Ia merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja menjadi dokter yang pendapatannya tak sebesar dokter lain di wilayahnya.
Awal pernikahan mereka berdua, mereka harus hidup dengan menekan anggaran belanja bahkan biaya pengeluaran rumah tangga.
Setelah sebelumnya, keduanya tak pernah memikirkan bagaimana susahnya hidup dengan memangkas finansial yang biasanya dengan bebas ia dapat kelola.
Hal itu karena biaya pernikahan mereka ternyata membengkak.
Biaya pernikahannya justru jauh dari anggaran yang ditentukan, baik dari keluarga mempelai perempuan maupun mempelai laki-laki.
Sehingga mau tak mau, di usia awal pernikahannya, ssatu sama lain harus berhemat atau sangat amat berhemat.
Belum lagi, sang perempuan yang hanya merupakan ibu rumah tangga, tak lama setelah melangsungkan pernikahan kemudian hamil.
Berbagai persiapan mulai dari periksa hingga peralatan calon bayi perlu disiapkan.
Bukan harga yang murah tentunya, mengingat makin melonjaknya harga-harga kebutuhan setiap harinya, menyesuaikan adanya perkembangan dan juga kurs.
Dari kisah tersebut, Relevant Magazine mengungkapkan bahwa semua pernikahan tak selalu merugikan, tetapi juga tak selalu membawa kebahagiaan.
Baca Juga : Ketidakpuasan Seksual Berujung Perceraian Hingga Pembunuhan Pasangan, Ini Ragam Fenomena Masalah Perceraian
Biaya Acara Pernikahan
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Source | : | New York Times,Bustle,marriage.com,Psychologized |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR