Sebagai korban yang tak bisa menyuarakan dan juga mengomunikasikan gangguan yang telah dialaminya, anak-anak biasanya memiliki cara lain dengan menunjukkan berbagai perubahan non-verbal.
Anak-anak mungkin mengalami perubahan suasana hati yang menandakan adanya tanda depresi.
Mereka juga mungkin sering menangis, lesu dan mudah marah serta gangguan perubahan suasana hati lainnya.
Bahkan, di antaranya juga mulai mengisolasi dan menghindar dari lingkungannya, baik di rumah yaitu keluarga, teman-temannya, bahkan enggan untuk keluar rumah.
Akhirnya, mereka depresi dan mencoba mencari kenyamanan hatinya di luar rumah dan sekolahan.
Mereka biasanya juga akan merubah penampilan mereka. Mencoba berpenampilan seburuk mugkin dari sebelumnya untuk menghindari orang-orang kembali melakukan pelecehan seksual padanya.
Baca Juga : Dua Hari Terjebak Reruntuhan Hotel Roa Roa, Seorang Perempuan Berhasil Selamat, Ini Sebabnya!
Atau bahkan, pada korban yang terus-menerus dipaksa berhubungan seksual yang awalnya atas dasar pemerkosaan, lebih mengubah penampilannya menonjolkan keseksiannya dan meningkatkan penampilannya.
Ciri-ciri Anak yang Mengalami Pelecehan Seksual
Sebenarnya, berbagai tanda atau ciri-ciri anak yang rentan mengalami pelecehan seksual bisa ditinjau.
Ada berbagai poin yang bisa membuat orangtua atau lingkungan memahami bagaimana seseorang lebih rentan mengalami pelecehan seksual.
Ada berbagai risiko, baik di lingkungan rumah atau bahkan dalam hubungan keseharian anak tersebut.
Risiko penyalahgunaan atau hal yang dilakukan anak-anak sebenarnya tidak bisa disalahkan dan dijadikan penyebab adanya pelecehan seksual.
Tetapi ada ciri atau tanda lain yang menjadi aspel kehidupan seorang anak menjadi lebih rentan.
- Kerap menerapkan ketertutupan atau bermain rahasia dan melibatkan anak-anak
- Mengalami stres dalam keluarga (kematian, perceraian, bahkan bencana alam termasuk di dalamnya.
Baca Juga : Adelia Pasha Alami Trauma, Ini Langkah Pulihkan Trauma Pasca Bencana
- Anak terbiasa melihat istilah seksual dewasa tanpa penjelasan
- Adanya akses ke pornografi baik di media daring maupu lainnya
- Memberi anak kebebasan tanpa control
- Adanya kekerasan dalam rumah
- Koneksi berlebihan pada orang dewasa yang bukan keluarga sendiri
- Anak merasa terisolasi secara emosional atau terabaikan
- Kurangnya pemenuhan kasih sayang orangtua
- Rasa ingin tahu anak terhadap hubungan seksual yang biasa dilakukan orang dewasa.
Kemauan serta penyebab yang dilakukan anak tak bisa sepenuhnya disalahkan. Bagaimana pun, orangtua menjadi peran penting di dalamnya.
Baca Juga : Jadi Korban Tsunami Palu, Anak-anak Melihat Jenazah Berserakan, Begini Dampak dan Cara Atasi Trauma!
Dan bila ini terjadi di pengungsian sebagaimana yang terjadi di Makassar, orangtua juga tak bisa sepenuhnya disalahkan.
Anak-anak yang mengalami trauma tinggi lebih rentan mengalami pelecehan seksual bisa jadi karena kurangnya pendampingan dan lembaga atau pihak terkait.
Atau faktor lain yang hingga kini belum dituturkan dan juga diperinci oleh pihak kepolisian, mengingat saat itu, SH sedang seorang diri dan tidak ada orang lain yang bisa mencegah adanya perilaku tak terpuji tersebut.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | Kompas.com,The Guardian,mental for help,prychology.org |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR