Nakita.id - Bukan tak mudah menjalin hubungan rumah tangga bagi semua pasangan. Mau tak mau, pasti ada asam-garam di dalam kehidupan rumah tangga, bahkan semenjak menikah.
Hal tersebut seolah sudah melekat dan mendarah daging, mengingat, sebelum menikah pun, dalam kehidupan pasti ada masalah dan juga cobaan.
Kerap kali, banyak orang menganggap masalah di rumah tangganya bisa segera selesai dan juga justru membuat hubungan pernikahan mereka makin baik dan lebih baik lagi.
Baca Juga : Bongkar Rumah Tangga Shezy Idris, Uya Kuya dan Istrinya Ribut dan Saling Singgung Masalah Rumah Tangga
Tetapi banyak pula yang mengaku bahwa pertengkaran atau permasalahan di dalam rumah tangga kerap kali menjadi jurang terjal dan jadi awal dari munculnya berbagai masalah baru.
Tentu perbedaan itu ditengarai sikap dan juga pribadi masing-masing pasangan, dan hal tersebut tak bisa dipukul rata apabila terjadi berbagai perbandingan.
Banyak masalah yang akan muncul di rumah tangga, baik di tahun-tahun awal menikah, atau bahkan bertahun-tahun atau puluhan tahun lamanya.
Seperti yang dialami Sule belum lama ini.
Memutuskan menikahi Lina Salim sejak 1998 dan kini usia pernikahannya mencapai 20 tahun, rumah tangga Sule dan Lina yang terlihat adem ayem justru menemui jurang perpisahan.
Banyak faktor yang menengarai perceraian mereka, salah satunya dugaan perselingkuhan Sule yang sudah dilakukan dalam waktu yang cukup lama.
Sule hanya satu dari banyak kasus pernikahan terlihat harmonis yang akhirnya berpisah.
Jauh sebelum Sule, ada aktris dan aktor kondang Lidya Kandou dan Jamal Mirdad.
Menikah sejak 1986, Lidya dan Jamal memutuskan bercerai setelah 27 tahun menikah. Dari pernikahan Lidya dan Jamal, keduanya telah dikaruniai tiga anak yang kini tumbuh dewasa.
Baca Juga : Harga BBM Dikabarkan Naik Malam Ini, Begini Penjelasan Rincinya!
Meski keduanya bisa berkompromi bahkan masih kerap berkumpul dengan anak dan cucunya, tetapi masih mengganjal tanda tanya tentang alasan perceraian mereka.
Melansir dari berbagai pemberitaan pada 2013 silam, pernikahan mereka terpaksa harus bercerai lantaran adanya cekcok rumah tangga selama empat tahun terakhir.
Lalu adakah hubungan antara cekcok rumah tangga yang seharusnya jadi permasalahan yang cukup wajar dengan usia pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun?
20 tahun terakhir ini, National School for Family & Marriage Research di Bowling Green University mengatakan bahwa sejak 1990 hingga 2015, angka perceraian pasangan yang usia pernikahannya lebih dari 20 tahun makin meningkat bahkan mencapai 65 persen.
Berbagai implikasi dan faktor kompleks yang menghantui pernikahan di usia matang tersebut.
Antara lain adanya kemungkinan kebosanan yang tak lagi bisa ditahan lebih lama lagi.
Belum lagi adanya masalah pasangan yang memiliki banyak masalah yang tak bisa lagi diselesaikan sehingga akhirnya memutuskan untuk berhenti dan mengakhiri.
Dan banyak dari kasus perceraian di usia pernikahan 20 ke atas pusatnya biasanya karena isu-isu yang berkaitan dengan anak-anak dan keuangan.
Perceraian setelah 20 tahun membina rumah tangga kemungkinan besar berarti setidaknya satu dari anak-anaknya sudah memasuki jenjang perguruan tinggi, atau bahkan sudah mapan.
Mau tak mau, pasangan akan hidup dan bergulat dengan pasangan saja tanpa memikir anaknya lebih keras, karena anak sudah bisa mandiri.
Baca Juga : Emak- emak Surabaya Ini Ketagihan Narkoba, Ini Alasannya Pakai Sabu-sabu!
Kemudian disusul isu keuangan.
Meski datang dan besar di dunia selebritis, bukan tidak mungkin masalah keuangan masih menjadi topik yang paling sering diperdebatkan.
Bisa jadi, salah satu pasangan merasa tak terpenuhi kebutuhan keuangannya, atau tidak adanya keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
Dan usia pernikahan tersebut sudah tidak mungkin untuk membuat keuangan lebih baik, pasangan hanya bisa menyetabilkan.
Meski tak menutup kemungkinan, masalah keuangan ini bisa diselesaikan berdua saja.
Bahkan banyak kasus di negara Barat, perceraian di usia pernikahan di atas 20 tahun ditengarai karena tunjangan atau biaya kuliah anak, kemudian biaya pernikahan anak, dan biaya lain yang lebih besar dan tak bisa diselesaikan berdua.
Terlebih lagi bila pencari nafkah hanyalah laki-laki, atau seseorang yang hanya menjadi patokan penghasilan tanpa penghasilan tambahan.
Apakah masalah ini mungkin terjadi juga pada para selebritis?
Bisa jadi demikian.
Banyak kasus atau fenomena dari selebritis yang mudah terendus, atau sebaliknya, sangat sulit terendus oleh masyarakat luas.
Di perceraian yang usianya 20 tahun ke atas, banyak dampak yang akan terjadi.
Selain perasaan anak yang lebih sensitif karena sudah mengetahui dan mungkin sulit menerima orangtuanya berpisah, berdampak pula bagi masa depan anak-anak.
Anak-anak mungkin akan berpikiran bahwa kedua orangtuanya dengan mudah berpisah setelah puluhan tahun lamanya bersama.
Hal ini akan membuat anak nantinya memiliki pemikiran bahwa bisa jadi, perpisahan menjadi cara yang ‘halal’ untuk mengakhiri sebuah masalah.
Dan hal ini tentu sangat disayangkan.
Perceraian saat usia pernikahan lebih dari 20 tahun
Baca Juga : Dijodohkan dengan Anak Maia Estianty, Gadis Cantik Ini Juga Sempat Digoda Rizky Febian
Lain halnya dengan Sule dan Lindya, fenomena pernikahan yang tak bisa dipertahankan juga bisa muncul di kehidupan selebriti yang usia pernikahannya masih seumur jagung.
Fenomena tersebut juga kerap terjadi dari kehidupan selebritis.
Seperti yang belum lama ini terjadi pada Shezy Idris salah satunya.
Shezy Idris dan suaminya Krishna Adhyata Pratama tak pernah terlihat ada gejolah rumah tangga yang berarti.
Bahkan tak pernah ada kabar simpang siur tentang keretakan rumah tangga mereka.
Tetapi siapa sangka, ternyata Shezy sudah tak lagi memiliki rasa cinta pada suaminya, Krishna lantaran sudah sejak enam tahun lalu, suaminya ingin terus bercerai.
Selain Shezy, perceraian selebritis di tahun-tahun awal pernikahan juga sempat terjadi pada selebritis Marshanda dan mantan suaminya Ben Kasyafani.
Menikah 2011 silam dan dikaruniai seorang anak perempuan, Marshanda justru bercerai dengan Ben di usia pernikahannya yang baru menginjak tiga tahun.
Bahkan rumah tangga Marshanda dan Ben sebelumnya tak terdengar adanya masalah yang berarti.
Marshanda dan Ben Kasyafani cukup membuat publik kaget saat itu, karena keduanya kerap terlihat mesra dan bahkan tak pernah terjadi pertengkaran.
Ben Kasyafani juga sempat mempertahankan rumah tangga yang telah ia bina dengan Marshanda, sebelum akhirnya keduanya resmi bercerai.
Dalam dua kasus yang berbeda tersebut, salah satu pihak sempat ingin mempertahankan hubungan rumah tangga.
Tetapi ada beberapa kesamaan di dalamnya.
Salah satunya, keduanya berpisah dan ingin bercerai saat usia pernikahannya masih seumur jagung.
Mengapa bisa terjadi hal tersebut?
Baca Juga : Setelah 10 Tahun Cerai, Maia Estianty Ungkap Alasan dan Cara Bangkit dari Masa Lalu
Perceraian di tahun awal menikah
Ternyata ada berbagai implikasi yang menyebabkan munculnya perceraian di awal pernikahan dipicu karena salah satu pasangan melakukan berbagai kesalahan ini di awal pernikaahnnya.
1. Tidak membicarakan masalah uang
Meski ini menjadi hal yang tak terlalu seksi untuk dibahas suami dan istri, tetapi topik ini merupakan topik paling penting saat dua orang memutuskan untuk mengabdikan dirinya, seumur hidup untuk pasangannya.
Uang kerap dipandang menjadi salah satu faktor pasangan bercerai dan bertengkar.
Faktanya, tak ada pembicaraan tentang uang juga bahkan bisa memicu perceraian dan pertengkaran.
Ketika pasangan saling terbuka satu sama lain, bahkan dalam hal uang sekali pun, otomatis masing-masing akan lebih mengontrol apa saja yang dikatakan dan dibahas ke depannya, baik dari segi finansial bersama, keperluan keuangan setiap individu, bahkan hingga kebutuhan Si Kecil.
Pasangan yang tidak berbicara tentang keuangan justru memiliki pola buruk dalam pernikahannya, di mana satu dari mereka berada dalam kegelapan tentang ketidaktahuan kebutuhan bersama dan kebutuhan satu sama lain.
“Pernikahan pasangan akan menderita dan dihantui kebencian serta rasa ketidakpercayaan dalam membangun pernikahan dan tak bisa dihindari bila akhirnya pernikahan akan gagal,” ujap pengacara pernikahan seperti yang dilansir dari Bustle.com.
2. Tidak membagi peran rumah tangga dengan adil
Baca Juga : Jadi Rebutan Para Atlet Asian Games 2018, Buah Asli Indonesia Ini Punya Banyak Manfaat
Banyak yang masih menyepelekan pembagian tugas atau peran dalam rumah tangga. “Ah, enteng, bisa dijalani sama-sama berdua”. Ungkapan tersebut tak selamanya benar dan bahkan sama sekali tidak benar.
Setiap pasangan harus mengetahui bagaimana ia memainkan peran dalam rumah tangga. Semua tugas harian, baik membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci baju, memasak, wajib hukumnya untuk dibagi-bagi supaya beban rumah tangga tak hanya dibebankan pada Moms atau Dads.
Ini sangat penting dipertimbangkan saat berumah tangga, sekali pun dalam rumah tangga tersebut memiliki asisten rumah tangga (ART).
Karena bila tidak dibagi, pasangan yang merasa terbebani meski dalam waktu dekat tak mengeluh, seiring berjalannya waktu juga akan merasa lelah dan tak memiliki ruang untuk keadilan.
Belum lagi akan timbul rasa bosan bila pekerjaan akan dilakukan orang yang sama sehingga merusak aktivitas dan kebiasaan sehari-harinya.
Hal ini tentu akan mengganggu keharmonisan rumah tangga, akan munculnya protes dan rasa tak puas dalam pembagian tugas, atau bahkan biasanya Moms akan merasa berat dan merasa tak diberi ruang untuk menjalani aktivitas perempuan sebagaimana mestinya.
Jadi perbincangan masalah pembagian tugas rumah tangga, selain Dads mencari nafkah dan Moms membereskan rumah, tetap harus dipertimbangkan matang-matang.
Tak ada salahnya mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama, namun ada baiknya bila bersama-sama bekerja sama dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Dua hal yang terdengar seirama namun berbeda makna.
3. Jarang menghabiskan waktu berdua di luar rumah
Baca Juga : Jenis Cincin Pernikahan Tunjukkan Keharmonisan Rumah Tangga, Benarkah?
Pasangan tak baru tak jarang hanya ingin menghabiskan waktu berdua di rumah.
Tetapi bila ini terus beralngsung hingga satu sampai dua tahun pernikahan, ada salah satu pihak yang merasa terperangkap.
Meskipun setiap pasangan memberi kebebasan untuk keluar dan menghibur diri dengan lingkungan sosial masing-masing, pasangan tetap harus meluangkan waktu untuk bepergian berdua dan menghabiskan waktu berdua di luar rumah.
Dengan aktivitas tersebut, pasangan akan lebih mengenal karakter pasangan masing-masing di luar rumah.
Juga bisa belajar mengatur hal lain yang tak bisa dilakukan di rumah.
Faktor ini meski sering diabaikan ternyata menjadi pemicu penting. Belum lagi banyak pasangan yang hidup di sekitar yang kerap jalan-jalan dan berlibur berdua.
Akan makin membuat hubungan rumah tangga yang baik-baik saja menimbulkan rasa iri sehingga timbul cekcok.
4. Kurang penyesuaian pada mertua
Masalah kompleks yang dihadapi banyak pasangan di awal pernikahan.
Bagi seorang perempuan, tanggung jawab pasangannya kini beralih menjadi miliknya setelah menikah.
Dalam arti, suami yang biasanya dirawat dan disayang oleh ibunya, kini jauh dari rasa kasih sayang itu.
Sehingga tugas istri menjadi pengganti untuk menjadi pelayan dan juga pemberi kasih sayang terbaik untuk suaminya.
Koordinasi dengan mertua juga sangat diperlukan.
Meski tak semestinya pasangan menceritakan banyak hal rumah tangga dengan orangtua atau mertua, tapi ada baiknya mengomunikasikan hal-hal penting yang menyangkut hajat hidup keluarga ke orangtua atau mertua, karena bagaimanapun, mereka lebih memiliki peran besar di dalamnya.
Karena itu, pasangan harus bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan pasangannya sebelum menikah.
Untuk menghindari berbagai risiko yang mungkin timbul.
Empat hal di atas menjadi pemicu utama bagaimana tahun-tahun pertama pernikahan menjadi sangat berat bahkan berisiko perceraian.
Baca Juga : Mantan Terindah Kareena Kapoor Dikaruniai Anak Kedua, Ini Komentar Artis Bollywood
Lalu bagaimana mengenai fenomena tentang pernikahan ynag terlihat baik-baik saja jadi hancur dalam waktu singkat bahkan sampai ke perceraian?
Tentu hal ini selalu membuat banyak orang kaget. Bagaimana bisa, pasangan yang sudah menikah, terlihat mesra dan bahagia, tetapi ternyata mereka memutuskan untuk bercerai?
Mengapa pasangan harmonis bisa bercerai?
Apakah hal tersebut mungkin terjadi?
Sangat amat mungkin!
Rumah tangga harmonis bukan berarti pasangan tak memutuskan untuk bercerai.
Seperti kasus yang terjadi pada Sule, Lidya Kandou, bahkan Marshanda yang kerap terlihat mesra dan harmonis di depan publik, mereka hanyalah tiga kasus di antara sekian banyak kasus yang akdang masih dianggap tabu.
Banyak orang berpikir bahwa tidak mungkin pasangan harmonis akan bercerai.
Pasalnya, menjalani rumah tangga tak hanya sekedar harmonis dan romantis penuh kasih sayang.
Ada beberapa konflik di dalam rumah tangga, yang sebelumnya bisa diselesaikan tetapi hanya sementara waktu.
Atau adanya konflik yang tak kunjung selesai, tetapi pribadi masing-masing masih mau bertahan demi berbagai macam alasan.
Salah satunya adalah perselingkuhan yang berhasil ditutupi dan akhirnya terbongkar juga. Pasangan harmonis akan berlipat kali lebih tersakiti oleh pasangannya yang selingkuh .
Tetapi ada berbagai implikasi yang sejak dini harus dihindari agar tak terjadi perceraian di tengah pernikahan yang harmonis. Beberapa di antaranya, adalah berikut.
1. Kesibukan pekerjaan
Baca Juga : Mantan Terindah Kareena Kapoor Dikaruniai Anak Kedua, Ini Komentar Artis Bollywood
Kesibukan pekerjaan satu sama lain bisa jadi menjadi salah satu faktor pasangan merasa ingin berpisah. Selain karena jarang bertemu, pasangan akan merasa kurang perhatian dan juga rasa keadilan karena pasangannya sibuk dengan pekerjaannya dan sulit bertemu.
Padahal sesuai kodratnya, pasangan harus memiliki waktu dan menyempatkan sedikit waktu untuk pasangannya.
Menjadi hal yang wajar bila suami atau istri merasa diabaikan ketika pasangannya sibuk bekerja dan jarang memberi perhatian lebih, terlebih menghabiskan waktu berdua.
Seperti yang kita tahu, masalah jarak dan waktu memang tak akan pernah ada habisnya untuk diperdebatkan.
2. Komunikasi
Selain kesibukan, komunikasi jadi salah satu alasan kuat pasangan harmonis untuk bercerai.
Meski telah bertahun-tahun atau puluhan tahun menikah, bukan tidak mungkin antara pasangan satu sama lain belum memahami dan mengerti seni berbicara atau seni menjadi pendengar yang baik bagi pasangan.
Banyak yang menganggap bahwa bercakap-cakap terus-menerus akan membuang-buang waktu.
Tetapi siapa sangka bila pasangannya justru berseberangan?
Menurut pasangannya, bisa jadi komunikasi dan berbincang dalam waktu yang lama merupakan waktu berkualitas untuk hubungan rumah tangga mereka.
Sehingga dalam hal ini, komunikasi haruslah diimbangi dengan keterampilan tiap pasangannya dan menjadi keterampilan utama yang harus dimiliki saat kedua insan memutuskan membangun rumah tangga.
Jika berbicara dan mendengarkan tidak menjadi kebiasaan dalam rumah tangga, maka tidak ada harapan rumah tangga itu akan bertahan selamanya.
Komunikasi dapat menjadi jalan untuk mendiskusikan solusi. Masalah rumah tangga tidak bisa dipecahkan tanpa kemauan untuk berkomunikasi.
Anda bisa mengetahui cara efektif berkomunikasi dengan pasangan sejak masa pacaran sehingga tidak mudah tersulut emosi saat menghadapi tekanan.
Komunikasi sebelum menikah dapat mencegah harapan yang tidak realistis yang mungkin timbul dalam pernikahan.
Baca Juga : Kerap Diabaikan, ini Berbagai Manfaat Orgasme Bagi Perempuan, Bisa Bikin Awet Muda!
3. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Memasang harapan yang tinggi memang bagus untuk memacu semangat tiap pasangan. Namun, hal ini tidak berlaku pada pernikahan.
Harapan tinggi yang bercampur dengan kemalasan akan membuat pernikahan hanya berakhir dalam perceraian.
Perempuan yang membeli gaun pengantin mahal itu mungkin juga memiliki harapan pernikahan yang sangat tinggi.
Pasangan akan sama-sama membuat banyak asumsi dalam pernikahan dan apa yang diharapkan dari sebuah pernikahan.
Ekspektasi pernikahan terkadang jarang selaras dengan realitas kehidupan seperti di dalam pernikahan.
Ada banyak mitos yang beredar dalam pernikahan, misalnya keyakinan bahwa laki-laki hanya menginginkan seks dalam pernikahan atau perempuan adalah pihak yang memboroskan uang.
Salah paham yang muncul inilah yang kerap menimbulkan masalah dalam pernikahan.
Selain itu, kedua pasangan seyogianya juga menyadari bahwa kehidupan perkawinan tidak akan luput dari kemungkinan terjadinya konflik.
Penyebabnya bisa beragam, antara lain perbedaan latar belakang pendidikan, budaya, dan harapan.
Kedua pasangan perlu menyadari bahwa mereka berasal dari latar belakang yang berbeda satu sama lain.
Baca Juga : Bongkar Rumah Tangga Shezy Idris, Uya Kuya dan Istrinya Ribut dan Saling Singgung Masalah Rumah Tangga
Jadikanlah konflik sebagai ajang bagi peningkatan saling mengenali antar pasangan.
Untuk itu, seyogianya kedua pasangan mampu mengelola dan menyiasati konflik dengan cara kompromistis.
Hidupkan Ramadanmu dengan Berbagi Paket Hidangan Buka Puasa yang Ditemani Teh Manis Hangat
Source | : | theguardian.com,psychology today,bustle.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR