Saat kejadian gempa mengguncang, Alif dan para jemaah hendak menunaikan Salat Maghrib berjamaah di masjid yang menurut cerita warga telah dibangun sejak tahun 1936 itu.
Alif menceritakan saat adzan Maghrib tengah dikumandangkan, tiba-tiba terjadilah gempa yang begitu dahsyat.
Para jemaah pun langsung lari berhamburan ke luar karena takut tertimpa bangunan.
Baca Juga : Hati-Hati! Kolera Bisa Serang Korban Pasca Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah, Perhatikan Ciri-Cirinya!
Namun, sang muadzin tetap meneruskan kumandang adzannya hingga selesai baru kemudian lari ke luar masjid.
"Saya waktu itu sedang ngambil air wudhu. Adzan itu belum selesai dikumandangkan tiba-tiba diguncang gempa," kata Alif ditemui di Masjid Jami Pantoloan, Sabtu (13/10/2018).
Alif menuturkan gempa itu membuat banyak jemaah yang berjatuhan sampai terpental ke luar pagar masjid.
Mereka pun terus berdoa dan melantunkan dzikir di tengah kepanikan yang terjadi.
"Waktu gempa sampai ada yang terpental ke luar sampai pagar. Semua orang berdzikir waktu gempa," ujarnya menceritakan saat-saat mencekam itu terjadi.
Alif menceritakan gelombang air tsunami yang begitu tinggi dan kencang itu sama sekali tak menyerang masjid tersebut.
Bahkan, ia menyebut gelombang air setinggi pohon kelapa itu justru melompati masjid tersebut dan terbelah setelah melewati kubah masjid.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | tribun jakarta |
Penulis | : | Ega Alhikari |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR