Nakita.id - Ada beberapa 'penyakit musiman' yang terkenal kerap dialami oleh anak-anak.
Beberapa 'penyakit musiman' ini kerap dikaitkan dengan masalah cuaca yang sulit diprediksi pada saat musim hujan.
Namun ada juga yang mengaitkan 'penyakit musiman' ini dengan penyakit yang akan selalu menghampiri anak-anak apapun kondisi cuaca dan lingkungan disekitarnya saat itu.
Baca Juga : Ramuan Tradisional untuk Atasi 10 Penyakit Anak
Terlepas dari semua anggapan itu, tak dapat dipungkiri bila ada beberapa penyakit yang memang kerap dialami anak-anak di awal kehidupannya.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Tanggapan Dokter Reisa Tentang Memotong Bulu Mata Bayi Agar Lentik
Beberapa penyakit ini bisa sangat berbahaya bila tidak segera mendapat pertolongan.
Untuk itu, yuk kita kenali dan cegah beberapa 'penyakit musiman' berikut ini.
A. Bapil (Batuk Pilek)
Batuk pilek atau yang akrab disapa bapil menjadi beberapa gejala umum yang kerap dialami anak.
Menurut dr. Rahmini Shabariah SpA., dari RS. Sentra Medika, Cibinong, Bogor, batuk pada anak pada umumnya merupakan cara tubuh mereka bertahan menghadapi masuknya benda asing ke saluran pernapasan.
Batuk pada anak berguna membersihkan jalan napas (dari tenggorokan hingga paru-paru) dari benda asing, seperti lendir, debu, maupun partikel-partikel kecil lainnya, termasuk virus dan bakteri.
Tanpa adanya batuk, berbagai material asing dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan dapat menimbulkan gangguan serius.
Adapun pilek disebabkan karena virus yang menginfeksi dan berkembang dalam faring atau yang biasa disebut sistem pernafasan.
Pilek berbeda dengan flu yang disebabkan akibat infeksi virus yang mengenai bagian-bagian tubuh seperti rongga tenggorokan dan paru-paru.
Baca Juga : Meski Kaya Manfaat, 4 Kondisi Tubuh Ini Tidak Dianjurkan Konsumsi Daun Salam
Saat anak batuk pilek biasanya mereka akan memiliki lendir di hidung, bersin, pusing, gampang merasa lelah, terkadang demam, dan sakit tenggorokan.
Dalam kasus tertentu, anak juga bisa mengalami diare dan muntah.
Menurut dr. Natia Anjarsari Widyati, Sp.A., spesialis kesehatan anak dari Brawijaya Women and Children Hospital (BWCH), Jakarta, sebagian besar batuk tidak membutuhkan obat.
Ada beberapa bahan alami yang bisa digunakan untuk mengatasi batuk pilek pada anak, seperti jahe, kencur, jeruk nipis, kencur, dan madu.
Namun perlu diketahui bahwa bahan-bahan ini sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak di bawah usia satu tahun.
Sebab ada beberapa kandungan atau bakteri yang mungkin dapat membuat anak keracunan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kisah Kesembuhan Nutri, Pecinta Bakso dan Mie Instan Akhirnya Terkena Miom
Selain itu, bila anak telah memiliki gejala-gejala yang cukup mengkhawatirkan sebaiknya Moms langsung membawanya untuk berkonsultasi dengan dokter.
Sebab batuk dan pilek dapat menjadi indikasi penyakit serius lainnya bila tidak segera ditangani dengan benar.
B. Demam
Dr. Awaluddin Idris dari Rumah Sakit Yarsi mengatakan demam bukanlah suatu penyakit, melainkan sebuah proses mekanisme tubuh untuk melawan ‘benda-benda’ asing yang masuk ke dalam tubuh.
Adanya ‘benda-benda’ asing ini kemudian membuat sistem pertahanan tubuh meningkatkan suhu tubuh untuk melakukan perlawanan.
Adapun yang dimaksud dengan ‘benda-benda’ asing itu berasal dari beberapa faktor, yakni faktor infeksi dan faktor non-infeksi.
“Faktor infeksi itu sendiri bisa karena virus, bakteri, ataupun parasit.
Kalau dari virus seperti orang awam ketahui salah satunya yaitu demam berdarah, kalau dari bakteri salah satunya yaitu tifus, dan kalau dari parasit yang selama paling banyak dikenal dan biasanya ada di daerah timur itu malaria.
Adapun demam karena faktor non-infeksi juga banyak penyebabnya.
Bisa karena faktor suhu eksternal atau keganasan tumor maupun kanker, Selain itu, bisa pula karena adanya gangguan dari sistem saraf pusat di otak, penyakit autoimun ataupun penyakit bawaan,” jelasnya saat ditemui dibilangan Jakarta Selatan, pada Rabu (4/4) saat diwawancara Nakita.id.
Baca Juga : Hati-hati, Susah Makan Bisa Jadi Gejala Gagal Jantung Bawaan Pada Anak
Seorang anak dinyatakan demam bila suhu tubuhnya telah mengalami peningkatan hingga lebih dari 37,5 derajat celcius.
Sebab suhu normal anak berkisar antara 36,5 derajat celcius hingga 37,5 derajat celcius.
Saat demam biasanya anak akan berkeringat dingin, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, kehilangan selera makan, dehidrasi, dan lemas.
Dr. Awaluddin menegaskan untuk tidak langsung memberikan anak obat antipiretik saat dia demam.
Baca Juga : Moms Harus Tahu, Monkeypox Mirip Cacar Adalah Virus Baru Yang Mematikan!
"Sebab penggunaan obat antipiretik (demam) dalam jangka panjang justru bisa menimbulkan toksik (racun) jika digunakan tanpa indikasi," tegasnya.
Ia menyarankan untuk mengikuti beberapa tatalaksana berikut ini terlebih dahulu sebelum menggunakan bantuan medis.
Pertama, saat anak demam biarkan dia melakukan istirahat total atau bed rest.
Kedua, berikan anak konsumsi air putih yang banyak. Sebab selama demam, dia akan mengeluarkan cairan yang dapat membuatnya dehidrasi.
Selain itu, mengonsumsi air putih yang banyak juga dapat melarutkan dan mengeluarkan ‘benda-benda’ asing dalam tubuh.
Ketiga, jangan menutupi badan menggunakan selimut atau pakaian yang hangat dan tebal. Lebih baik gunakan pakaian yang tipis dan nyaman.
“Pengunaan selimut atau pakaian yang tebal dalam penelitian tidak dibenarkan, karena saat demam suhu tubuh kita sudah panas. Jika diberikan selimut atau pakaian tebal lagi maka suhu tubuh justru akan semakin panas,” jelasnya.
Keempat, basuh seluruh badan dengan air hangat sekitar 5-7 menit.
“Ingat ya seluruh badan bukan hanya di bagian kepala saja, sebab hal itu tidak akan efektif,” ujar Awal.
Selain itu penggunaan air dingin pun tidak dianjurkan karena justru dapat membuat tubuh anak lebih panas.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Krim Malam Di Bawah 100 Ribu, Ampuh Mencerahkan Wajah!
Bila sudah melakukan tatalaksana penanganan demam ini tetapi demam masih berlangsung lebih dari tiga hari dan suhu di atas 38,6 derajat celcius.
Maka segera lakukan konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis.
C. Diare
Sebenarnya, seperti halnya bapil dan demam, diare merupakan cara penolakan tubuh terhadap bakteri dan virus yang membahayakan saluran pencernaan.
Diare juga bisa terjadi ketika anak keracunan makanan.
Anak dikatakan diare bila dia mengalami Buang Air Besar (BAB) dari 2-3 kali dalam 24 jam dengan kondisi feses yang lembek atau cair.
Penting bagi Moms mengambil tindakan yang cerdas saat anak diare karena bisa saja dia dehidrasi dan kekurangan gizi.
Selain itu, penelitian menunjukan anak yang sering terserang diare berisiko lebih pendek 3,6 cm ketika usia 7 tahun dan memiliki IQ yang lebih rendah.
Baca Juga : Hindari Makan Pepaya Secara Berlebihan, Ini Efek Samping yang Dirasakan!
Saat anak diare sebaiknya perhatikan seluruh makanan, minuman, dan lingkungan di sekitar anak.
Moms harus segera membawa anak ke dokter jika menemukan kondisi seperti di bawah ini:
* Bolak-balik mencret dalam tenggang waktu yang tak terlalu jauh dan sekali mencret volumenya banyak.
Contoh, anak sudah 3 kali mencret dan sekali keluar sebanyak 1 gelas.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Sayur dan Buah Bukan Menu Utama MPASI
* Diare disertai demam, darah, muntah, tak mau makan/ minum, sakit perut terus-menerus selama 6 jam atau lebih.
* Terdapat tanda-tanda dehidrasi, seperti ubun-ubun bayi cekung, anak terlihat lesu dan kurang aktif, tidak pipis selama 4 jam atau lebih, warna urine lebih pekat, menangis tanpa air mata, bibir kering dan pecah-pecah, dan mata cekung.(*)
Source | : | WebMD,Mayo Clinic,nakita |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR