Tabloid-Nakita.com - Kematian janin di dalam kandungan (stillbirth) berbeda dengan keguguran. Janin dikatakan meninggal di kandungan jika usia kehamilan sudah lebih dari 20 minggu dan berat janin sudah mencapai 500 g atau lebih. Sedangkan keguguran terjadi pada trimester pertama kehamilan, atau di bawah usia 20 minggu.
Banyak faktor yang menyebabkan janin meninggal di kandungan, bisa dari janinnya sendiri ataupun kondisi Mama yang tidak sehat. Berikut penyebab kematian janin di dalam kandungan:
Baca: 3 Tanda Janin Meninggal di dalam Kandungan
1. Gawat janin.
Lewat tali pusat, nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin dialirkan. Jika tali pusat terpelintir, tentu suplainya akan terganggu, bahkan terhenti. Biasanya terjadi karena gerakan janin yang sangat berlebihan, terutama gerakan yang satu arah saja. Bisa juga karena kondisi Mama yang menderita penyakit tertentu seperti diabetes, jantung, dan hipertensi yang menyebabkan janin mengalami kekurangan oksigen sehingga ia bergerak liar dan membuat tali pusat terpelintir. Atau, air ketuban habis, otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan mamanya yang mengakibatkan janin “tercekik” karena suplai oksigen terhenti.
2. Kehamilan lewat waktu.
Umumnya, kehamilan ditargetkan hingga usia 42 minggu. Jika lebih dari itu, dianggap hamil lewat waktu. Plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya berkurang, yang dikhawatirkan janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Selain itu, cairan ketuban akan menjadi kental dan hijau yang jika terisap janin dan masuk ke paru-parunya dapat menimbulkan keracunan, infeksi, hingga meninggal dunia.
Baca: Lakukan Ini Ketika Janin Bergerak di dalam Kandungan
3. Golongan darah janin tidak cocok dengan ibu.
Bisa terjadi, darah Mama tidak cocok dengan janin, seperti pada golongan darah A, B, O. Janin bisa saja memiliki golongan darah A atau B sementara Mama bergolongan darah O. Atau, bisa juga sebaliknya. Ketidakcocokan ini membuat nutrisi dan oksigen sulit masuk ke dalam janin sementara darah Mama akan membuat zat antibodi yang menyebabkan pertumbuhan janin terhenti.
4. Penyakit ibu dan infeksi.
Gangguan penyakit pada Mama hamil juga bisa membuat pertumbuhan janin berhenti. Contoh: diabetes, jantung, hipertensi, gangguan kekurangan gizi, dan lainnya. Penyakit-penyakit ini akan mengurangi asupan nutrisi ke janin sehingga janin tidak dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, infeksi bakteri ataupun virus juga akan membuat pertumbuhan janin terganggu, bahkan meninggal.
Baca: Hati-hati Saat Berkomunikasi dengan Janin, Hindari Hal Ini!
5. Kelainan genetik dan bawaan.
Kelainan genetik, misalnya, kelainan pada kromosom janin, dapat membuat pertumbuhan janin terhenti. Atau juga terjadi kelainan bawaan pada janin, semisal jantung janin tak tumbuh sempurna, mengalami kebocoran, paru-paru tak bisa mengembang, atau kelainan lainnya yang dapat mengakibatkan kematian janin.
6. Trauma saat hamil.
Mama hamil yang mengalami kecelakaan sehingga terjadi benturan di perut bisa berakibat plasenta terlepas. Meski hanya terlepas sebagian, namun tetap dapat terjadi perdarahan sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh janin terhenti.
Baca: Sering Diajak Ngobrol, Janin Akan Tumbuh Jadi Easy Child
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR