kaya
"Rasa malu terhadap tubuh yang lebih besar berujung pada menurunnya harga diri wanita, lebih rendah. Akibatnya, depresi meningkat," Irene melanjutkan.
Laman Walden Eating Disorders Treatment menyebut, body shaming seakan menjadi bukti bahwa keberadaan seseorang semata-mata hanya dinilai secara fisik. (*)
Source | : | kompas health,Health and Healthy Living,merdeka.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR