Pada Minggu (22/7), Dinas Pemadam Kebakaran Tokyo telah mengerahkan ambulans sebanyak 3.125 kali—jumlah terbanyak dalam sehari sejak dinas tersebut memulai layanan darurat pada 1936 lampau. Sebagian besar warga yang memerlukan ambulans terdampak gelombang panas.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, mengatakan gelombang panas yang melanda Jepang akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat "persis seperti hidup di sauna".
Agar korban tidak semakin banyak berjatuhan, Badan Meteorologi Jepang mengimbau masyarakat untuk minum air lebih sering dan waspada terhadap gelombang panas.
Baca Juga : Diet Ala Constance Wu ‘Crazy Rich Asian’, Semua Dimakan Termasuk Junk Food
Khalayak di Tokyo mengguyur air ke trotoar untuk mendinginkan kawasan setempat, pada Senin (23/7).
Upaya meredam gelombang panas juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Kota Yokohama.
Di kota sejauh 44 kilometer sebelah selatan Tokyo itu, khalayak berpartisipasi dalam acara yang disebut uchimizu atau 'upacara air', yaitu mengguyur atau memercik air dingin ke jalanan guna mendinginkan.
Diperkirakan pada 2080 jumlah orang yang meninggal akibat gelombang panas kemungkinan akan meningkat tajam di beberapa daerah di dunia jika pembuat kebijakan gagal mengambil langkah-langkah mitigasi dalam kebijakan iklim dan kesehatan.
Baca Juga : Ingin Cepat Hamil? Hindari Berhubungan Intim Saat Suami Demam!
Kematian yang disebabkan oleh gelombang panas dapat meningkat secara dramatis di daerah tropis dan subtropis, seperti di Asia Tenggara, diikuti oleh Australia, Eropa dan Amerika Serikat.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | The Guardian,New York Times,The Daily Sabah,nippon.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR