Nakita.id – Ayah mana yang tega melihat anak perempuannya disakiti oleh laki-laki lain?
Istilah tersebut seolah sudah melekat di benak semua orang.
Bagaimana tidak, seorang ayah memang digambarkan menjadi garda terkuat dan terdepan bagi anak-anaknya, terutama anak perempuannya.
Meski ia tak melahirkan dan menyusui anaknya, ayah memiliki ikatan batin yang kuat juga terhadap anak-anaknya, terlebih anak perempuannya.
Tak heran bila kemudian banyak istilah, ‘Ayah merupakan cinta pertama dan terakhirku,’ dari seorang anak perempuan yang mencintai ayahnya, bahkan melebihi ia mencintai pasangan atau suaminya.
Hal tersebut dianggap wajar. Mengapa demikian?
Baca Juga : Seorang Ayah Pukuli Menantu Karena Menyakiti Putrinya: Aku Tak Membesarkan Putriku untuk Disakiti!
Bukan hal yang asing lagi melihat anak perempuan lebih dekat dan juga nempel dengan ayahnya.
Dalam banyak kasus, anak perempuan memang lebih memiliki kedekatan batin dengan ayahnya, daripada dengan ibunya.
Bukan tanpa alasan, ayah dan anak perempuan memiliki berbagai hal yang akhirnya diciptakan menjadi kedekatan antara keduanya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa seorang anak perempuan memiliki kedekatan dan cenderung lebih menyukai ayahnya.
1. Laki-laki pertama dalam hidup
Bagi anak perempuan, ayah adalah laki-laki pertama dalam hidup yang memberi contoh dan memiliki dampak besar pada kehidupan.
2. Protektif
Moms mencintai Si Kecil tanpa syarat seperti yang dilakukan oleh ayah tentunya.
Akan tetapi tetap saja, naluri pelindung yang dimiliki ayah untuk putri mereka menjadi suatu hal yang tak tergantikan. Ayah membuat putrinya merasa aman.
3. Anak ayah
Meski telah dewasa, menjadi individu yang independen dan dianggap mampu mengambil keputusan sendiri.
Seorang anak perempuan tetpalah menjadi anak-anak untuk ayahnya.
Baca Juga : Kenapa Anak Perempuan Tiba-tiba Tidak Mau Jauh dari Sang Ayah?
4. Ayah menjadi contoh hubungan masa depan
Ayah memiliki kemampuan untuk memengaruhi hubungan masa depan putrinya banyak cara.
Mereka mengurus putri mereka tanpa henti dan cara mereka berperilaku bersama bersama, memberi contoh dalam pikiran anak tentang pacar atau suami di masa mendatang.
Fakta secara psikologis membuktikan bahwa anak perempuan yang memiliki ikatan erat dengan ayah akan lebih mampu dalam menjalani kehidupan sosial dan membentuk ikatan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya.
5. Ayah adalah teladan bagi anak perempuan
Terlepas dari kepercayaan populer bahwa anak perempuan biasanya berusaha menjadi seperti ibu mereka, menarik untuk ditunjukkan bahwa kebanyakan anak perempuan menganggap ayah mereka sebagai teladan mereka.
Meski anak perempuan cenderung berpakaian seperti ibu, sebagian besar sifat perilakunya berasal dari ayah.
Ketika ayah mendorong untuk melakukan sesuatu, serang putri akan memastikan untuk melakukannya agar bisa ia tunjukkan pada ayah.
Meskipun dekat, bagaimanapun Moms juga perlu mengambil peran untuk anak perempuan sebagai model bagaimana ia memperlakukan anaknya di masa depan.
Dari berbagai alasan di atas, tak heran bila seorang ayah tak akan terima bila anak perempuannya disakiti oleh laki-laki lain.
Bahkan, saat anak perempuan tersebut disakiti oleh pendamping hidup atau suaminya sendiri.
Seperti yang telah terjadi beberapa waktu lalu, sebuah video viral di berbagai media sosial.
Seorang laki-laki paruh baya yang diduga seorang ayah memukul dan menendang laki-laki muda yang diduga anak menantunya.
Baca Juga : Ini Alasan Mengapa Tak Perlu Cemburu Anak Perempuan Dekat dengan Suami
Dalam video viral tersebut disebutkan bahwa insiden yang terjadi di Sarawak, Malaysia dilakukan seorang mertua kepada menantunya.
Menantu laki-lakinya terluka hingga berdarah karena pukulan dan tendangan cukup keras dari ayah mertuanya.
Peristiwa tersebut berawal, saat ayah mertua itu mengetahui putrinya telah disiksa oleh menantunya.
Sebagai seorang ayah, dia pun marah dan menyeret menantunya keluar untuk mengajarinya sebuah pelajaran.
Dia memukul dan memarahi menantunya.
"Apakah saya membesarkan anak saya dari bayi hingga dewasa hanya untuk kamu sakiti? Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali. Aku membiarkan putriku menikahimu, tetapi kau memperlakukannya seperti ini. Tidak ada yang memperlakukan putri kecilku seperti itu!" kata ayah mertua tersebut.
Laki-laki yang mengenakan kaus putih itu bahkan menginstruksikan seorang laki-laki yang bersamanya untuk membawa rotan, dia ingin memberikan pelajaran kepada menantunya.
Ayah mertua tersebut lantas memukul bahkan menendang menantunya, sementara sang menantu tak membalas hanya berusaha melindungi dirinya.
"Apakah kamu meminta maaf kepadaku ketika kamu memukul putriku? Apakah kamu mengatakan maaf padanya? Apa kamu pikir aku akan membiarkan masalah ini begitu saja? Apa kamu tahu yang kamu lakukan itu salah sekarang? Sepertinya kamu benar-benar tidak takut? Jika kamu pandai memukul orang, sekarang bangun dan pukul aku. Ayo pukul aku!" katanya.
Ayah mertua tersebut memukul menantunya berdalih akan mengajarinya.
Meski ada yang mengecam perilaku ayah mertua tersebut, namun sikap yang dilakukan laki-laki paruh baya tersebut dalam beberapa hal dianggap logis.
Seperti yang telah dijelaskan sejak awal, bahwa seorang ayah akan merasa bahwa anak perempuannya akan tetap menjadi anaknya selamanya, meskipun telah menjadi tanggung jawab orang lain.
Melansir dari Psychology Today, perempuan merupakan sosok yang rentan direndahkan atau diperlakukan buruk.
Ini karena perempuan lebih rentan memiliki perlindungan diri, daripada laki-laki.
Sehingga seorang ayah akan merasa bahwa sebesar dan sedewasa apa pun anak perempuannya, ia harus terus mengontrol dan melindungi anak perempuannya.
Tak hanya itu, menurut She Knows, seorang ayah dalam kehidupan putrinya memiliki peran sangat besar.
Ayah akan membentuk harga diri serta citra diri di benak anak perempuannya.
“Bagaimana ayah mendekati kehidupan, akan menjadi contoh bagi putrinya membangun kehidupannya sendiri. Bahkan jika dia memilih pandangan berbeda dari dunia,” ujar Michael Austin, profesor filsafat di Eastern Kentucky University.
“Yang penting dalam hubungan ayah dan anak adalah bahwa ayah berusaha untuk hidup dalam integritas dan kejujuran. Mengindari kemunafikan dan mengakui kekurangannya sendiri sehingga dia memiliki contoh yang realistis dan posutif tentang bagaimana menghadapi dunia. Dia harus mencoba untuk memodelkan pendekatan reflektif untuk pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup sehingga dia dapat melakukan hal yang sama,” tambahnya.
Dalam pernyataan Austin di atas, perilaku ayah kepada menantunya dengan memukul tadi dianggap selaras.
Bukan karena menyetujui adanya kekerasa, figur ayah pasti menginginkan anaknya memiliki sosok pelindung, sepertinya di kehidupan anaknya.
Bahkan, di era ini, ayah memiliki kedudukan sejajar dalam hal memberi perawatan terhadap anak-anaknya.
Sejak hari pertama, ayah didorong untuk belajar memandikan anak, mengganti popok, menidurkan, bahkan menyiapkan makan.
Kehadiran dan upaya tersebut yang menjadikan tugas ayah menjadi sejajar dengan seorang ibu dan membentuk hubungan antara ayah dan anak yang sangat penting.
Menurut Austin pula, fase tersebut menjadi kualitas waktu berharga di semua tahap kehidupan seorang anak gadis.
“Para ayah perlu menghabiskan waktu bersama bayi perempuan mereka, mengurus kebutuhan fisiknya dan mendukung istrinya,” ujar Austin.
Saat anak gadis mulai bermain di lantai dan melakukan aktivitas lain, ayah memiliki peran besar dalam bercampur di kegiatan dan juga perkembangan demi perkembangannya.
Tetapi, ada kalanya, seorang anak perempuan menjauh dari ayahnya dan meniti kehidupannya sendiri.
Fase tersebut kerap disebut sebagai tahun-tahun ‘hormonal’, yang mana seorang ayah mulai memandang anak perempuannya sudah melakukan kesalahan sehingga ia juga memberi jarak dengan anak gadis yang sebelumnya ia timang tiap hari.
Akan tetapi dalam fase tersebut, ayah tetap memberi proteksi lebih dan kontrol ketat terjadap anak perempuannya.
Terlebih, ketika anaknya mulai mengenal lawan jenis dan juga mulai membangun hubungan. Ayah memiliki proteksi dua kali lebih kuat daripada biasanya.
Ini karena keterlibatan seorang ayah dalam kehidupan putrinya merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan harga diri perempuan muda.
Austin mengidentifikasi adanya unsur positif dalam pengasuhan bagi para ayah untuk mendukung citra diri pada putri mereka untuk menekan kemungkinan perilaku merendahkan diri pada putrinya.
Secara konsisten, seorang ayah hadir dalam hidup putrinya dan menjadi rambu serta lebih peka terhadap perasaan anak perempuannya.
Seorang anak juga kebanyakan merasa nyaman ketika membagi dan juga menceritakan berbagai isi pikiran, hati juga menyampaikan keinginannya terhadap sang ayah.
Baca Juga : Diduga Sedang Selingkuh, Mobil CR-V Pasangan ini Terjun ke Jurang, Si Pria Meninggal Dunia
Di saat itulah, seorang ayah memiliki peran penting dalam kepercayaan diri seorang anak gadisnya.
Dalam hubungan asmara juga rumah tangganya, seorang ayah menganggap bahwa ia tetap menjadi proteksi terkuat di atas pasangan anak gadisnya.
Seorang ayah menganggap bahwa hubungannya dengan anak gadisnya merupakan hubungan jangka panjang, sehingga harapannya, figur suami bagi anak perempuannya merupakan figur penggantinya dalam kehidupan.
Sehingga dalam hal tersebut, seorang ayah berkeinginan bahwa anaknya mendapat pasangan yang ideal dan juga positif, baik dalam berkehidupan rumah tangga maupun membina perasaan anaknya.
Meski sudah memiliki menantu atau anak perempuan sudah memiliki pasangan yang ideal, ayah akan menekankan pada seorang menantunya bahwa anaknya merupakan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, tak kalah berharga daripada ibu dari menantunya.
“Dia harus pertama dan utama, memperlakukan putrinya dengan hormat dan cinta. Apakah dia menikah atau masih bersama dengan ayahnya, pasangan dari anaknya tersebut harus menunjukkan rasa hormatnya pula kepada ibunya sendiri. Bukan tanpa alasan, ini harus jelas!” ujar Austin.
“Dia harus menghargai perempuan sebagai manusia dan bukan sebagai orang yang akan ia ‘manfaatkan’ (Sebagai seorang istri). Anak perempuan akan melihat apa yang ayah mereka percaya tentang perempuan dengan bagaimana mereka menghargai dan menghormati perempuan, atau bagaimana mereka gagal melakukannya,” tutupnya.
Baca Juga : Putri Diana Sebelum Meninggal Telah Memprediksi Siapa Menantunya, Cocok!
Ikatan tersebut menjadi selaras ketika seorang ayah merasa tak terima dan juga tidak bisa memaafkan seseorang yang menyakiti anaknya.
Karena seberapa pun salah yang diperbuat anak perempuannya, seorang ayah tidak akan melakukan kekerasan atau bahkan menyakiti anak perempuannya, meski dengan cara yang kecil.
Source | : | she knows,psychology today,nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR