Nakita.id - Perasaan orangtua mana yang tak hancur melihat anaknya yang berjuang mencari nafkah untuk kehidupannya juga keluarganya harus menerima nasib malang.
Setiap orangtua pasti mendoakan anaknya sukses bekerja, terlebih bila mereka bekerja di tempat yang agak jauh dari kediamannya, doa dan pesan pasti akan mengalir dari orangtua.
Seperti yang dirasakan Hans Bobonggoi, seorang warga Palolo yang anaknya hingga kini belum ditemukan pacagempa dan tsunami yang menerjang Palu.
Baca Juga : SMS ‘Selamat Saya Ayah’ yang Amat Dinanti Membuat Seorang Ayah Nekat Terbang ke Palu Mencari Anaknya
Anaknya gadisnya bernama Lesni, ia bekerja di Hotel Roa Roa.
Seperti yang kita tahu, Hotel Roa Roa menjadi salah satu bangunan yang hancur lebur.
Puing-puing reruntuhannya tumpang tindih, terlebih, bangunannya berbahan beton sehingga menyulitkan petugas untuk mencari korban di bawah reruntuhan.
Sekitar 300 orang yang diperkirakan terjebak dan saat Hotel Roa Roa ambruk akibat gempa yang terjadi Jumat (28/9/2018) lalu.
Kembali lagi ke kisah Hans, ia awalnya merasa minder ketika anaknya memiliki keinginan bekerja di Hotel Roa Roa.
"Sebenarnya saya minder saat anak saya mengatakan akan bekerja di Hotel Roa Roa," tutur Hans saat diminati keterangan Kompas.com, Kamis (4/10/2018).
Lesni merupakan anak gadis kebanggan Hans, ia merupakan satu-satunya anak perempuan dari keempat anak yang dimiliki Hans.
Meski merasa minder anaknya bekerja di hotel, apa daya, Hans akhirnya luluh ketika melihat keinginan dan kegigihan anaknya untuk berusaha.
"Jadi pekerja yang berguna bagi sesama, bagi manajemen," begitu ucap Hans saat mengingatkan anaknya.
Baca Juga : Saksi Kunci Petaka Hilangnya Petobo Akibat Gempa dan Tsunami di Palu Hingga Jenazah yang Makin Menumpuk
Tetapi takdir berkata lain, tepat satu minggu, Hans harus bekerja keras dalam pencariannya menemukan anak gadisnya yang diduga masih berada di bawah puing-puing reruntuhan Hotel Roa Roa.
Seminggu yang lalu, ketika gempa terjadi, di Palolo, Hans tengah memberi makan ikan-ikan kesayangannya tanpa ada rasa gusar, sedikit pun.
Di waktu yang bersamaan, istrinya datang menghampiri Hans, memberi kabar bahwa Palu dilanda gempa dan tsunami.
Naluri seorang ayah bekerja, ia meninggalkan ikan yang sedang diberinya makan, kemudian bergegas untuk pergi ke Palu.
Baca Juga : Dato Sri Tahir, Orang Terkaya Indonesia Beri Fast Food Hingga Rumah untuk Korban Gempa Tsunami Palu!
Dalam kondisi gempa hebat dan banyak akses jalan yang rusak parah, Hans merasa kesulitan untuk menempuh perjalanan ke Palu.
"Jalan yang saya lalui rusak, antrean kendaraan di mana-mana," begitu kiranya cerita perjuangan Hans di jalan dari Palolo, menuju Palu.
Seperti yang kita tahu, akibat gempa berkekuatan 7,4 SR, jalanan Palu terbelah menjadi dua, bahkan beberapa jalan membentuk lipatan-lipatan, persis seperti aspal yang berbentuk baru, hampir sulit menemukan aspal mulus di sana.
Dalam situasi seperti itulah, Hans kembali diberi cobaan.
Kisah Lesni Sebelum Gempa
Bekerja sebagai pelayan di Hotel Roa Toa, sekiranya beberapa menit sebelum 18.02 WITA, peristiwa maut terjadi, Lesni masih menyandang tugasnya.
Baca Juga : Dua Hari Terjebak Reruntuhan Hotel Roa Roa, Seorang Perempuan Berhasil Selamat, Ini Sebabnya!
Lesni baru saja selesai mengantarkan kue dan kopi untuk tamu di salah satu kamar Hotel Roa Roa.
Setelah selesai menjalankan tugasnya, Lesni menuju toilet untuk buang air kecil.
Mungkin Lesni sebelumnya telah memiliki firasat, atau tidak, tak ada yang tahu.
Mungkin, Lesni sudah sampai di dalam toilet, tak lama berselang, gempa mengguncang. Cukup kuat, sangat kuat.
Lesni terjebak di dalam toilet yang ia tuju tadi, dalam sekejab, bangunan rusak parah.
Toilet tempat Lesni tengah buang air kecil ikut runtuh bersamaan dengan runtuhnya seluruh bangunan berlantai 8.
Baca Juga : Sebelum Jadi Korban Gempa, Atlet Ini Unggah Swafoto di Atas Teluk Palu
Kabar runtuhnya hotel akibat gempa ini yang sampai pada telinga Hans dan istrinya dan kemudian membuat Hans akhirnya rela nekat menempuh perjalanan berat ke Palu.
Suara Lesni Terdengar Jelas
Di dalam situasi seperti ini, bangunan yang roboh tak karuang, hanya terlihat puing-puing bangunan yang sudah hancur lebur, Hans datang dengan pandangan kosong.
Tapi pandangan kosong itu tak berselang lama. Sabtu keesokan harinya, Hans berusaha mencari anak gadisnya, meski dibilang mustahil bila ia hanya mengandalkan tangan kosong.
Baca Juga : Detik-detik Penyelamatan Korban Selamat di Bawah Reruntuhan Hotel Roa Roa
Tak sendiri, semangat Hans makin membara ketika ia ditemani oleh sejumlah tamu hotel yang tengah mencari keluarganya yang masih terjebak di dalam Hotel Roa Roa.
"Dari dalam reruntuhan beton ini, semua orang mendengar suara minta tolong," begitu tutur Hans.
Tekad Hans makin bulat ketika mendengar sayup-sayup suara seorang perempuan, yang ia yakini suara Lesni, anak gadis kesayangannya.
"Papa, mama, tolong saya," suara tersebut seolah menusuk dan sampai ke hati Hans, ia yakin itu suara anaknya.
"Itu suara Lesni, anakku!" ucap Hans sembari menirukan kisahnya stau minggu yang lalu.
Suara anak gadisnya kembali terdengar sayup-sayup.
Baca Juga : Ibunya Meninggal Dunia, Bocah Laki-laki Ajukan Permintaan pada Jokowi: Pak, Ikut Boleh Tidak?
Apa daya, Hans hanya bisa memandangi kondisi hotel yang sudah hancur lebur.
Sama seperti perasaannya saat itu. Hancur lebur, tak ada yang bisa ia perbuat, selagi anaknya masih terjebak dan diyakininya saat itu masih hidup.
Pencarian Lesni
"Pemilik hotel bilang saya harus bersabar dan dijanjikan menggunakan alat berat untuk mengeluarkan Lesni," ucap Hans yang terlihat optimis karena keyakinan orang-orang sekitarnya.
Melihat bangunan 8 lantai tersebut hancur dengan puing-puing reruntuhan, saling menumpang-tindih, Hans makin lemas.
"Ingin rasanya saya singkirkan semua beton yang masih terangkai bersi ini jauh-jauh, agar bisa memeluk anak gadis saya," begitu kiranya isi hati Hans yang tak sempat terucapkan.
Baca Juga : Berkat Sinar Ponsel, Anak 15 Tahun Ditemukan Selamat Dari Reruntuhan Hotel Roa-Roa
Sayang, bangunan beton tersebut terlalu kuat untuk ditembusnya dengan tangan kosong.
"Tolong saya, saya dari Palolo," suara tersebut kembali terdengar.
Suara itu membuat Hans akhirnya nekat berusaha menerobos puing-puing bangunan.
Menggunakan linggis, ia berusaha mencari celah, melalui saluran pembuangan untuk melihat kondisi di bawah reruntuhan, sumber suara anaknya.
Rambutnya penuh debu, pakaiannya sudah kotor dengan debu dan juga tanah.
Usahanya masih jauh dari harapan. Bisa apa dengan modal linggis?
Ia hanya bisa menggali beberapa meter saja, tak lebih.
Baca Juga : Ada 2 Jenazah & 1 Atlet Paralayang Ditemukan di Hotel Roa Roa, Begini Kondisinya!
Tapi yang dilakukan Hans ini memang berbeda dari orang-orang lain.
Banyak di sekitar Hans yang hanya duduk termenung, menangis seraya berdoa menanti keajaiban dengan menunggu kerja keras petugas untuk menyelamatkan keluarganya yang masih terjebak.
Sedangkan Hans, tidak. Ia berusaha, meski kesempatan usahanya kecil.
Sejak tiga hari Lesni terkubur, suara minta tolong yang awalnya jelas dan sangat vokal, kemudian mengecil.
Lalu melemah.
Baca Juga : Begini Cara Tokoh Dunia Ungkapkan Kepeduliannya Kepada Korban Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah
Sampai tak terdengar lagi. Sesak napas Hans saat tak lagi mendengar suara anaknya.
"Saya berharap Lesni masih bisa diselamatkan, karena masih ada keajaiban di dunia ini," ujarnya seraya berpasrah.
Perjuangan Hans masih belum berakhir. Ia percaya bahwa kekuatan doa akan menyelamatkan anaknya.
Diyakininya bahwa Tuhan turut bekerja, menjaga anaknya dan korban lainnya, sementara Hans, anggota keluarga lain dibantu petugas terus menyingkirkan batangan beton yang saling menindih.
Hans, semoga usahamu tak sia-sia. Tetap jaga kesehatan, dan semoga kembali memeluk Lesni.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR