Nakita.id – Siapa yang tidak tahu micin atau dalam bahasa ilmiahnya disebut Monosodium Glutamat (MSG).
Semua orang pun sepaham jika makanan menggunakan MSG rasanya akan gurih, enak, dan karenanya disukai oleh semua kalangan, terlebih anak.
Semua orang pun sudah tahu informasi yang menyatakan bahwa MSG adalah zat yang bisa membuat anak bodoh jika sering-sering mengonsumsinya.
Baca Juga : Selalu Dihindari, Ternyata Ibu Hamil Boleh Saja Makan MSG Asal Tahu Fakta Ini!
Malah sekarang MSG sudah diyakini sebagai salah satu zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Nah, dari sekian banyak informasi negatif tentang MSG, percayakah jika hingga sekarang ini belum ada satu ahli atau lembaga pun yang bisa membuktikan jika MSG menyebabkan kebodohan.
Hingga saat ini tidak ada yang bisa menemukan bukti pasti adanya hubungan antara MSG dan gejala-gejala dampak negatif MSG.
Walau demikian peneliti menyatakan, pada sebagain orang bisa saja muncul reaksi jangka pendek gara-gara MSG.
Tapi gejalanya biasanya ringan dan tidak memerlukan pengobatan.
Baca Juga : Bukan MSG yang Bikin Mi Instan Jadi Gurih
Untuk diketahui, MSG adalah penambah rasa yang biasa ditambahkan kedalam makanan, yang ditemukan lebih dari 100 tahun lalu oleh seorang ahli kimia Jepang bernama Kikunae Ikeda.
Awal ditemukannya MSG bahannya diambil dari rumput laut.
Baca Juga : 4 Dampak Buruk Micin, Obesitas hingga Menurunkan Kecerdasan Anak!
Menurut Food and Drug Administration (FDA), saat ini MSG dibuat dengan memfermentasi pati gula, tebu, atau tetes tebu.
FDA telah menerima banyak laporan prihal reaksi buruk makanan yang mengandung MSG.
Reaksi ini dikenal sebagai gejala MSG, seperti; sakit kepala, berkeringat, sesak, mati rasa, kesemutan atau terbakar di wajah, leher, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual, dan masih banyak lagi.
Menurut ahli alergi dan ahli imunologi, Katharine Woessner dari Grup Medis Klinik Scripps, yang melakukan penelitian tentang efek MSG.
Ada banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai MSG.
Lucunya, jelas Woessner, banyak ilmuwan sepakat anggapan MSG menyebabkan penyakit pada manusia tidak berdasar.
Baca Juga : Tak Ada Kaitannya dengan Penyakit, Konsumsi MSG Aman untuk Kesehatan
Hal senada diungkapkan Ken Lee, seorang profesor dan direktur inovasi makanan di The Ohio State University.
Menurutnya tidak benar MSG beracun atau penyebab alergi makanan.
Menurutnya, MSG adalah singkatan dari monosodium glutamat.
Jadi isinya natrium, banyak terdapat pada garam meja.
Sementara glutamat, komponen dasar MSG, adalah sinonim untuk asam glutamat. Ini adalah asam amino alami.
Penting diketahui, sebagian besar makhluk hidup di bumi mengandung glutamat, dan glutmat banyak terdapat dalam bahan makanan, termasuk; tomat, kenari, pecan, keju parmesan, kacang polong, jamur, dan kecap.
Baca Juga : Benarkah MSG Berbahaya untuk Kesehatan? Ini Penjelasan Ahlinya
Rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 13 gram glutamat setiap hari dari protein dalam makanan.
Padahal menurut FDA MSG hanya menyumbang 0,55 gram glutamat.
Kenapa MSG Dipercaya Berbahaya?
1960-an, ketika The New England Journal of Medicine menerbitkan sebuah surat dari dokter di Maryland, Robert Ho Man Kwok, yang menulis bahwa ia mengalami gejala mirip dengan reaksi alergi setiap kali mengonsumsi makanan dari restoran Cina.
Dia mempertanyakan penyebabnya. Apakah itu anggur yang diminumnya, rempah-rempah dalam makanan, atau MSG?
Surat Kwok yang merujuk pada kumpulan gejala sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS), mendorong oranglain untuk menulis ke jurnal dengan pengalaman mereka sendiri yang juga merasakan pusing setelah mengonsumsi makanan China.
Baca Juga : Takut Kebanyakan Micin? Ini Bumbu Penyedap Pengganti Yang Lebih Aman
Entah bagaimana saat surat Kwok booming, seorang ahli syaraf bernama John Olney menerbitkan sebuah studi tentang aditif in Science.
Dalam eksperimennya, dia menyuntikkan aditif (MSG) langsung ke tikus putih laboratorium.
Hasilnya ditemukan sejumlah masalah neurologis pada subjeknya, termasuk lesi otak atau perkembangan yang terganggu.
Eksperimen Olney banyak dipertanyakan dan disangsikan.
Sebab Olney memilih untuk menyuntikkan tikus dengan MSG di bawah kulit, sedangkan satu-satunya cara manusia mengonsumsi MSG adalah dengan memakannya.
Baca Juga : Benarkah MSG Berbahaya untuk Kesehatan? Ini Penjelasan Ahlinya
Hal ini menurut John Fernstrom, seorang profesor psikiatri, farmakologi, dan biologi kimia di University of Pittsburgh School of Medicine, tidak benar, apalagi menurutnya glutamat sebagian besar dimetabolisme di usus.
Tak hanya itu yang membuat banyak ahli meragukan eksperimrn Olney.
Dalam eksperimennya Olney pun menyuntikkan MSG ke subjek tikusnya dengan dosis untuk kuda, jauh lebih tinggi daripada yang dikonsumsi manusia.
Menurut Lee, apa pun yang dikonsumsi secara berlebihan tidak baik. Karena semua yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menjadi racun, termasuk MSG.
Lucunya 1993 ada penelitian yang membongkar teori MSG is bad for you.
Baca Juga : Ini Alasannya Berita Hoax MSG Dipercaya. Padahal Penciptanya Profesor
Penelitian yang menguji 71 subjek untuk reaksi terhadap MSG sehubungan dengan CRS, menyimpulkan bukti ilmiah ketat dan realistis yang menghubungkan sindrom ini dengan MSG tidak dapat ditemukan.
Masih Percaya MSG berbahaya?
Rejuvenated Youthful Skin Bersama Rangkaian Wardah 1% Microcapsule Retinol & 3% Ceramide, Formulasi Powerful untuk Hasil Maksimal
Source | : | theguardian.com,Mayo Clinic,expert-answers,sciencefriday.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR