Nakita.id - Aktris cantik Eva Anindita mengalami hiperemesis gravidarum saat hamil anak keduanya, Raquelle Magali Zachrie.
Dilansir dari WebMD, hiperemesis gravidarum adalah kondisi yang ditandai dengan mual dan muntah super heboh, penurunan berat badan, dan gangguan elektrolit.
Kondisi ini dipercaya karena adanya peningkatan kadar hormon yang terjadi selama kehamilan.
Meski begitu, para peneliti maupun ahli belum bisa memastikan penyebab mutlak morning sickness ekstrim ini.
Baca Juga : Hiperemesis Gravidarum Saat Hamil
Akibat hiperemesis gravidarum, Eva Anindita bercerita bahwa ia harus istirahat total dan kehilangan berat badannya hingga 6 kg dalam jangka waktu 3 bulan.
Sebab ia mengalami mual dan muntah yang hebat sehingga tidak bisa makan sama sekali.
"Saya sampai gak bisa makan. Bener-bener gak bisa makan sama sekali. Jangankan makan, mencium bau makanan saja langsung mual dan muntah," ujar Eva dalam wawancaranya bersama Tabloid Nakita, Desember 2017 lalu.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kisah Perjuangan Persalinan Winda Viska, Urin Sudah Berwarna Merah Akibat Preeklamsia
Baca Juga : Cara Alami Redakan Mual Muntah Saat Hamil Muda
Bagi ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, makan dengan tenang dan nyaman tentu bukan suatu hal yang mudah.
Rasa mual dan muntah ini biasanya akan muncul di antara 4-6 minggu kehamilan dan mencapai puncak di antara 9 -13 minggu kehamilan.
Dalam kasus tertentu, seorang ibu hamil bahkan memerlukan bantuan medis di antara 14-20 minggu kehamilan.
Selain rasa mual dan muntah, hiperemesis gravidarum juga bisa ditandai dengan gejala malas makan, dehidrasi, sakit kepala, linglung, pingsan, kelelahan ekstrem, tekanan darah rendah, denyut jantung cepat, hilangnya elastisitas kulit, dan gangguan kecemasan (depresi sekunder).
Baca Juga : Hati-hati, Susah Makan Bisa Jadi Gejala Gagal Jantung Bawaan Pada Anak
Hal yang paling membuat Eva Anindita bersedih selama mengalami hiperemesis gravidarum ialah ketika ia tidak bisa mencium bau anak dan juga suaminya.
"Ini yang membuat saya sedih dan selalu menangis. Bayangkan, selama ini tiap anak mau sekolah saya siapkan, pakaian baju, saya cium, saya peluk.
Setelah hamil aduh, mencium baunya saja dari jauh sudah membuat saya mual.
Sedihnya lagi Renzo (anak pertamanya) bisa ngertiin saya, dia tetap pamit ke saya dari jauh setiap mau sekolah," jelas Eva.
Baca Juga : Tinggi Rendahnya Vitamin D Pada Ibu Hamil Dapat Pengaruhi Risiko Autisme Pada Janin
Baca Juga : Hamil Muda Mual Muntah Wajar, Jika di Trimester 2? Harus dirawat!
Tidak hanya itu, akibat hiperemesis gravidarum, Eva Anindita juga mengurung diri selama tiga bulan di kamar.
"Semua ventilasi kamar saya tutup. Maksudnya supaya tidak ada bau-bauan yang bisa saya cium. Dan saya sangat lemas saat itu," ungkapnya.
Karena lemas dan tidak bisa makan apa-apa, ia sempat takut dengan kehamilannya.
"Untungnya dokter selalu mengatakan kehamilan sehat, bayi sehat, hanya ibunya saja yang menjadi kecil," ujarnya.
Dari dukungan dokter itu, Eva Anindita akhirnya bertekad kuat untuk tetap makan meski sangat susah.
Baca Juga : Riset Buktikan 90% Manusia Tidak Tahu Dirinya Mengalami Gangguan Fatal Ini
Studi terbaru menunjukan 70-80% ibu hamil mengalami morning sickness dan 60.000 kasus diantaranya ialah hiperemesis gravidarum.
Kasus ini juga pernah dialami oleh Duchess of Cambridge Kate Middleton saat mengandung ketiga anaknya, Pangeran George, Putri Charlotte, dan Pangeran Louis.
Karena kondisinya tersebut, istri Pangeran William ini bahkan sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"The third straight pregnancy, she (Kate Middleton) is suffering from hyperemesis gravidarum, which during her first pregnancy was severe enough to land her in the hospital," tulis sebuah artikel di Forbes, September 2017 lalu.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Baca Juga : Jangan Sepelekan Mual Muntah, Satu Ini Terjadi Komplikasi Kehamilan
Dalam kasus ringan hiperemesis gravidarum memang bisa diatasi dengan perubahan pola makan, istirahat, dan mengonsumsi obat herbal penetralisir asam lambung.
Namun dalam kasus-kasus tertentu, hiperemesis gravidarum dapat menjadi berbahaya sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Sebab hiperemesis gravidarum dapat membuat ibu hamil dehidrasi, kehilangan nutrisi, dan penurunan berat badan yang cukup drastis.
Sebagaimana yang kita ketahui, hal-hal tersebut tentu tidak baik untuk kesehatan dan keamanan ibu maupun janin.
Baca Juga : Belajar Dari Pengalaman Mona Ratuliu, Kenali Penyakit Pitiriasis Alba
Saat mendapatkan perawatan di rumah sakit, ada beberapa hal yang biasanya akan diberikan oleh dokter.
- Cairan intravena (IV) untuk mengembalikan hidrasi, elektrolit, vitamin, dan nutrisi.
- Nasogastrik untuk memulihkan nutrisi melalui selang yang melewati hidung dan masuk ke lambung.
- Gastrostomi endoskopi perkutan untuk mengembalikan nutrisi melalui selang yang melewati perut dan ke dalam lambung.
- Obat-obatan seperti metoclopramide, antihistamin, dan obat antireflux.
Penting diingat, bila telah mengalami gejala hiperemesis gravidarum sebaiknya segera konsultasikan hal tersebut pada dokter sebelum terlambat.
Ingat kondisi ini tanpa manajemen yang baik bisa membahayakan ibu juga bayi yang dikandung.
Semisal, bayi mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), atau bisa jadi untuk kasus yang berat ibu bisa kekurangan gizi.
Baca Juga : Selain Jeruk, Ini Buah Lainnya yang Sebaiknya Dihindari Ibu Menyusui
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | WebMD,american pregnancy,tabloid nakita,forbes |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR