Maka dari itu, pemerintah menerjunkan petugasnya untuk menghilangkan trauma dan duka pada anak-anak, mengingat anak-anak merupakan target yang sangat rentan apabila terjadi bencana sebesar ini dan berdampak separah ini.
Bukan tidak mungkin, mereka akan menyimpan duka mendalam akibat kehilangan berbagai hal dalam hidupnya.
Tetapi, ada beberapa dari mereka yang beruntung. Beberapa korban gempa sudah mulai bisa bersekolah di beberapa pengungsian di luar kota.
Di antaranya adalah Raska (7) dan Putri (7). Kedua korban gempa Palu tersebut kini bisa menimpa pendidikannya di SDN 30 Mattirowalie, kota Palopo, Sulawesi Selatan.
Baca Juga : Saksi Kunci Petaka Hilangnya Petobo Akibat Gempa dan Tsunami di Palu Hingga Jenazah yang Makin Menumpuk
Raska dan Putri terhitung menjadi siswa kelas 1, sejak Rabu (10/10/2018).
Mereka sudah aktif belajar, meski masih mengalami trauma.
“Kedua murid tersebut kami terima dan sudah menerima materi pelajaran di kelas 1. Kondisi rumah keduanya sudah rusak rata (rata dengan tanah). Sementara salah satu di antaranya sudah yatim piatu akibat gempa bumi dan tsunami,” ujar kepala sekolah SDN 30 Mattirowalie, Surina.
Raska selamat bersama kedua orangtuanya, namun rumahnya hancur.
Tetapi Putri, ia harus kehilangan semuanya. Orangtuanya meninggal saat gempa, rumahnya rusak parah.
Putri terpaksa harus mengungsi bersama keluarganya di Kota Palopo dan kembali bersekolah di Palopo.
Berat bagi beberapa kalangan yang langsung bersentuhan dengan korban secara mental.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | Kompas.com,The Guardian,mental for help,prychology.org |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR