Plasentomegali (Ukuran Plasenta Melebihi Normal)
Plasenta normal beratnya sekitar 500 g. Jika plasenta mencapai berat 700 g atau lebih, maka sudah mengalami kondisi plasentomegali alias pembesaran plasenta.
Kondisi ini umumnya disebabkan pembengkakan jonjot plasenta, Moms yang mengidap penyakit diabetes melitus, anemia akut, anemia pada janin, hingga sifilis.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Kenali Pitiriasis Alba, Penyebab Bintik-Bintik Putih di Wajah Anak
Moms yang merokok pun akan berpotensi mengalami pembesaran plasenta karena plasenta “berjuang” mencari oksigen akibat pasokan oksigen yang rendah dalam darah.
Plasentomegali mulai dapat dideteksi sejak minggu ke-20 kehamilan.
Dokter akan memantau terus kondisi ini dan pengaruhnya pada janin.
“Jika sudah mengganggu pertumbuhan janin, biasanya diambil tindakan untuk mengeluarkan janin lebih cepat,” kata Yassin.
Bila plasentomegali disebabkan oleh virus seperti TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus, herpes), kondisi ini dapat berdampak buruk pada janin.
“Pemberian obat tidak akan berpengaruh banyak untuk mengurangi dampaknya, tapi kasus seperti ini sangat jarang. Sering kali juga plasentomegali tidak berdampak apa pun pada kehamilan,” tandas Yassin.
Baca Juga : Berita Kesehatan: ASI di Kulkas Juga Bisa Kadaluwarsa, Ini Cirinya!
Pengapuran Plasenta
Pengapuran plasenta merupakan tanda “penuaan” plasenta.
Umumnya, hal ini terjadi pada minggu ke-37 hingga minggu ke-42 kehamilan.
Dalam pemeriksaan USG, pengapuran ditandai dengan bintik-bintik putih pada plasenta.
Bintik putih tersebut adalah deposit kalsium yang ada pada plasenta.
Bila pengapuran plasenta terjadi pada trimester 2, Moms perlu waspada.
Sebab pengapuran dapat menyebabkan plasenta “mati” atau berubah menjadi jaringan ikat dan menurunkan fungsinya.
Rekomendasi Sunscreen untuk Si Kecil: Gently Sunscreen SPF50+ PA++++ dengan Serum Anti-Polusi!
Source | : | Instagram,Tabloid Nakita,WebMD,Mayo Clinic |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR