Nakita.id - Kebiasaan anak yang pilih-pilih makanan bisa menimbulkan risiko kekurangan gizi yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Padahal, bila anak kekurangan gizi, tumbuh-kembangnya tidak akan optimal.
Kurang gizi tidak hanya memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi lekat dengan risiko kematian dini pada anak.
Baca Juga : Ini 4 Tanda Anak Kekurangan Gizi yang Dapat Dilihat Secara Langsung
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekurangan gizi menjadi ancaman tunggal yang berkotribusi hingga 45% kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Di Indonesia sendiri, masalah kekurangan gizi menjadi salah satu perhatian yang serius.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi status gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Tanggapan Dokter Reisa Tentang Memotong Bulu Mata Bayi Agar Lentik
Dengan angka gizi buruk 5,4% di tahun 2007 dan 5,7% di tahun 2013, serta angka gizi kurang 13,0% di tahun 2007 dan 13,9 di tahun 2013.
Status gizi anak ini diukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan.
Ada beberapa faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan pola asuh orangtua.
Anak-anak yang kekurangan gizi biasanya akan memberikan tanda-tanda:
- Kurang nafsu makan atau minat pada makanan atau minuman
- Kelelahan dan mudah tersinggung
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
- Selalu merasa dingin
- Kehilangan lemak, massa otot, dan jaringan tubuh
- Sering sakit dan susah sembuh
- Waktu penyembuhan lebih lama bila mengalami luka
- Risiko komplikasi yang lebih tinggi setelah operasi
- Depresi
Dalam kasus yang lebih parah:
- Sulit bernafas
- Kulit menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat, dan dingin
- Pipinya tampak cekung dan mata cekung, karena lemak menghilang dari wajah
- Rambut menjadi kering, jarang, dan mudah rontok
Diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan dan komplikasi kekurangan gizi.
Untuk mencegah kekurangan gizi, Moms bisa mengikuti pedoman gizi seimbang.
Makanan bergizi seimbang, yaitu makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah seimbang.
Gizi seimbang ini dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan serta pemeliharaan tubuh, termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak.
Terdiri atas zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Baca Juga : dr. Tompi: Tidak Ada Jurnal Yang Menjelaskan Penggunaan Filler atau Benang Untuk Meninggikan Hidung
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting yang terdiri atas karbohidrat sederhana (gula) dan karbohidrat kompleks (beras, jagung kentang, tepung beras, havermut).
Setiap gram karbohidrat memberikan energi 4 kkal. Kecukupan karbohidrat yang dianjurkan sekitar 50-60% dari energi total.
Jumlah ini sebaiknya dipatuhi agar anak tidak kegemukan atau bahkan obesitas.
Selanjutnya protein yang juga merupakan sumber energi dan pembentukan jaringan baru.
Terdiri atas protein hewani (daging, ayam, ikan, hati, telur, susu, keju, hasil olahnya) dan nabati (kacang kedelai dan makanan olah dari kacang kedelai seperti tempe, tahu, oncom; kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang tanah).
Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 10-15% dari total energi harian.
Selain itu juga ada lemak, selain sebagai sumber energi, lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial pelarut vitamin A, D, E, K, serta penting untuk kecerdasan.
Baca Juga : Tips Membersihkan Botol Susu, Pilih Botol Yang Mudah Dibersihkan
Namun jumlah asupan lemak jangan sampai lebih dari 25% kebutuhan energi secara keseluruhan agar tak terjadi obesitas.
Kandungan lemak pada makanan hewani lebih banyak daripada makanan nabati.
Ada pun fungsi vitamin dan mineral sebagai pemelihara dan pengatur aktivitas metabolisme dalam tubuh.
Berbagai penelitian ilmiah membuktikan, vitamin dan mineral memberi efek nyata dalam melindungi sel-sel tubuh, terutama sel-sel otak, dari berbagai penyebab kerusakan yang akan menurunkan fungsi-fungsinya.
Umumnya, vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
Baca Juga : Cegah Risiko Kanker dan Jantung Bawaan Pada Bayi Dengan Makanan Ini
Ada beberapa cara untuk memastikan apakah anak kekurangan gizi atau tidak.
Pertama, ukur berat badan (BB) dan tinggi badannya (TB), apakah ideal atau tidak.
Caranya:
BB aktual : BB Ideal x 100%
Jika hasilnya di atas 110% berarti anak tergolong gemuk.
Jika berkisar 90-110% berarti BB-nya ideal.
Jika hanya 70-89% dikatakan gizi kurang.
Nah kalau hasilnya di bawah 70%, termasuk gizi buruk.
Contohnya seperti ini:
BB Andre umur 1 tahun yaitu 10 kg.
Berarti status gizinya adalah 10 : 11,1 x 100% = 90% (dari BB ideal anak laki-laki usia 1 tahun). Artinya Andre termasuk kategori ideal.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Sayur dan Buah Bukan Menu Utama MPASI
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ini adalah berat badan ideal anak usia 1-5 tahun.
Usia | Anak Perempuan | Anak Laki-laki |
1 tahun | 7 - 11,5 kg | 7,7 - 12 kg |
2 tahun | 9 - 14,8 kg | 9,7 - 15,3 kg |
3 tahun | 10,8 - 18,1 kg | 11,3 - 18,3 kg |
4 tahun | 12,3 - 21,5 kg | 12,7 - 21,2 kg |
5 tahun | 13,7 - 24,9 | 13,7 - 24,2 kg |
Berat badan anak yang kurang dari rentang tersebut menandakan berat badan kurang, sehingga anak perlu asupan makan yang lebih banyak lagi untuk memperbaikinya.
Adapun berat badan yang lebih dari rentang tersebut menandakan anak kelebihan berat badan atau obesitas.
Selain berat badan, penting pula untuk Moms memperhatikan tinggi badan ideal anak.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ini adalah tinggi badan ideal anak usia 1-5 tahun.
Usia | Anak Perempuan | Anak Laki-laki |
1 tahun | 68,9 - 79,2 cm | 71 - 80,5 cm |
2 tahun | 80 - 92,9 cm | 81,7 - 93,9 cm |
3 tahun | 87,4 - 102,7 cm | 88,7 - 103,5 cm |
4 tahun | 94,1 - 111,3 cm | 94,9 - 111,7 cm |
5 tahun | 99,9 - 118,9 cm | 100,7 - 119,2 cm |
Baca Juga : 5 Rekomendasi Krim Malam Di Bawah 100 Ribu, Ampuh Mencerahkan Wajah!
Agar lebih jelas, Moms bisa melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas atau rumah sakit setiap bulan. (*)
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Tabloid Nakita,WHO,depkes.go.id,medicalnewstoday |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR