- Berisiko pada kesehatannya
- Depresi hingga bunuh diri.
Baca Juga : Kebesaran Tuhan, Kisah Bayi 2 Bulan Korban Tsunami Palu Ditemukan Selamat di Atas Pohon!
Meski telah diteliti adanya berbagai konsekuensi jangka panjang, pemerintah setempat harusnya menyediakan lembaga penanganan pada korban pelecehan seksual.
Lembaga tersebut diminta untuk memberi pendampingan dan juga menenangkan secara khusus serta membangun kembali kesehatan mental dan fisik anak-anak.
Dari kasus yang terjadi di Makassar, lembaga harusnya lebih ketat dan intens dalam memberi penjagaan serta pendampingan pada SH, mengingat SH pasti mengalami trauma dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan korban pemerkosaan lainnya.
Bahkan, ada sebuah penelitian yang dilakukan antara 1980 hingga 2008 membuktikan bahwa pelecehan seksual menjadi penentu kua gangguan psikologis bahkan rentan terjadi adanya penyalahgunaan terhadap diri sendiri, seperti ketergantungan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol hingga upaya bunuh diri.
Menurut penelitian yang relevan, 43 persen korban pelecehan seksual berpikir tentang bunuh diri, dan 32 persen di antaranya telah mencoba bunuh diri.
Anak-anak tentu tak mungkin berbicara masalah pelecehan yang telah menimpanya.
Mereka biasanya akan berkomunikasi secara non-verbal, terutama bagi anak di bawah umur yang masih belum memahami mengenai hubugan seksual dan dampak serta bahayanya.
Baca Juga : Bermodal Linggis, Seorang Ayah Berusaha Cari Anak Gadisnya di Reruntuhan Hotel Roa Roa,
Berbagai Perubahan Anak Korban Pelecehan Seksual
Source | : | Kompas.com,The Guardian,mental for help,prychology.org |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR